- 4 [END] -

14 5 0
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

Keheningan masih berlanjut di salah satu sudut meja cafe. Dimana Jiwoong dan aku memilih duduk di sana. Letaknya cukup jauh dari beberapa tamu dan pelanggan yang ada agar pembicaraan kami tak didengar oleh siapapun.

"Aku tak akan berbasa-basi, kau mau membicarakan apa denganku?" Tendasku menatap manik mata Jiwoong yang juga menatapku dalam.

Waktu yang diberikan sebenarnya tak dibatasi oleh temanku yang bermurah hati mau menggantikan pekerjaanku melayani pelanggan di kasir untuk sementara.

"Bisakah kita... kembali seperti dulu?" Pintanya padaku. "Bukankah saat itu kau yang menginginkan kita putus?" Tanyaku terheran.

Dia tak menjawab, gerak-gerik matanya menandakan dia sedang gelisah mencari jawaban yang tepat. "Aku... sejujurnya... sejak saat itu, aku tak bisa tidak memikirkanmu. Awalnya karena keegoisanku sesaat ingin menjadi seorang aktor. Aku berakhir harus memutuskan hubungan denganmu yang malah menjadi boomerang bagiku sendiri, aku minta maaf." Sesalnya, terlihat bagaimana cara dia menatapku penuh penyesalan.

Jika dia mengatakan itu tepat di pertemuan kami sebelumnya, mungkin saja aku akan mempertimbangkannya. Penjelasan yang selama ini kunantikan.

"Kau tak perlu meminta maaf, tak ada yang salah di sini. Tapi permintaanmu tak akan bisa kukabulkan." Hanya itu yang dapat ku katakan sekarang.

Seketika dia tersenyum padaku. "Aku tahu. Begitu melihat apa yang kau kenakan, aku sudah menerkanya." Ucapnya pelan.

Aku tersenyum kecil. Benar, aku sudah bertunangan dengan Hanbin. Temanku sekaligus pacarku yang selalu ada di kala aku terpuruk dan patah hati.

Dua hari yang lalu dia mengajakku untuk bertunangan dengannya. Aku sangat terkejut karena kukira aku tak akan sampai pada tahap ini bersamanya. Rupanya takdir memang berkata lain.

"Aku akan ke Tokyo setelah proyek dramaku selesai dan menetap di sana bersama keluargaku. Mungkin saja aku tak akan kembali lagi." Jelasnya kali ini lebih terdengar seperti ucapan perpisahan. "Apa kau tetap akan memasukkan nomorku di daftar hitam-mu?"

"Pfft! Baiklah aku akan memindahkannya." Aku membuka ponselku dan segera memindahkan nomornya dari daftar hitam. "Sudah, ada yang perlu ku lakukan lagi?"

"Bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya?" Aku lantas terdiam, terlalu terkejut atas permintaan tak terduga itu. "A-aku...-"

"Hahaha, aku hanya bercanda. Baiklah aku harus segera pergi, agensiku akan meneleponku bila aku berlama-lama di sini, selamat tinggal." Jiwoong pun melambaikan tangannya padaku sebelum punggungnya perlahan menghilang dibalik pintu kaca cafe.

Alih-alih mengucapkan kata sampai jumpa, ia benar-benar mengucapkan kata selamat tinggal. Sekali lagi, aku dan Jiwoong tak akan bertemu untuk jangka waktu yang begitu lama yang aku pun tak tahu kapan pastinya.

Apakah suatu saat kami akan bertemu untuk kesekian kalinya dengan keadaan yang sudah jauh berbeda, ataukah sampai akhir kami benar-benar tak akan saling bertemu?

Entahlah...

Sora's Journal, 12 Oct 2020



- THE END -

Homesick (short story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang