PROLOG

174 5 0
                                    

Halo, selamat datang di cerita pertamaku di Wattpad!

Kalau ada typo atau kesalahan, jangan ragu untuk kasih tahu ya, terima kasih sebelumnya!

Oh ya, aku akan update setiap hari Sabtu dan Minggu.

Buat para pembaca baru, jangan lupa follow agar tidak ketinggalan update ceritanya!

Angin malam berembus kencang di sepanjang jalanan kota yang sepi. Lampu jalan berkerlip samar, seolah mereka sendiri ketakutan oleh sesuatu yang tidak terlihat namun pasti ada di sekitarnya. Malam itu, langit yang biasanya cerah penuh bintang, kini tertutup oleh awan gelap yang menggantung berat, seakan menyembunyikan sesuatu yang tak terduga. Suara langkah-langkah kecil menggema di sepanjang trotoar yang licin oleh gerimis yang baru saja reda.

Alya merapatkan jaketnya, berharap bisa mengusir dingin yang menggigit kulitnya. Ada sesuatu yang tidak beres malam itu, sebuah perasaan aneh yang membuat bulu kuduknya merinding. Dia tidak tahu pasti apa yang mengganggunya, tetapi firasatnya mengatakan bahwa ada bahaya yang mengintai, meskipun dia tidak bisa melihatnya. Langkahnya melambat ketika dia mendekati sebuah lorong kecil di pinggiran kota, tempat yang selalu tampak menyeramkan bagi siapa saja yang berani melintasinya setelah gelap.

Namun, kali ini berbeda.

Biasanya, Alya akan merasa sedikit takut, tapi kali ini ketakutannya terasa lebih dalam, lebih nyata. Hawa dingin yang membekukan semakin merasuk, dan tiba-tiba, seluruh tubuhnya terasa berat. Jantungnya berdetak lebih cepat. Sejenak, dia mempertimbangkan untuk berbalik dan kembali ke jalan yang lebih terang, tetapi rasa penasaran membuat kakinya terus melangkah.

Di ujung lorong, sebuah bayangan hitam muncul. Tidak ada suara. Tidak ada peringatan. Hanya ada sosok tak berbentuk yang tampaknya melayang di udara, mengintai dengan diam-diam. Alya berhenti sejenak, berusaha memastikan apakah yang dia lihat nyata atau hanya ilusi akibat bayangan yang dihasilkan oleh lampu jalan.

Namun, semakin lama dia memperhatikannya, semakin jelas bahwa bayangan itu bukanlah bayangan biasa. Sesuatu di dalam dirinya berteriak untuk lari, tetapi tubuhnya terasa lumpuh oleh ketakutan yang tak terucapkan.

"Apa itu...?" bisiknya pelan, berharap bayangan itu akan menghilang begitu saja.

Tetapi bayangan itu malah bergerak, perlahan-lahan mendekatinya. Setiap langkahnya tidak menghasilkan suara, seolah-olah mengambang di udara. Nafas Alya tersendat-sendat, dia tidak tahu harus melakukan apa. Dan kemudian, tiba-tiba saja, seluruh lampu jalan padam, menyisakan kegelapan total.

"Tidak... tidak..." Alya berbisik lagi, kali ini suaranya terdengar lebih panik. Dia berbalik, mencoba melarikan diri dari kegelapan yang melahapnya, tetapi kakinya terasa berat, seolah-olah ada sesuatu yang menariknya kembali. Jantungnya berpacu, detak jantungnya beradu dengan keheningan malam yang mematikan.

Lalu, ada suara lain. Seperti desisan halus, seperti bisikan yang datang dari dalam kegelapan.

"Alya..."

Suara itu menyebut namanya. Dengan nada lirih dan menakutkan, seakan suara itu berasal dari dunia lain. Alya terhuyung-huyung ke belakang, kehilangan keseimbangan. Jantungnya hampir meledak di dadanya saat dia mendengar suara itu lagi, kali ini lebih jelas.

"Alya..."

Siapa yang memanggilnya? Bagaimana mungkin ada seseorang yang tahu namanya? Dan kenapa suara itu terdengar begitu jauh dan dekat sekaligus? Dia menoleh ke sekeliling, tapi tidak ada yang bisa dilihat. Hanya kegelapan yang memeluknya erat, seolah mencoba menariknya masuk.

Kemudian, dari balik bayangan yang pekat, muncul sosok lain. Sosok itu lebih jelas daripada yang pertama, dan kali ini, Alya bisa melihatnya dengan jelas.

Seseorang-atau sesuatu-berdiri di depannya. Wajahnya pucat pasi, matanya kosong dan tak berjiwa, hanya ada kehampaan yang menatap balik ke arahnya. Tubuhnya kurus, dan kulitnya tampak membusuk, seperti sesuatu yang telah lama mati namun entah bagaimana bangkit kembali.

Alya terperangkap oleh tatapan makhluk itu. Dia tidak bisa bergerak, tidak bisa berteriak. Kakinya seolah tertanam di tanah. Udara di sekitarnya semakin dingin, dan napasnya berubah menjadi uap putih tipis. Makhluk itu terus menatapnya, tanpa berkata-kata, hanya diam namun penuh ancaman.

"Apa... apa yang kau inginkan...?" Alya mencoba bertanya, suaranya gemetar.

Makhluk itu tidak menjawab, tetapi bibirnya yang membusuk perlahan membentuk senyuman yang mengerikan. Sebuah senyuman yang menandakan bahwa segala sesuatunya belum selesai. Belum dimulai.

Tanpa peringatan, makhluk itu menghilang, dan cahaya dari lampu jalan tiba-tiba menyala kembali, menerangi lorong yang kini kosong. Alya terengah-engah, lututnya hampir menyerah. Dia tahu bahwa apa pun yang baru saja dia lihat, itu bukan hanya mimpi buruk atau imajinasinya. Sesuatu yang lebih gelap, lebih berbahaya, sedang mengintai di balik bayang-bayang.

Ketika dia mencoba mengatur napasnya, suara bisikan yang sama terdengar lagi. Kali ini lebih dekat, lebih menyeramkan.

"Alya... kau tidak bisa lari dari ini..."

Dia merinding, perasaan ketakutan itu semakin menghancurkan dirinya. Apa yang baru saja dia alami? Apakah itu nyata, atau hanya sebuah halusinasi akibat kelelahan? Dia tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti, malam itu bukan malam yang biasa. Ada sesuatu yang gelap dan jahat sedang bergerak di antara bayang-bayang kota.

Dan Alya tahu, apa pun itu, tidak akan berhenti hanya sampai di sini.


To Be Continued...

THE SILENT PLAGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang