3. Prince Ming

189 22 0
                                    

Pasukan Ming yang akan memukul mundur musuh yang berani mengambil wilayah mereka telah bersiap untuk pergi, mereka sedang menunggu Pangeran Agung yang tengah diberi nasehat oleh Kaisar dan Permaisuri sekaligus orang tuanya.

"Meskipun ini bukan perang pertamamu dan pesan Ibunda masih sama, jaga dirimu dengan baik dan pulanglah dengan utuh." Ujar Permaisuri sembari mengusap kepala putra keduanya.

"Aku tidak berjanji, Ibunda. Aku akan berusaha mengabulkan pesan Ibunda. Jika perang telah berakhir aku tidak akan pulang dengan pasukan, aku akan pergi ke Joseon untuk memastikan keadaan."

"Kabarkan keberangkatan mu, kami akan menitipkan barang untuk Pangeran Agung Joseon itu." Ujar Permaisuri diselingi tawa kecil khas miliknya.

"Baik. Aku pamit." Setelah memberi hormat pada kedua orang penting dalam negeri, dia berjalan ke kudanya dan pasukan mereka pun pergi meninggalkan keluarga masing-masing untuk mengamankan negeri yang mereka tinggali.

Kali ini memang berbeda baginya, tidak ada sosok Park Sunghoon yang berdiri di samping sang ibu saat dia berpamitan. Memang salahnya sendiri yang memberikan izin untuk Joseon kembali membawa Sunghoon.

Cukup lama untuk sampai di tempat yang telah dibangun tenda sebagai markas untuk mereka. Dalam tendanya, Pangeran Agung tengah mempersiapkan senjatanya.

"Kumpulkan saja berita yang kau dapatkan dari luar dan beritahu aku setelah perang selesai." Titahnya untuk pengawal pribadinya.

"Termasuk berita mengenai Pangeran Agung Sunghoon?"

"Menurutmu?"

Dan si pengawal hanya mengangguk, biasanya berita apapun akan tetap diterima meskipun dalam keadaan genting. Tapi sekarang, Pangeran kelima itu sangat menghindari informasi dari luar.

Mereka pergi ke tenda lain untuk menyusun rencana, mengetahui cara musuh menyerang dan kapan saja. Dia memang bukan Jenderal, tapi kemampuannya setara dengan Jenderal kebanggaan Dinasti Ming karena dia didik langsung oleh ayah dari sang Jenderal.

"Selama ini pergerakan kalian salah." Ia menunjuk daerah yang dikatakan awal penyerangan. "Mereka menyerang di sini untuk memancing kita keluar dari markas dengan membawa pasukan yang banyak, membuat pasukan di dekat markas menjadi sangat sedikit."

"Jika dilihat waktu penyerangan dan pergerakan kita sendiri, aku setuju dengan yang dikatakan Pangeran Agung. Mereka juga sengaja membuat kita lelah di pagi hari, karena penyerangan sesungguhnya ada saat malam. Sangat jelas mereka melanggar perjanjian perang." Ujar si Jenderal.

Merekapun menyusun rencana dan memperbaiki semuanya dari awal. Mereka bisa saja kalah di awal, tapi hasil akhirnya tidak pernah mengecewakan bagi pihak Kerajaan.

Pagi harinya, pasukan yang telah dibentuk pun telah berjaga di tempat biasa penyerangan pertama terjadi. Namun Jaeyoon masih berada di markas karena tugasnya adalah malam hari nanti.

Melihat para pekerja yang tengah membangun benteng, tempat itu akan dijadikan markas militer untuk berjaga di kawasan tersebut karena merupakan jalur perdagangan. Mereka harus berhati-hati dan menjaga setiap pedagang yang keluar ataupun masuk.

Saat tengah fokus melihat struktur bangunan, seorang pekerja perempuan entah sengaja atau tidak menabraknya. Lirikan tajam yang diberikan, pengawal pribadinya hanya menghela napas menghadapi kepribadian buruk tuannya.

"Lanjutkan pekerjaanmu saja." Titah Kyungjun pada pekerja itu.

"Maaf Yang Mulia, biar saya bersihkan." Tangan si perempuan langsung ditepis dengan kasar, dilihat oleh orang-orang. Lalu ditinggalkan begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LABYRINTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang