*⚠️ CERITA DIDOMINASI ADEGAN DEWASA ⚠️*
Jenan
Mobil IONIQ putih dari arah selatan mendekat ke area drop off Exodus—bar yang dikunjungi Jenan malam ini. Janitra menepati janjinya untuk mengantar pemuda 25 tahun itu ke sana setelah dibuat pusing oleh rengekan Jenan yang tanpa henti. Janitra juga membantu Jenan untuk memberikan alasan palsu kepada Fanny supaya Jenan bisa pergi.
Maminya Jenan juga percaya saja dengan alasan itu lantaran Jenan malah menambah alasan lain dengan mengatakan bahwa dia akan menginap di rumah Janitra—yang tentu saja belum disepakati dulu oleh yang punya rumah.
Namun janji tetaplah janji. Janitra si anak baik tetap mengantar Jenan sampai ke bar, yang langsung membuat sahabatnya bersemangat.
"Yakin kalian nggak mau ikut?" Jenan menatap Janitra dan Nadya yang duduk di depan.
"Enggak Jen, makasih ya." jawab Nadya. "Gue nggak mau usaha berhenti minum jadi sia-sia."
"Jen, kalau bisa lo udah di rumah gue jam 2 pagi. Gue nggak mau bangun lewat dari jam itu buat bukain pintu." kata Janitra.
Jenan berseri-seri. Ia mengedipkan sebelah matanya sebagai jawaban lalu keluar dari mobil. "Thanks tumpangannya. Hati-hati guys."
Mobil Janitra melaju meninggalkan Jenan yang kini berjalan menuju pintu depan Exodus. Dari semua bar yang pernah Jenan kunjungi, hanya Exodus yang membuatnya nyaman. Selain tidak terlalu ramai, harga minuman yang dijual masih ramah di kantongnya yang sering pasang surut.
Jenan juga merindukan masa-masa nakalnya bersama Janitra dan Savian saat masih kuliah. Ketika umur mereka baru menginjak 21 tahun, ketiganya mendatangi Exodus dengan agenda perayaan jadi dewasa. Saat itu uang yang mereka miliki hanya cukup untuk makan siang di kampus dan transportasi ke kosan. Jadi, mereka sengaja menabung untuk membeli tiga gelas Rum Punch atas rekomendasi senior mereka yang sering datang ke Exodus.
Dari sanalah Jenan mulai mengenal dunia malam. Tempat ini juga lebih 'bebas' dari bar kebanyakan. Di sini orang bebas berdansa sesuka hati, bertingkah liar selama mereka tidak membawa senjata atau narkoba dan sejenisnya. Karena saat masuk tadi, para petugas memeriksa semua barang bawaan dengan teliti. Mereka bahkan meminta Jenan untuk mengosongkan semua kantong yang ada di pakaiannya. Ia hanya menemukan lembaran uang dua ribuan dan.... Sebungkus kondom.
Wajah Jenan seketika merah padam saat petugas menatap isi barangnya yang random itu. Jenan tidak ingat kenapa ada kondom di dalam celana jeansnya. Apakah ia pernah memakai jeans ini saat bertemu dengan salah satu cowok di kencan butanya lewat Grindr? Tapi itu sudah lama sekali...
Di saat itu pula Jenan menyadari kalau ia sudah lama tidak mencuci celana jeansnya.
Beruntungnya petugas itu tidak menyita kondom tersebut. Namun tetap saja, Jenan malu saat mengambilnya lagi untuk dimasukan ke kantungnya. Ia segera berjalan cepat memasuki ruang utama Exodus yang dihiasi temaram lampu, serta langit-langit yang dipenuhi lampu sorot ke lantai dansa.
Seperti kebanyakan bar pada umumnya, dari tampak depan seolah sepi—tapi saat masuk ke dalam, puluhan orang sudah memenuhi area meja, barstool, dan lantai dansa yang ada di tengah-tengah ruangan.
Jenan tidak langsung menuju bartender, ia memusatkan pandangannya ke arah lantai dansa dan sesekali di sekelilingnya. Ia ingin mencari seseorang yang menarik dulu untuk digoda sebelum ia membeli minuman—tapi sayangnya tidak ada.
Jenan sempat menemukan satu laki-laki yang berbadan tinggi sedang bersandar di dinding. Bisepnya yang ditutup lengan kaos polo hitam menarik perhatian Jenan namun ia sadar kalau dia tak akan bisa menyamai kekuatannya kalau-kalau mereka akan melakukan hal lain.
![](https://img.wattpad.com/cover/372761445-288-k657317.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
How Long Before We Fall In Love?
Fanfiction∙ HEEJAKE AREA ∙ Jadi pengangguran dadakan disaat lagi banyak cicilan yang belum lunas, Hamal terpaksa mencari pekerjaan baru walaupun gajinya jadi lebih kecil daripada yang sebelumnya. Transisi dari budak korporat jadi budak ahensi bikin jantung Ha...