Bab 17 [Lexius, Kenzie, Ian]

97 17 13
                                    

Follow Me... 🙏

Happy Reading 🌻

°°°

"Tolong apa?" Tanya Ian dengan ragu.

Mendengar nada keraguan Ian, lagi-lagi membuat Aluna tersenyum.

"Aku ingin meminta bantuan kalian untuk mengungkapkan kejahatan Bu Maretha, Pak Martha dan juga Bibi Neti dan Mang Nata. Jangan sampe kejadian ini terulang kembali, aku tak mau kembali ada korban lagi. Aku juga ingin pergi dengan tenang, tolong bantu aku." Ucap memohon Aluna pada Ian.

"Gue harus bantu apa?" Tanya Ian lagi, sedikit lebih tenang dan tak ada keraguan lagi dari nada bicaranya.

"Kamu disa ambil barang bukti di handphoneku, yang aku simpan di dalam tasku, dan aku melempar tas itu sebelum aku tertabrak truk, kearah semak-semak." Jelasnya.

"Tapi gimana caranya gue sama sodara gue gak bisa kemana-mana, ini juga kan karena ulah Lo sendiri." Ucap Ian, sedikit kesal.

Aluna kembali tersenyum, "bisa. Kalian bisa mengambil bukti itu. Asalkan kalian jangan menggunakan kendaraan pribadi kalian." Jelasnya.

"Jalan kaki gitu? Tapi kan tetep gak bisa." Kata Ian, Frustrasi.

"Itu juga jika kalian berniat melanjutkan perjalanan kalian tanpa memenuhi persyaratan atau memecahkan misteri di desa ini, tapi jika kalian berjalan kearah sebaliknya dan berniat membantu mengungkapkan misteri ini, kalian tak akan tersesat atau berada di jalan yang sama. Percayalah." Jelas Aluna, meyakinkan.

"Tapi kan tetep aja jaraknya tuh jauh, masa gak boleh pake kendaraan." Protes Ian.

"Bisa, asal jangan menggunakan kendaraan pribadi kalian." Aluna menjawab dengan tersenyum.

"Terus tas nya ada di-

Belum sempat dirinya bertanya kembali, sosok gadis tadi tiba-tiba saja menghilang.

"Anjir ngilang. Woi! Lo dimana!"

"Hah,, pokoknya gue harus bisa dapetin bukti itu, gue harus cepet-cepet keluar dari desa ini. Gue harus kasih tau Aru sama Dudu. Tapi gimana cara keluar dari sinii nyaa!!" Ian kembali berteriak frustasi, dengan mengacak-acak rambutnya.

"Mau nangis aja rasanya."

°°Sovely_nd°°

"Za!"

"Arza!"

Kenzie membangunkan Ian, sembari tangan kanannya memegang minyak kayu putih, dan mendekatkannya ke hidung milik Ian.

"Arzayyan, bangun!" Kenzie mengguncang tubuh Ian, berusaha membangunkan Ian.

"Coba cipratin air Du."

Lex pun menurut, dan mencipratkan air yanga ada dalam botol minum miliknya.

"Bangun Arza!"

Khuk.. khuk..

Ian terbatuk-batuk.

"Akhirnya." Lex dan Ken berucap lega.

Ian menarik ingusnya pelan, dirinya duduk di antara saudara kembarnya. Menatap keduanya bergantian, lalu menatap lurus kedepan.

"Lo kenapa Za? Mimpi buruk? Atau kangen mama sama papa?" Tanya Ken dengan hati-hati, saat melontarkan pertanyaan terakhir, takut membuat sedih.

Ian menoleh kearah Ken. Menatap Ken dengan lekat lalu kembali memalingkan wajahnya kedepan.

"Gue tadi mimpi." Ucap Ian lirih.

"Mimpi apa hm?" Tanya Lex, mengusap kepala Ian dengan lembut.

"A.. lu.. na." Jawabnya.

Xodiac : The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang