Happy Reading
Malvin Maverick
"Gue udah bilang, gue bukan Avin seperti yang kalian maksudkan. Gue Malvin!" Malvin terus saja mengelak dan terus memberontak saat dibawa pergi oleh sosok lelaki yang mengaku sebagai ayah kandung dan saudara kandungnya.
"Dia Gilar, abang sulungmu Avin," ucap Graha memperkenalkan Gilar anak sulung pada anak bungsunya yang sama sekali tidak peduli dengan ucapannya.
"Mau pulang, mau pulang, mau pulang!" Malvin terus saja memukul dada bidang Gilar yang saat ini sedang memangku nya. Malvin tidak peduli dengan keluarga kandung atau abang atau apapun itu.
Saat ini Malvin hanya ingin pulang!
"Diam!" tekan Gilar dengan menatap tajam Malvin. Membuat Malvin menunduk dan terdiam sejenak. Sebelum akhirnya mengoceh kembali.
"Mau pulang, mau pulang!" Graha yang sedikit kesal dengan kelakuan bungsunya. Segera merebut Malvin dari Gilar lalu memangku Malvin. Mengarahkan kepala Malvin pada ceruk lehernya sambil menepuk pantat berisi Malvin dengan pelan. Berharap jika Malvin tertidur.
"Darimana luka-lukamu berasal?" tanya Gilar saat menyadari banyaknya lebam diwajah Malvin.
"Tadikan disrempet sama lo!" Malvin bersuara lirih dengan mata yang kapan saja tertutup.
"Jelaskan Gilar!" ucap Graha penasaran.
Gilar akhirnya menjelaskan jika tadi sebelum sampai dirumah kedua orang tua angkat Malvin. Gilar sempat menyerempet Malvin hingga jatuh. Akan tetapi Gilar tidak begitu peduli karena belum tau jika orang yang terserempet mobil miliknya adalah adiknya sendiri.
"Anak lo gak tanggung jawab banget, kepala gue bocor. Malah ditinggal kabur!" gerutu Malvin yang malah membuat Gilar dan Graha terkejut lalu segera mengecek keseluruh bagian kepala Malvin.
Dan ternyata benar jika kepala Malvin bocor. Terbukti adanya luka dibalik rambut kepala belakang dengan darah yang terus keluar.
"Jery kita kerumah sakit sekarang!" peringatah Graha pada sang asisten dan segera menuju rumah sakit.
Saat sampai dirumah sakit Malvin segera diobati namun saat akan melakukan pen-jahitan pada luka Malvin yang dalam. Malvin sempat memberontak sebelum akhirnya luluh dengan rayuan Graha.
"Gue gak mau ya, nanti gue disuntik," tolak Malvin yang masih berbaring diranjang rumah sakit.
"Tidak perlu takut, ada daddy disini Avin!" rayu Graha berusaha membujuk Malvin.
"Gue bilang gak mau ya gak mau! Jangan maksa bisa gak sih. Gue ihklas kalau gue digebukin atau gue dibacok pakai kampak sama lo. Tapi gue gak mau kalau disuntik bius." Malvin masih kekeh ingin menolak.
Sedangkan Gilar yang sudah tidak sabar bergerak ingin memaksa Malvin. Namun dicegah oleh daddynya. Membuat Gilar berdecak kesal.
"Daddy minta tolong sama Avin. Mau ya buat dibius, tidak sakit ko," rayu Graha dan entah dorongan dari mana tiba-tiba Malvin berhenti memberontak.
"Iya..." pasrah Malvin.
Gilar menyunggingkan senyum saat tau kelemahan adik bungsunya yang nakal itu. Ternyata membujuk Malvin tidak sesulit itu. Hanya perlu menghilangkan ego kita dan meminta tolong. Maka dengan mudahnya Malvin akan menurutinya.
Malvin dibaringkan dengan posisi tengkurap karena lukanya berada dibagian belakang. Rambut Malvin terpaksa dipotong habis dibagian belakang agar mudah untuk menjahit nya.
"Saya bius dulu ya, Malvin," ucap dokter laki-laki. Yang membawa satu suntikan ditangan.
Graha yang mengerti jika anaknya takut segera mendekat dan mendekap Malvin. Secara reflek Malvin berbaring miring dan memeluk pinggang Graha dengan kuat.
"Arghh... anjing, babi!" umpat Malvin saat merasakan benda tajam yang menusuk kulit.
"Mulutmu!" tekan Gilar namun Malvin sama sekali tidak peduli dan malah menyembunyikan kepalanya diperut Graha daddynya.
Setelah selesai diobati Malvin meminta untuk pulang dan tidak mau dirawat dirumah sakit.kata Malvin dia bukan orang penyakitan hingga sampai harus dirawat.
