bagian 1 : bunda dan telur

0 0 0
                                    

ㅤ               Haloooo haloo semuaa

     ⃘☾             𝗡ɑ۪𝗳ɑ۪𝘀 𝗧ᧉ𝗿ɑ۪𝝹︦𝗵𝛊ْ𝗿.         🏷
    ⪩⪨ㅤ𓎢𓎟𓎡𓎢𓎟𓎡   ⪩⪨

ku buka kisah baru dengan judul nafas terakhir. tulisan ini murni hasil pemikiran saya sendiri. jadi tolong dihargai yaa!

Langit jingga mulai menghitam, menyisahkan awan awan kelabu yang kian menghilang ditelan gemerlap nya malam. Menyisahkan ribuan bintang bintang mengelilingi sang bulan. perlu diingatkan tanpa bintang bulan takan bersinar terang.

Langit-langit kamar mulai dihiasi dengan lampu lampu berwarna biru, katanya akan menyenangkan bila dapat tidur sambil melihat dan menatap langit-langit kamar berwarna biru itu. Karna baginya biru itu adalah warna yang menenangkan.

Bibirku mengulas senyum ketika terdengar ketukan pintu serta suara gema dari balik pintu itu, sesekali aku menghembuskan nafasnya.

Tok tok tok

Dibalik pintu sudah berdiri wanita cantik berbalut dress dengan wajah yang mulai menunjukan penuaan, itu bundanya.

"Ayok adek makan dulu, abang sudah tunggu dibawah." ucap sang bunda. Abell hanya patuh mengikuti titah sang bunda tanpa membantah.

Makanan sudah tertata rapih dimeja makan dengan hidangan hidangan yang menggiurkan. Ia sedikit meremat ujung bajunya, menatap pada lauk didepanya, telur.

"Kok diem aja? gasuka ya makanan nya?" ucap sang bunda menatap putri bungsunya. Abell sontak mendongkak, menatap manik sang bunda penuh harap.

'nda abell kan alergi telur, ini makanan kesukaan abang nda bukan abell, tapi abell gamau ngecewain bunda, jadi abell akan makan sambil senyum nda' gumamnya dalam hati. Ia mengulas senyumnya yang kian merekah pertanda bahwa ia sangat menyukai masakan ibunya.

"Abel suka kok nda! ini enak banget." katanya. Tanpa sadar bulir bulir bening berjatuhan pada pelupuk matanya. sesak kian menjalar hingga rongga dadanya.

"Bel kok na-"

"Udah ayok makan, abang udah ngantuk nda. Mau ngerjain tugas juga." Ucapan sang bunda lebih dulu dipotong oleh anak pertamanya, Danar Bagaspati. Pada akhirnya mereka semua menikmati makan malam dengan senyap dan tenang.

ting

Sebuah notif pesan dari hp mengusiknya, ia lantas membuka dan melihat siapa yang mengiriminya pesan malam malam begini.

Ah ternyata dari abangnya, ia lantas meringis kecil merasakan sakit pada sekujur tubuhnya. Bintik merah ruam mulai menghiasi kulit putihnya, gadis itu menangis.

 Bintik merah ruam mulai menghiasi kulit putihnya, gadis itu menangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disisi lain, danar menghela nafasnya gusar. Setelah menerima balasan sang adik, ia yakin adiknya itu sedih. Akibat perbuatannya.

Tapi ia tetap pada pendiriannya, ia hanya ingin sang adik bisa menjadi lebih kuat lagi tanpa selalu bergantung pada dirinya.

Kata abell, danar ini seperti superhero nya, melindungi tanpa diminta, menyayangi dengan segenap jiwa. Namun, itu dulu. Dulu, sebelum semuanya berubah menjadi langit hitam bergemuruh, awan awan kian kelabu.

Hidup itu seperti puzzle, jika tak mampu merangkainya. Maka takan pernah kamu temukan hasilnya. b
Berusaha lah selagi masih ada kesempatan untuk merangkainya menjadi potongan memori indah dan menyenangkan.

   ㅤ ⃘☾         𝗡ɑ۪𝗳ɑ۪𝘀 𝗧ᧉ𝗿ɑ۪𝝹︦𝗵𝛊ْ𝗿.         🏷
    ⪩⪨ㅤ𓎢𓎟𓎡𓎢𓎟𓎡   ⪩⪨

bagaimana menurut kalian ceritanya?

saya ga berharap banyak pada cerita ini, jika tidak ada yang baca pun tidak apa. karna dengan menulis saya bisa merasa senang.

jika pun tulisan ini nantinya dibaca, saya akan amat merasa senang. apa bila berkenan boleh beri saya vote dan komen. jikapun tidak, tak masalah.

see you!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nafas TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang