Chapter 1

185 25 4
                                    

"Gadis kecil, kau baik-baik saja?" Pemuda itu bertanya pada Mokara setelah memastikan bahwa orang yg mengejar Mokara telah diurus oleh temannya.

Mokara yg saat ini terduduk karna lelah habis berlari hanya bisa mengangguk. Dia tidak bisa mengatakan 'Aku baik-baik saja' disaat nafasnya masih tersengal-sengal.

Pemuda yg baru saja menolongnya tentu saja peka dengan apa yg terjadi di sekitarnya. Mengeluarkan botol air minum mineral yg baru saja dibelinya saat keluar dari toserba, dan memberikannya pada Mokara. Menyuruh gadis itu untuk meneguknya dengan perlahan.

Setelah meminum air dan nafasnya mulai kembali seperti semula, Mokara tanpa sadar meremas baju pemuda yg menolongnya. "Telepon ambulans!"

"Ya?" Untuk sesaat pemuda yg ada di hadapannya itu bingung, lebih tepatnya sempat linglung. "Tidak, kenapa?"

"Orang yg mengejarku adalah orang yg ingin membunuh! Korban mungkin masih bisa diselamatkan selama pendarahannya bisa dihentikan. Itu masih bisa dilakukan karena lukanya tidak terlalu besar dan dalam."

"O-oke, tenanglah, ojou-chan." Pemuda itu dengan segera menelepon ambulans dan mengatakan yg sebenarnya. Mokara juga mengatakan tempat dimana korban berada.

Setelah menelpon, pemuda itu kembali menenangkan Mokara. Lebih tepatnya agar Mokara tidak gelisah. Dia terlihat seperti akan langsung berlari menuju ke arah korban yg baru saja disebutkan. Jadi, pemuda itu mengatakan kalimat-kalimat yg sebisanya bisa menenangkan gadis kecil tersebut.

Hanya butuh waktu beberapa menit, hingga darah menetes.

Pemuda itu melebarkan kedua matanya melihat pemandangan yg ada. Bagaimana bisa tiba-tiba anak perempuan di depannya mimisan?! Apa dia punya tubuh yg lemah?! Seharusnya dia menelpon ambulans untuk segera ke sini juga!

"Ah, tenang saja.." Mokara menyadari keterkejutan orang di hadapannya, dengan santai mengelap darah yg ada di bawah hidungnya. Sehingga lengan bajunya yg berwarna hijau cerah menjadi kontras karna adanya warna lain di sana.
"Ini bukan hal yg serius, hidungku hanya memiliki luka."

Meski begitu, menurutnya reaksi gadis itu terlalu santai dan acuh, terlepas dari apa yg dikatakan itu benar atau tidak. Mau itu benar atau tidak, tetap saja bukankah itu masih sesuatu yg harus dikhawatirkan? Apalagi pendarahannya tidak mau berhenti.

Sedang Mokara, dia hanya bisa mengutuk dalam hati betapa tajamnya hidungnya saat ini.

Bagaimana tidak?! Dia bisa mencium kematian seseorang. Apalagi orang yg ada di hadapannya itu memiliki aroma yg begitu kental. Setidaknya Mokara ingin membantu penolongnya dengan mengatakan untuk berhati-hati di hari kematiannya, siapa yg menyangka bahwa Mokara menggunakan indra penciumannya secara berlebihan sehingga dia mimisan sekarang?

Parahnya lagi darah yg keluar dari hidungnya tidak ada tanda-tanda mau berhenti.

"Terima ini, ojou-chan." Pemuda itu menyodorkan sapu tangannya pada Mokara. Sebenarnya dalam hati ingin melakukan lebih dari sekedar memberikan sapu tangannya. Jelas sekali ini bukan sekedar luka biasa di hidung.

Daripada mengotori bajunya memang lebih baik menggunakan sapu tangan yg diberikan. Tapi Mokara tidak mau repot-repot mengotori sapu tangan itu, sebelum dia dipaksa oleh pemuda di hadapannya.

Mau tidak mau Mokara menurut, apalagi melihat tatapan pemuda di hadapannya yg menatapnya dengan tatapan rumit. Untunglah jalanan ini sepi sehingga dia tidak menjadi pusat perhatian. Apa ini reaksi normal? Batin Mokara karna ini pertama kalinya dia mimisan akibat menggunakan hidungnya di depan orang asing.

Ugh, memikirkan tatapan itu dan menjadi pusat perhatian. Mokara akan mengingat ini dalam jiwanya untuk tidak mimisan di depan orang asing lagi apalagi tempat umum, atau kerumunan orang.

MOKARA (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang