1

143K 147 1
                                    

"AAARGGHH- Hmmppphh" teriak Nara melihat ayah tirinya berada tepat di atas tubuhnya saat dia membuka mata.

Mulut Sera dibekap dengan tangan lebar pria paruh baya itu agar tidak mengeluarkan suara.

"Ssttt... jangan berisik, nanti mamamu bangun," bisik pria itu serak di sebelah telinga Nara.

Dua bulan yang lalu, setelah kematian ayahnya, ibu Nara menikah lagi dengan seorang pria yang berumur kira-kira di akhir empat puluhan itu. Meski begitu, fisik pria itu sama sekali tidak terlihat seperti hampir kepala lima.

Pria yang ibu Nara nikahi terlihat tinggi, kekar berotot, bertubuh atletis dan tampan.

Selama dua bulan ini, pria itu terlihat baik dan sopan, namun Nara tidak tau bahwa setiap malam pria itu sering menyelinap masuk ke dalam kamarnya untuk menggerayangin tubuh belianya.

"Om ngapain?! Minggir! Lepas! Lepasin aku!" Nara memberontak dan terus memukul dada ayah tirinya dengan kekuatan yang tidak sebanding dengan pria itu.

"Diam!" bentak pria itu menjambak rambun Nara hingga Nara berteriak kesakitan.

"Arrghhh sakit om! Hiks... sakit," isak Nara mendongak mengikuti arah tarikan ayah tirinya.

"Kalo nggak mau sakit makanya diem, jangan banyak ngelawan!" desis pria itu menggeram rendah melihat bibir merah Nara yang menggoda.

Tanpa ba bi bu, pria itu langsung menyerang bibir Nara, melumatnya kasar sampai Nara kewalahan untuk melawan.

Tidak hanya diam sampai di situ, tangan pria itu juga turun, menyingkap gaun tidur Nara dan menyusup di balik celana dalam gadis itu, menggosok jarinya pada lipatan bibir vagina anak tirinya itu.

Tubuh Nara menegang merasakan sentuhan ayah tirinya. Nara kembali memberontak, menggeleng-gelengkan kepalanya agar pangutan pria itu terlepas. Kakinya juga memberontak menendang udara mencoba membebaskan diri.

Namun pada akhirnya tenaganya tetap kalah oleh tenaga Jerry (ayah tirinya) yang bertubuh besar. Sementara satu tangannya bermain di kemaluan Nara, satu tangan lainnya menahan kedua tangan Nara di atas kepala Nara agar tidak bisa banyak memberontak.

"Mmhh mhhh,"

Nara mendesah tertahan saat merasakan satu jari ayah tirinya masuk ke dalam lubang senggamanya yang masih kering.

Jerry menggerakkan jari tengahnya keluar masuk dengan cepat hingga lubang Nara yang semula kesat kini sudah semakin licin oleh cairan gadis itu.

"Ahh... hah... hah,"

"Om lepasin! Aku nggak mau! Om itu suaminya mama, jangan gila!" Sentak Nara dengan nafas terengah begitu Jerry melepas pangutan bibirnya.

"Kamu tau kenapa aku jadi suami mamamu? Karena kamu. Jadi diam saja dan jangan banyak tingkah kalau kamu nggak mau mamamu kenapa-kenapa," balas Jerry dengan suara rendah yang sudah dikuasai nafsu, mengancam Nara sambil menjilat sudut bibir yang basah bekas ciuman mereka di akhir kalimatnya.

"Om bisa ngelakuin apapun buat nyingkirin mamamu kalau kamu mau," ancam pria itu.

"Tidak. Jangan sentuh mama," ucap Nara menggeleng cepat.

"Kamu mau liat buktinya?" tanya Jerry.

Pria itu turun dari tubuh Nara dan duduk di samping gadis itu, dia menarik ponsel dari saku celananya dan mengutak-atik ponsel layar sentuh itu sebentar sebelum memperlihatkan layarnya kepada Nara.

"Lihat ini," perintah pria itu memperlihatkan layar ponselnya di depan wajah Nara.

Nara melihat, panggilan video sedang berlangsung. Di dalam layar itu, Nara melihat mamanya yang sedang tertidur pulas di atas ranjang.

Namun di samping mamanya ada seseorang yang menggunakan pakaian serba hitam dengan penutup wajah membawa sebuah suntikan di tangannya dan mendekatkan suntikan itu ke leher mamanya.

"Di dalam suntikan itu isinya racun yang menghentikan aliran darah. Kalau disuntik ke mamamu, dia bakalan mati
karena serangan jantung," jelas pria itu pada Nara.

Jerry sudah merencanakan semuanya untuk malam ini, dimulai dari memberikan istrinya obat tidur agar tidak ada yang mengganggu kesenangannya malam ini, sampai menyewa orang untuk memgancam Nara.

Nara tampak shock dan menggelengkan kepalanya cepat kepada Jerry.

"Tidak. Jangan om, jangan apa-apain mama," pinta Nara memohon sampai berlutut di samping Jerry.

Jerry menyeringai puas mangsanya masuk dalam perangkap dengan mudah.

"Kalau om nggak mau?" tanya Jerry masih ingin menggoda Nara, sangat menyenangkan melihat wajah ketakutan anak tirinya itu.

"Aku mohon, jangan sakitin mama. Aku bakalan ngelakuin apapun yang om mau... hiks, tapi jangan sentuh mama," pinta Nara memohon dengan wajah memelas dan mata yang sudah berlinang air mata.

"Apapun?" tanya Jerry lagi.

"Iya, apapun asal om tidak menyakiti mama," jawab Nara mengangguk cepat.

"Oke," jawab Jerry enteng, menutup panggilan videonya begitu saja.

"Mama?" tanya Nara tentang keadaan mamanya karena tadi pria bertopeng itu masih di kamar mamanya.

"Dia gak bakalan ngapa-ngapain tanpa perintah om," ucap Jerry menjawab kekhawatiran Nara.

"Nah sekarang giliranmu menepati janji," ucap Jerry melorotkan celananya hingga batang yang sudah keras dan menegang itu menjulang tinggi begitu keluar dari sangkarnya.

"Puasin kontol om," perintah pria itu pada Nara.
Nara menengguk ludahnya dengan susah payah melihat betapa besarnya milik ayah tirinya.

*****
Chapter lengkap sudah tersedia di Karyakarsa
@sayonaraga

Link ada di bio

Setiap chapter berbentuk pdf dan bisa didownload.

Chapter panjang di jamin puas 🙈🙊

Nara's Crazy FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang