||Prolog||

494 37 7
                                    

AULA BESAR, 1976

Duduk di aula besar dan menikmati sarapan sembari berbincang dengan teman adalah hal yang umum di Hogwarts. Di meja Gryffindor, tampak para Marauders tengah merencanakan lelucon mereka yang selanjutnya. Meskipun James Potter tampak lebih asyik memperhatikan gadis berambut merah dari asramanya, Lily Evans. Hal ini membuat ketiga temannya: Sirius Black, Remus Lupin, dan Petter Pettigrew terkekeh geli melihat kelakuan James.

Di meja Ravenclaw, Pandora Grant tengah mendengarkan celotehan panjang kekasihnya, Xenophilius Lovegood. Pasangan kekasih yang dikabarkan aneh dan selalu berada di dunia mereka sendiri. Namun, orang yang tepat pasti tahu apa yang istimewa dari mereka tentunya.

Meja Hufflepuff seperti biasa terasa sangat hangat dan ceria. Berkebalikan dengan Slytherin yang tenang dan dingin dari tampilan luar. Hanya terdengar dentingan halus peralatan makan dan beberapa bisikan halus dari beberapa orang. Regulus Black yang tengah duduk di antara teman-temannya sejak tadi menatap meja Gryffindor dengan tatapan rindu. Lebih tepatnya ke arah kakak laki-lakinya.

Pagi hari yang cukup umum di Hogwarts sampai pintu aula besar terbuka lebar. Berdiri di ambang pintu adalah Keluarga Potter: Fleamont Potter dan istrinya, Euphemia. Belum juga orang-orang mencerna maksud kedatangan Keluarga Potter, kedatangan Keluarga Black membuat mereka tambah bingung. Pasalnya, Orion Black dan istrinya Walburga yang terkenal garang kini hadir di aula besar Hogwarts.

Dua keluarga penting datang bersamaan ke Hogwarts menandakan adanya hal penting yang terjadi di sekolah ini. Namun tak sampai disitu, Keluarga Weasley juga muncul. Beranggotakan Arthur Weasley dan Molly; serta kedua anaknya, Bill dan Charlie Weasley. Keluarga Tonks tiba dengan Nymphadora kecil di antara kedua orang tuanya: Edward Tonks dan Andromeda. Disusul Abraxas Malfoy yang juga datang sebelum pintu aula besar tertutup rapat.

Profesor Dumbledore, kepala sekolah Hogwarts saat ini menatap kehadiran tamu-tamu tersebut dengan keheranan. "Selamat pagi, Tuan-Tuan dan Nyonya-Nyonya. Adakah hal perlu didiskusikan di Hogwarts?" tanya Dumbledore dengan senyum khasnya.

"Kurasa itulah yang harusnya kami tanyakan padamu, Dumbledore." Fleamont menjawab lebih dahulu.

"Surat dari antah berantah meminta kami datang kemari untuk membicarakan tentang takdir dunia sihir ke depannya. Kami pikir ini darimu?" Abraxas melanjutkan saat Fleamont tidak mengatakan kelanjutannya.

Sesaat sebelum Dumbledore menjawab pertanyaan yang ada, sebuah howler terbang ke meja Profesor McGonagall, wakil kepala sekolah Hogwart. Setelah mendapat persetujuan dari Dumbledore, Mcgonagall akhirnya membuka howler tersebut. Suara serak rendah seorang laki-laki terdengar dari howler.

"Dear Hogwarts,

Maafkan aku karena telah mengambil waktu kalian yang berharga, tetapi hal yang penting perlu diberitahukan. Segera setelah howler ini hancur, paket berisikan film akan muncul. Film ini akan menunjukan pada kalian tentang dunia sihir di masa depan.

Seaneh apapun hal ini terdengar untuk kalian, aku bersumpah kalau ini bukan sebuah lelucon. Di masa depan, perang sihir kedua baru saja usai dengan bayaran yang amat besar untuk kita semua. Inilah waktu yang tepat untuk kalian mengetahui kebenaran dari semua konflik yang ada di dunia sihir. Kebenaran yang telah disembunyikan dari kita semua.

Ada total 7 film yang akan kalian tonton. Tolong jangan khawatir tentang waktu yang akan terbuang karena waktu akan terhenti di dalam aula saat film dimulai. Selamat menyaksikan."

Semua orang terdiam. Kebanyakan punya satu pertanyaan yang sama tentang isi howler itu.

"Apa itu film?" seorang murid Hufflepuff bertanya.

"Kurasa itu sesuatu barang ciptaan muggle?" Hufflepuff lain menjawab.

Paket kecil berisikan piringan mengkilap, proyektor, dan pemutar film muncul di meja McGonagall. Melihat paket itu, McGonagall kebingungan karena dia tidak familiar dengan teknologi muggle.

"Apa seseorang tau bagaimana cara mengoperasikan ini?" McGonagall bertanya.

Beberapa murid kelahiran muggle maju ke meja staff untuk membantu mengoperasikan alat-alat tersebut. Beberapa keluarga yang telah hadir menempatkan diri di meja asrama mereka dulu atau duduk dengan keluarga mereka.

"Apa ini termasuk aman?" Orion bertanya setelah melihat teknologi muggle disusun di depan aula.

"Aman saja, Tuan Black. Benda ini tidak bisa melukai makhluk hidup," Remus, salah satu kelahiran setengah muggle yang membantu memasang alat, menjawab.

Mendengar jawaban itu, para keturunan darah murni mendengus pelan dan akhirnya menerima barang muggle tersebut. Tanpa buang waktu, para profesor akhirnya mengijinkan penayangan film pertama untuk ditayangkan.

SI KEMBAR POTTER DAN KEEMPAT ASRAMA

"Sungguh? Seorang Potter?" tanya seorang murid Slytherin.

"Apa? OH! Ini tentang anak-anakku! Lihat itu kawan! Siapa ibunya? Siapa istriku nanti?" James bertanya dengan antusianya.

"Tutup mulutmu, James! Filmnya sudah dimulai!" desak Sirius sambil menutup mulut James.

Sneak Peek Into The Future (Watching The Movie AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang