🕵️♀️👨💼
Meja kerja Klarisa banyak bertumpuk berkas kasus, ia kewalahan karena tak rapi dan ia kurang suka. Sambil menunggu jam pulang, ia rapikan mejanya, menyatukan berkas lama di dalam dus-dus yang tadi minta OB belikan.
Ia sudah melonggarkan kemejanya, tak serapi sebelumnya. Blazer juga di letakkan di kursi. Lengan kemeja dilipat hingga siku.
"Kla," sapa Hilman.
"Iya, Pak," sahut Klarisa seraya menghentikan kegiatan. Satu ruangan ada enam pengacara muda, dipimpin satu pengacara senior.
"Ke ruang rapat. Bawa dokumen kasus Darka." Hilman berlalu, Klarisa meraih map bindex tertulis nama Darka, tak lupa pulpen, buku catatan, tablet, ponsel. Dipeluknya semua benda tadi.
Dalam ruang rapat dadakan, sudah ada Hilman, asistennya, lalu dua pengacara lain yang sama-sama memegang kasus Darka. Klarisa memang tak sendirian menanganinya.
"Kita harus bahas kasus Darka mendadak. Saya baru tau siapa dia." Hilman membuka rapat dengan kalimat yang Klarisa hindari, ia kenal betul siap Darka, bukan?
"Maksudnya, Pak?" sela salah satu pengacara.
"Darka, anak dari pengusaha ternama. Abdinegara dan Bellona, mereka tinggal di Kuala Lumpur sekarang. Saya cari tau silsilah Darka karena merasa tidak asing dengan dia. Ternyata benar." Hilman menjeda, ia menatap semua orang dengan serius.
"Saya hubungi Abdinegara, tapi reaksinya tidak peduli. Klarisa!"
"Ya, Pak!" sahutnya tegas.
"Cari tau apa mereka ada masalah. Saya yakin Darka tidak bersalah. Tidak mungkin dia sekurang ajar itu."
Klarisa tersenyum kecut. Tidak mungkin dari mana, Klarisa korban perkosaan Darka.
"Kasih tau ke saya, apapun jawaban yang kamu dapat dari Darka. Sidang pertama minggu depan. Apa kalian sudah dapat bukti atau saksi untuk hadir dipersidangan?"
"Sudah, Pak. Saya periksa rekening Darka, sudah lima tahun ke belakang, uang masuk bisa dianggap, sedikit, Pak. Kalau dia anak Pak Abdi, kenapa mendadak menjadi ... kurang uang?"
Klarisa menyimak, itu juga yang membuat Klarisa bingung. Apalagi saat melihat penampilan Darka tidak seperti sebelumnya, bak don juan.
"Takutnya latar belakang ekonomi jadi unsur Darka jika memang memerkosa Nabila. Nabila sendiri anak anggota dewan terhormat, keluarganya sangat berada juga dia dari latar pendidikan baik. Dia lulusan kampus di Inggris." Hilman membeberkan.
"Maaf, Pak, tapi kenapa kerja jadi karyawan biasa?" Rasa penasaran Klarisa terpanggil.
"Itu tugas kita cari tau, ini bisa jadi senjata untuk kita." Hilman menunjuk semua orang. Klarisa dan dua teman sesama pengacara saling menatap, mereka tau jika Hilman sudah perintah, itu adalah ketetapan mutlak.
Rapat selesai, Klarisa bicara dengan dua rekannya guna membagi tugas. Tetap saja ia ditugaskan untuk menemui Darka lagi mencari tau juga ke hal-hal pribadi Nabila. Dua rekannya mencari hal lain terkait bukti nyata.
***
"Oke, saya ke sana sekarang." Klarisa buru-buru lagi, ia dihubungi polisi katanya Darka tak mau bicara apapun dan dibawa ke klinik kepolisian.
Klarisa menyambar kunci mobil, Ijal dan Audrina melongo bingung.
"Kak! Masih jam lima subuh kamu udah siap-siap!" tegur Audrina yang juga tatap-tatapan dengan Ijal.
"Iya, Bu!" Klarisa meletakkan barang bawaannya di sofa. Baju kerjanya juga belum rapi, ia belum dandan, merapikan tatanan rambut, pokoknya kacau. Ia masuk ke kamar Ijal dan Audrina untuk menciumi Cendana yang masih pulas tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnetize ✔
RomancePlayboy yang tidak mau menuruti kemauan orang tuanya untuk berhenti bermain-main dengan hidupnya terutama wanita. Usianya masih 21 tahun namun karena latar belakang keluarga pebisnis ulung, ia berhasil lulus kuliah lebih cepat dan sudah punya bisni...