Akhirnya Graha dan Gilar setuju dan membawa Malvin untuk pulang ke mansion mereka. Saat sampai di mansion ternyata Malvin tertidur. Berakhir Gilar abang sulungnya, menggendong Malvin ala koala dan membawa Malvin masuk.
"Apa dia adiku?" tanya seseorang yang usianya tidak jauh dari Gilar. Dan Gilar hanya menjawab dengan deheman lalu membawa Malvin ke lantai dua dimana letak kamar Malvin berada. Kamar yang sudah disiapin jauh-jauh hari oleh Graha.
Dengan hati-hati Gilar membaringkan tubuh Malvin dengan posisi miring, agar luka Malvin tidak terhimpit dengan bantal.
"Bantu aku!" perintah Gilar pada Vino abang kedua Malvin.
Dengan cepat Vino membantu memegang tubuh Malvin agar tetap berbaring miring. Sedangkan Gilar membantu melepaskan baju Malvin yang kotor dan banyak sekali bekas terkena tanah. Entah apa yang sebenarnya sudah dilakukan oleh Malvin hari ini.
Saat melihat tubuh Malvin yang tidak berbalut baju. Mata Gilar dan Vino membulat saat melihat banyaknya luka lebam dan bekas sayatan.
"Bajingan! Apakah orang tua angkat Malvin yang melakukannya," tanya Vino dengan tangan yang mengepal kuat.
"Kurasa bukan!" jawab Gilar.
Gilar yakin dengan feeling nya. Karena dari cara ayah dan ibu angkat Malvin yang memperlakukan Malvin dengan penuh kasih sayang. Sangat mustahil jika mereka menyiksa Malvin seperti ini.
"Lalu siapa?" tanya Vino penasaran.
Gilar hanya diam dan sama sekali tidak ada niatan menjawab ucapan Vino. Membuat Vino kesal dengan sifat dingin abang sulungnya ini. Walaupun kenyataannya sifat dingin itu juga sama dengan sifat Vino sendiri.
Setelah selesai mengurus Malvin. Akhirnya Vino keluar saat Gilar menyuruhnya pergi dari sana. Berakhir Malvin tidur dengan Gilar yang memeluk Malvin agar Malvin tetap pada posisi miring. Sengaja Gilar memposisikan Malvin seperti itu. Karena jika Malvin tidur dengan posisi tengkurap, Gilar takut Malvin akan kesulitan bernafas.
"Abang tau, saat itu kamu kabur dari rumah karena keinginanmu yang ditentang oleh daddy. Dan karena kamu yang selalu dikucilkan.Sekarang kamu sudah kembali lagi Avin, mulai sekarang abang pastikan jika kamu selalu ada dalam pengawasan kami. Dan tidak akan pernah kami biarkan kamu pergi lagi!"
_____
Pagi hari tiba dan Malvin sudah berada diruang makan dengan ketiga manusia berbeda umur. Yaitu daddy, abang serta yang satu lagi Malvin tidak tau.
"Anterin pulang yok!" pinta Malvin pada Graha daddynya yang sendari tadi hanya diam dan terus memperhatikan Malvin. Membuat Malvin risih sendiri.
"Makan dulu, setelah itu baru kita bicara!" tegas Graha yang mau tidak mau Malvin turuti. Jujur saja Malvin juga lapar sekarang.
Setelah selesai makan Malvin dibawa keruang keluarga dan duduk diantara Vino dan Gilar.
"Jadi kapan pulangnya?" tanya Malvin.
Graha menghembuskan nafasnya kasar. Lalu menatap lekat wajah Malvin yang begitu mirip dengan Graha saat muda dulu.
"Ini rumahmu, kamu mau pulang kemana lagi memangnya?" tanya Vino abang kedua Malvin.
"Kalo gak bisa nganterin gue, gak papa sih. Gue bisa pulang sendiri." Malvin berdiri dari duduknya dan bersiap akan pergi, namun dengan cepat Malvin kembali terduduk saat tangannya ditarik oleh Vino.
"Ini rumahmu!" ucap Gilar dingin.
"Sorry, ini bukan rumah gue. Karena rumah gue itu bebas tanpa banyak aturan!" sindir Malvin.
Jangan lupa bantu vote and komen
Jangan hanya jadi pembaca bayangan!
Karena vote itu gratis!
KAMU SEDANG MEMBACA
Malvin Maverick
Teen FictionKehidupan yang penuh ketenangan dan kebebasan yang dimiliki oleh Malvin. Harus sirna setelah kejadian yang selalu Malvin hindari terjadi. Ketenangan Malvin harus lenyap karena kedatangan keluarga kandung Malvin. Yang selama ini Malvin hindari. "Bu...