Bagian 21 - Serana Berlalu, Harapan Baru

1.2K 140 26
                                    

🍁



Serana Berlalu, Harapan Baru

Di setiap masa yang telah kulewati,
menua bersama kisah tak terganti.

Senja mulai membiru, menunggu yang berlalu.
Haru air mata menyela, iringi rindunya.

Jika kau merasa sepi,
kembalilah ke tempat kumenanti,
sebelum waktu menuntut kita mati.

Nama Erlangga singkatnya diambil dari kata Elang, dengan harapan jika anak laki-laki yang lahir akan berani dan setangguh burung elang. Sebab, hewan tersebut memiliki sayap yang gagah untuk terbang dengan bebas. Kendati, itu tidak berlaku untuknya. Karena keluarganya yang jauh dari kata sederhana seakan tidak pernah berhenti menginvasi hidupnya dengan banyak tekanan.

Saat seseorang memanggil dengan sebutan nama Elang, maka dapat dipastikan bahwa orang itu tak lain adalah keluarganya. Dan karena namanya itu, sebagian mimpi harus rela berhenti, dan sebagian lagi menjadi misteri.

Ketika matanya terpejam, ingatannya membayang pada momen bahagia yang dulu pernah ia rasakan. Walaupun telah rusak, kaset itu masih menyimpan banyak sekali kenangan bersama orangtuanya dan tidak pernah ia izinkan siapa pun untuk merenggut kenangan itu.

Biasanya, Lobusnya akan menayangkan kenangan indah bersama Sang Ibu. Namun, malam ini, yang ia lihat justru kenangan manis bersama Ayahnya.

Usianya saat itu baru menginjak lima tahun. Saat untuk pertama kalinya, lelaki yang ia panggil Papi mengajarinya sepeda di halaman belakang rumah mereka yang luas. Ketika itu, lelaki yang lebih tua sangat gembira setelah melihat putranya berhasil mengendarai sepeda.

"Anak Papi, hebaaatt!" Serunya, sambil mendekat ke arah putranya. "Papi! Elang bisa naik sepeda!!" Keduanya tersenyum, seraya berpelukan. Bahkan, dari kejauhan ia turut melihat seorang perempuan yang tak lain adalah Mami-nya, sedang tersenyum ke arah mereka.

"Jagoan sudah jatuh berapa kali sampai akhirnya berhasil?" Anak itu terdiam sejenak. "Tujuh Papi!" Jawabnya, sambil menunjukkan jari tangan serta senyuman yang menampilkan gigi rumpangnya.

"Anak yang hebat tidak pernah menyerah. Artinya anak Papi adalah anak yang hebat. Kita tos dulu." Tuturnya, dan mereka melakukan gerakan tangan yang biasa dilakukan. "Elang, bisa dengerin Papi? Jika sudah besar, Papi berharap Elang akan selalu semangat seperti hari ini. Jangan takut gagal, ya? Karena gagal tidak semenyeramkan itu, dan yang harus Elang lakukan adalah berusaha lagi sampai kamu berhasil."

"Papi berharap, Elang akan tumbuh sebagai anak yang tangguh, mampu menjaga Mami, dan nama baik keluarga."

"Papi? Bagaimana dengan Papi?" Potong anak itu. Seketika, rasa was-was karena takut ditinggalkan terlihat di wajah anak itu. Meskipun ketakutan itu hilang setelah Papi-nya menggenggam tangannya.

"Jangan tinggalin Papi, ya? Elang harus janji akan hidup lebih lama dari Papi." Ucapnya. Agihkan jari kelingking pada anaknya, seolah menyatakan janji itu sangat serius dan tidak boleh dilanggar.

"Janji. Elang janji akan hidup lebih lama dari Papi."

Sudah lama sekali, ia tidak memimpikan sosok itu. Sudah lama sekali, ia merindukan pelukan hangat dari sosok itu. Karena semakin dewasa, hubungan keduanya justru semakin asing. Bahkan, sekarang dirinya kembali melanggar janji yang dulu sempat terucapkan. Entah alasan apa yang membuat Papi-nya berubah.

Series III #MOERZA | Jika Kita Bertemu Kembali [MARKNO AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang