Dengan gontai Lara menuruni tangga dengan perasaan lelah. Setelah Lara semalaman lama menangis, berakhir dengan Lara yang ketiduran. Ketika bangun di pagi hari rasanya kepala Lara sakit luar biasa.
Lara berdiri diam beberapa meter di belakang mamanya yang duduk seorang diri di kursi meja makan dengan iPad ditangannya. Lara terkejut. Tak ada siapapun di sana selain mamanya. Apakah yang lain sudah berangkat?
Sara sudah berangkat?
Lara lama membeku di posisinya, memandang belakang punggung mamanya dengan perasaan campur aduk. Sekarang mamanya terasa begitu jauh dari jangkauan Lara. Bahkan hanya untuk sekedar saling berhadapan satu sama lain terasa sangat sulit. Sudah cukup selama beberapa bulan ini Lara dibuat bertanya-tanya sendirian.
Lara dibuat pusing dengan pertanyaannya sendiri. Dan sampai sekarang, Lara masih belum menemukan jawabannya. Perasaan Lara sekarang bukan lagi perasaan sakit dan bertanya-tanya, melainkan rasa marah yang cukup besar atas sikap Mamanya. Apalagi yang semalam. Lara hanya bisa terdiam dengan pandangan datar mengingat hal itu.
Lara menghindari Ayu, mamanya. Terbukti dengan Lara yang tak mendatangi sang mama dan bertanya dimana anggota keluarganya yang lain, tapi Lara malah berjalan menuju dapur menghampiri salah satu pelayan dan bertanya.
"Yang lain pada kemana, ya?"
Seorang wanita paru baya yang sedang membelakangi Lara terlihat sedikit tersentak mendengar suara yang tiba-tiba ia dengar, buru-buru ia berbalik saat sadar itu suara milik siapa.
"Yang lain tidak sarapan bersama Non, sudah pada berangkat," jawab Mbok Marni setelah sebelumnya sedikit tak mengerti akan arah pertanyaan Lara.
Lara terpaku. Tidak sarapan bersama. Iya, Lara lupa. Hampir beberapa bulan ini memang keluarganya tak lagi melakukan ritual sarapan bersama. Hanya makan terlebih dahulu jika pertama kali datang ke meja makan, lalu berangkat terlebih dahulu juga jika sudah selesai.
Ini semua memang sangat berubah. Setelah Lara diabaikan mamanya, sikap Mamanya yang berbeda, tidak sarapan bersama-sama lagi, mamanya yang lebih sering marah dan mengurung diri. Lara sadar ini semua berawal sejak kejadian itu.
Lara menerbitkan senyum masam.
Lara kembali menatap pada pelayan paru baya di depannya, menampilkan senyum seolah-olah senyum tak enak sebelumnya tak pernah ada. "Kalo Sara kemana, Mbok?" Iya, Sara kemana? Biasanya gadis ini selalu menunggui Lara.
Pelayan yang ditanya seperti itu hanya bisa tersenyum tak enak hati, kemudian menjawab seadanya. "Disuruh berangkat duluan, Non, sama Nyonya."
Lara yang mengetahui itu tak banyak berkomentar, langsung berbalik menghampiri sang mama untuk mempertanyakan alasannya. Mamanya menyuruh Sara berangkat terlebih dahulu? Meninggalkannya? Keterlaluan!
Kenapa mamanya tak memberitahunya jika Sara sudah ingin berangkat? Kenapa mamanya tak memanggilnya? Huh! Lara lupa! Untuk sekarang ini tak mungkin mamanya mau melakukan itu semua lagi!
Ini semua memang salah Lara, gadis ini sedari tadi pagi memang bersikap santai luar biasa. Menurut Lara, untuk apa pagi-pagi datang ke sekolah? Rajin sekali!
"Ma?!" Lara mulai sedikit menaikkan suaranya. Masa bodoh jika mamanya semakin marah. Yang pasti Lara kesal sekarang!
Ayu tak menoleh sama sekali pada Lara, masih sibuk dengan iPad yang ada ditangannya. Entah sedang apa memang mamanya Lara ini.
Lara semakin kesal melihat tak ada reaksi dari mamanya.
"Mama kenapa nyuruh Sara berangkat duluan, sih?! Kenapa ngga nungguin aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Duka Lara
Randomfollow sebelum baca! plagiat? jangan, ya. kasian @aibyecity 🚫area 17+ ••• Lara tak tahu, tiba-tiba dirinya diabaikan oleh sang mama. Lara bertanya-tanya. Apa kesalahannya? perubahan ini begitu tiba-tiba. apakah karena kejadian yang menimpa saudari...