19. (b) JALAN MENUJU DEWASA

49 9 1
                                    

"Lo tuh sebenernya banyak pekanya Han sama keadaan sekitar lo. Lo emang cuek tapi lo ga ragu buat bantu orang yang butuh bantuan lo. Kadang lo juga mikirin dan lakuin sesuatu demi kebaikan orang lain.

Lo cuma belum bisa ngerti lebih banyak tentang diri lo aja. Tapi wajar soalnya lo masih masa bertumbuh. Jalan lo masih panjang jadi masih bisa di asah. Tenang aja." Ucap Alaan. Ia meletakkan kantung belanjaannya menjadi satu di tangan kanannya, lalu tangan kirinya terulur menepuk kepala Hana pelan.

Alaan mengerti tentang kegelisahan Hana. Saat di usia Hana, Alaan juga meras seperti itu. Bingung, kadang impulsif. Tapi lama kelamaan ia dapat memahami dirinya sendiri setelah melalui berbagai hal.

"Lo cuma setahun lebih tua dari gue Bang. Kok rasanya lo udah tua banget." Hana tertawa mendengar jawaban Alaan tersebut. Sedangkan Alaan hanya terkekeh mendengar pernyataan Hana.

Perlakuan Alaan yang seperti itu --perhatian, kadang menepuk kepala Hana-- sebenarnya sudah sering Hana dapatkan, jadi ia sudah terbiasa.

Keduanya akhirnya melanjutkan langkah mereka.

"Penderitaan bisa ngebuat orang menjadi dewasa dalam sekejap. Anggep aja gitu."

Apa yang di katakan Alaan itu jika dirinya yang dulu mungkin belum bisa Hana pahami. Tapi sekarang berbeda. Setelah melewati berbagai hal dengan hanya mengandalkan diri sendiri, Hana sedikit mengerti.

Manusia tidak akan pernah dewasa jika tidak menderita terlebih dahulu. Memahami rasa sakit akan membuat mereka mengerti bahwa sembuh adalah keadaan paling menyenangkan dan sangat di syukuri. Entah itu dewasa dengan rasa sakit kita sendiri atau dengan melihat rasa sakit orang lain secara langsung.

"Bang, lo mau nggak jadi Abang angkat gue, kayaknya seru punya Kakak cowok kayak lo." Langkah Hana terhenti lalu menatap Alaan dengan serius.

Sejujurnya dulu Oma-nya pernah berkata bahwa Hana pernah memilikinya, tapi orang itu ada sebelum Hana ada. Katanya ia sudah mati, tapi mayatnya tak pernah di temukan. Pergi sebelum Hana datang ke dunia.

Namun Hana memendamnya tak ingin berharap apapun dan menyesali apapun karena baginya orang itu tak pernah bersamanya dan ia temui.

"Boleh. Jangan lupa bagi warisan lo buat gue." Alaan menjawab senang sambil tetap melanjutkan langkahnya.

"Ternyata orang kaya masih butuh uang?" Tanya Hana bercanda lalu menyusul langkah cowok tersebut.

"Yaiyalah.." Jawab Alaan tertawa.

Alaan sudah kaya, baik melalui bisnisnya atau nama belakangnya.  Beberapa tahun tinggal di indonesia tak mungkin membuat cowok itu lupa.

Bjorn Oakley adalah Ayah Alaan yang kini masuk ke dalam jajaran dua puluh orang terkaya di dunia menurut majalah forbees tahun ini. Dan Alaan adalah keturunan terakhir dari keluarga old money tersebut yang berarti Alaan di takdirkan sangat kaya.

Hanya saja tidak banyak orang yang tahu tentang fakta ini terutama di sekolah mereka. Kebanyakan keluarga old money memang lebih banyak menutup diri.

Sebenarnya Hana belum mengerti apa alasan Alaan tinggal seorang diri di indonesia. Amerika serikat kampung halamannya pasti memiliki sistem pendidikan yang lebih baik daripada di indonesia.

Tapi Hana pernah mendengar dari Alaan, katanya ibu Alaan adalah orang indonesia. Jadi pikir Hana, cowok itu mungkin ingin merasakan bagaiman rasanya bersekolah di kampung halaman ibunya sambil membangun bisnisnya sendiri.

Tapi cowok itu benar-benar punya banyak kelebihan dalam bidang bisnis. Tidak mengherankan cafe Hana selama ini di atur dengan baik oleh Alaan.

"Ambil aja semuaaa..." Kata Hana sambil tertawa.

(Hiatus)Berandalan dan Si KemayuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang