Di meja makan, Nara dan Jerry sudah duduk di kursinya masing-masing.
Jerry duduk di kursi utama, sementara Nara di sisi kirinya dan ibu Nara di sisi kanannya."Om, jangan- ahh..." desis Nara merasakan tangan ayah tirinya mulai nakal mengusap pahanya di bawah meja saat ibunya ke dapur untuk mengambil sayur.
Ibu Nara memang hobi memasak, dia suka memasak setiap ada waktu.
Tadi Nara ingin membantu ibunya, tapi ibunya menyuruh Nara untuk menunggu saja di meja makan bersama ayah tirinya karena sudah ada ART yang membantu.
Dan saat ini Nara sangat tersiksa oleh pelecehan yang dilakukan oleh ayah tirinya, bahkan tepat di belakang ibunya saat ini. Pria ini benar-benar gila.
Berkali-kali Nara menepis kasar tangan itu di bawah meja, tapi dia kembali mendapat ancaman dari pria itu.
"Diam atau kamu tau apa yang bakalan terjadi ke mamamu," ancam Jerry membuat Nara menciut.
"Panggil papa," perintah pria itu karena Nara masih memanggilnya Om, tentu saja gadis itu tidak sudi memanggilnya papa.
Melihat Nara yang tak bergeming, pria itu menambah satu jari lagi ke dalam lubang Nara yang mulai becek.
"Ngghh papa, jangan... nanti ketahuan mama," ucap Nara dengan suara bergetar menahan tangis dan desahan oleh permainan jemari sang ayah tiri di lubang kewanitaannya.
Dia tidak bisa melakukan apapun saat ini selain menerima perlakuan yang dia dapatkan.
Tubuh Nara menggelinjang menahan kenikmatan di bawah sana.
Inilah alasan kenapa ayah tiribya menyuruhnya menggunakan rok pendek tadi, agar pria itu bisa dengan mudah melecehkannya. Benar-benar bajingan gila.
"Kalo kamu nggak berisik, mama nggak bakalan tau," balas pria itu dengan santainya menusuk lebih dalam dua jarinya ke dalam vagina Nara.
Nara bersusah payah menahan desahan yang mendesak ingin keluar dengan menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Nara menatap ayah tirinya dengan wajah memelas, memohon untuk menghentikan kebejatan pria itu karena takut ibunya melihat.
"Memekmu keenakan, kan. Papa nggak sabar ngentotin kamu lagi sampai mentok, biar memekmu empot-empotan kayak kemarin malam," bisik Jerry mendekatkan mulutnya ke telinga Nara.
"Engghh..."
Nara melenguh tertahan karena Jerry masih sempat-sempatnya menggigit kan menjilat daun telinga gadis itu sebelum kembali duduk rapi di kursinya.
Tangan kirinya masih betah di bawah meja, mengcolo lubang Nara yang sudah becek oleh permainan jarinya.
Jerry jadi semakin bersemangat mempercepat gerakan jarinya mengobok-obok vagina anak tirinya itu.
"Loh... Nara, kamu kenapa keringetan gitu? Kamu sakit?" tanya namanya yang baru kembali dari dapur dengan membawa sepiring sayur yang baru selesai dia masak.
Sang ibu menatap Nara khawatir karena wajah putrinya yang memerah dan penuh keringat.
"Kamu demam?" tanya ibunya ingin beranjak menghampiri Nara.
"Nggak kok ma, Nara cuma kepanasan. Tadi habis olahraga," ucap Nara cepat, mencegah ibunya menghampirinya. Dia takut ketahuan sedang melakukan hal tak senonoh dengan ayah tirinya saat ini.
Jerry yang mendengar itu hanya menarik ujung bibirnya kecil, tersenyum mengejek mendengar alasan yang Nara berikan.
"Ayo duduk sayang, kita makan. Aku tak sabar nyicipin masakan kamu," ucap Jerry meminta istrinya untuk segera duduk.
Istri Jerry itu dengan senang hati duduk di sisi kanan Jerry dan menyendokkan makanan untuk suaminya tanpa tau apa yang suaminya lakukan pada putrinya di bawah meja sana.
Nara mati-matian menahan desahan karena jemari Jerry yang tidak berhenti mencolok vaginanya.
Nara berusaha bersikap santai agar tidak ketahuan oleh ibunya yang tampak senang menyajikan makanan untuk suaminya tercinta. Gadis itu benar-benar merasa bersalah kepada ibunya.
*****
Chapter lengkap sudah tersedia di Karyakarsa
@sayonaragaLink ada di bio
Setiap chapter berbentuk pdf dan bisa didownload.
Chapter panjang di jamin puas 🙈🙊