HAIKALA DAN AYAH

23 1 0
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Halo semuanya, bagaimana kabar kalian? Baik, Alhamdulillah...

Sudah siap untuk membaca kelanjutan cerita dari kisah Haikala? Semoga kalian suka yaa tanpa menunggu Lama-lama lagi cus langsung baca aja.

HATI-HATI TYPO BERTEBARAN ‼️















Ambil baiknya buang buruknya












             HAPPY READING 🌼


Senja di ujung cakrawala bersiap pulang.
Dari langit timur
Bulan bersiap mengganti peran.

Di angkasa malam, purnama memudar,
Gelap menyekap dalam raut penuh kelam.

Sedikit keluh malam ini
Ada rindu yang tumbuh
Datang menyelinap ditengah hati yang sunyi.

Hujan malam ini membangkitkan kenangan
Aroma bumi saat hujan mengingatkanku pada sebongkah rindu yang tersimpan rapih dalam ruang hati.

Ia datang, membasuh jiwa yang masih terluka.
Terluka karena kepergianya.
Luka, yang tidak pernah ada penawarnya.

•[Haikal Vena Maheswara]


Kala hanya termenung di tepi pantai sendiri, wajahnya yang sedikit pucat dan mata yang sendu melihat pemandangan berwarna jingga di ujung pantai. Banyak orang berlalu lalang bahkan ada yang tertawa bersama dengan orang-orang yang mereka sayangi.

"Ayah, ayah Liat deh sunset nya bagus banget kan yah" ujar seorang gadis kecil itu pada ayahnya.

Kala yang melihat itu hanya tersenyum tipis, dia begitu merindukan sosok ayahnya. Ternyata memang benar kehilangan ayah kehidupan ini menjadi berantakan dan rasa sakit tak berkesudahan.

"Benar pemandangannya sangat indah, sama seperti Neira putri kecil ayah" ujar sang ayah dari gadis kecil itu

"Sudah hampir petang, ayo Neira kita pulang nak" ajak sang ayah sembari menggandeng tangan gadis kecil itu dengan tawa yang begitu bahagia.

Andai waktu bisa di putar kembali Kala ingin merasakan kebahagiaan lebih lama bersama ayah dan keluarganya. Sekarang itu hanyalah angan belaka yang tidak akan terwujud.

Rasa sesak itu tiba-tiba datang begitu saja membuat cairan bening dari kedua mata indah lelaki itu. Isakan demi isakan keluar menciptakan rasa sakit yang begitu dalam.

Flashback on.....

Di sebuah pantai nan indah, ada 2 anak kecil berlari-larian di tepi pantai dengan bahagianya.

Sedangkan si sulung hanya duduk diam mengamati kedua adiknya agar tidak bermain terlalu jauh.

"Kala, kenapa tidak ikut bermain bersama si kembar?" Ujar laki-laki itu yakni ayah dari kala, Dikta.

Kala pun menengok dan tersenyum tipis, "tidak yah, aku sedang tidak ingin bermain." Ujarnya

Dikta yang melihat itu tentu saja heran dengan putra sulungnya. "Apa ada masalah nak? Kalau ada yang mengganjal tolong katakan pada ayah."

Kala melihat pemandangan sore hari di pantai itu, rasanya sangat tenang itu yang kala rasakan. "Ayah bolehkah aku bertanya?"

Dikta kemudian tersenyum tipis, "Tentu saja putraku, silahkan"

"Jika ternyata nanti aku tumbuh menjadi anak yang gagal, apakah kau tetap menyayangiku?"

"Kenapa bertanya seperti itu?"

"Kala hanya ingin tau ayah"

Dikta menghela nafasnya. "baiklah, kalau begitu dengarkan ayah putraku, ayah tidak peduli tentang berhasil atau tidak kamu nantinya, yang ayah tau sampai kapanpun kamu tetap putra kebanggaan ayah yang sangat ayah sayangi, rasa sayang ayah dan bunda ke kamu tidak akan pernah habis, sekalipun kamu menjadi anak yang gagal" ujar Dikta menjelaskan

"Lalu jika sesuatu terjadi padaku dan membuatku cacat permanen, apakah ayah akan meninggalkanku sendirian?"

"Nak, kalau bisa di tukar izinkan ayah untuk menjadi cacat, ayah tidak peduli bagaimanapun kamu nantinya tapi yang perlu kamu tahu ayah akan ada sampai akhir hidup ayah untuk menemani putra-putra ayah."

Kala tersenyum tipis, "ayah terima kasih telah menjadi lelaki yang menjadi panutan dan terbaik bagi ku, Nala dan Juna. Doaku semoga ayah bisa melihat kami sukses di masa depan kelak."

Dikta mengelus lembut kepala kala, " Terimakasih kembali sudah tumbuh menjadi anak yang baik putraku."

Flashback off....

Kala hanya bisa tersenyum pahit, mata sendu itu dia beranikan untuk melihat pemandangan senja yang indah di pantai yang sering ia kunjungi dengan ayahnya dahulu.

Isakan demi isakan keluar terasa menyakitkan baginya, nafasnya terengah-engah seolah oksigen di sekitarnya habis. Air mata tak kunjung berhenti dari kedua manik indah itu.

Tiba-tiba ada seseorang yang memberikan pelukan, pelukan yang ia butuhkan saat ini. Rasanya hangat seperti pelukan yang kala dapatkan dari ayahnya dulu.

"Kak kala, jangan menangis sendirian, jangan pendam sendiri kak, luapkan semua yang kakak rasakan selama ini, sakit kak, Nala sakit liat Kakak di perlakukan seperti itu sama bunda." Ujar Nala yang memeluk kala sambil terisak.

Akhirnya luka yang dia Pendem selama ini meledak juga, rasa sakit yang kala tahan selama bertahun-tahun ia luapkan di tempat itu juga. Isakan nya terdengar pilu bahkan Nala, sang adik menangis merasakan luka yang di rasakan oleh kakaknya selama ini.

Sore itu langit yang kini berubah menjadi jingga, kala akhirnya mendapatkan pelukan setelah bertahun-tahun kala tidak pernah merasakan itu semenjak kepergian ayahnya. Pelukan yang membuatnya tenang. Tuhan tolong berikan sebuah cerita yang membahagiakan untuk mereka, terlalu banyak luka yang mereka pendam, banyak cacian yang mereka dengar dan pukulan yang terasa menyakitkan kapan itu akan berakhir?

Kini mereka mengerti bahwasanya mereka tidak punya tempat pulang untuk berlindung dan mengadu lagi selain kepada tuhan.

"Meskipun terlihat diam
Bukan berarti hal itu tidak menyakitkan."













Tbc













Bagaimana untuk bab ini apakah kalian suka? Semoga kalian suka yaa dan jangan lupa untuk vote dan Share sebanyak-banyaknya ke temen-temen biar ikutan baca dan RAMEIN jugaaa.

Dadah para pembaca sekalian ✨

JOGJA SENJA KAMU & KENANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang