- 1 -

111 9 0
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Aku ingat kala itu hujan di malam kota Seoul sedang begitu derasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku ingat kala itu hujan di malam kota Seoul sedang begitu derasnya.

Biasanya juga tak sederas ini, namun aku tidak peduli. Meski harus berakhir basah kuyup seluruhnya, aku nekat menerjang hujan menuju kawasan halte kereta bawah tanah.

Aku terheran, mengapa bisa-bisanya aku tidak melupakan untuk membawa baju ganti tetapi aku justru meninggalkan payungku yang kuletakkan dibelakang pintu rumah?

Sepanjang pelarianku, aku menangkap sebuah siluet yang tak asing. Dia juga berjalan menggunakan payung transparannya menuju ke halte yang sama.

Sejenak aku menggelengkan kepalaku. Mungkin tadi hanyalah ilusiku saja sebab seharusnya dia tidak disini, bahkan di negara ini.

Aku tetap meneruskan langkahku hingga aku tiba di halte yang dimaksud. Halte yang biasa kugunakan sehari-hari sepulang dari kantor.

Dengan langkah sedikit gontai sehabis lelah berlari, aku masuk kedalam kamar mandi untuk cepat-cepat mengganti pakaianku. Keretaku akan tiba lima belas menit lagi.

Setelah berganti, aku langsung keluar dari kamar mandi dan berlari ke depan perbatasan tempat tunggu kereta. Semua pakaianku aku letakkan didalam sebuah tas belanjaan yang kubawa tadi pagi.

Aku terengah, lelah juga rasanya aku tak berlari secepat itu. Apalagi akhir-akhir ini aku sudah mulai jarang berolahraga akibat waktu yang tak memadai. Pekerjaanku di kantor kian menumpuk meski sudah kuselesaikan.

Tak lama, aku mendengar keributan kecil yang menyorakkan nama seseorang tak jauh dari tempatku berada.

"Jiwoong oppa! Boleh kah kami berfoto denganmu?"

Ah, Jiwoong. Rasanya sudah lama sekali aku tidak mendengarnya.

Terakhir kali aku memanggil nama itu sekitar... lima tahun yang lalu? Entahlah, aku tak begitu ingat.

Tanpa kudasari, rupanya keretaku telah tiba dihadapanku hingga bunyi klakson terdengar.

Aku pun masuk bersama dengan antrian lainnya. Namun suara seseorang yang membalas pertanyaan tadi seketika membuatku membulatkan mata terkejut.

"Te-tentu saja, tapi hanya sekali ya."

Bukankah itu suara...

"Baiklah, pintu kereta akan kami tutup."

"Tu-tunggu-"

Sebelum aku sempat meraih pintu kereta untuk keluar. Pintu pun sudah ditutup setelah penyampaian sang operator.

Seharusnya aku bisa bertemu kembali dengannya, meminta penjelasan atas ini semua.

Mengapa? Mengapa dia kembali kesini?

Sora's Journal, 20 Sept 2020

---

TBC

Homesick (short story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang