Third chap

10 1 0
                                    

happy reading ya ya yaaaa~!!



Ketika pulang sekolah Emma pulang dengan menaiki mobil jemputan Nael, rencananya mereka hari ini akan menginap.

Orangtua Emma sendiri lah yang menitipkan Emma untuk di jaga sementara oleh keluarga Nael karena mereka akan pergi untuk perjalanan bisnis, Emma adalah anak tunggal sehingga ia akan kesepian jika tidur sendirian.

Memang terdengar agak tidak wajar, anak berusia 17 tahun masih tidur bersama kedua orangtuanya, tetapi itulah Emma ia dibiasakan hidup nyaman serta kemauan yang tak pernah di tentang.

"Na, Papi bilang pulang dari jepang dia mau beliin kita mainan yang banyaaakk banget! Nanti unboxing sama-sama yuk, udah lama juga 'kan kita ga update?" ajak Emma dengan antusias.

"Ayuk ayuk!"

Oh iya, maksud mereka itu update di channel youtube yang sudah dirintis sejak mereka kelas 4 SD hingga saat ini, isi kontennya hanya berisikan vlog mereka ketika bermain, liburan, membuka mainan baru, atau challenge yang sedang tren di sosial media.

Tak main-main subscribers mereka sudah menyentuh angka 2,7 juta, yah dukungan orang dalam juga salah satu faktor mereka memiliki subscribers sebanyak itu sih.

Saat ini Emma dan Nael telah sampai di rumah besar Nael, orangtua Nael bekerja sebagai pengusaha batubara, kakak-kakak nya juga memiliki perusahaan mereka masing-masing.

Bisa dibilang keluarga Emma itu sangat tertolong karena berhubungan dekat dengan keluarga Nael.

Yang mana Nael adalah anak kesayangan, dan Emma adalah satu-satunya teman Nael, maka dari itu Emma mendapatkan perlakuan yang sangat baik di keluarga Nael.

"NAEL PULANGG" teriaknya ketika memasuki rumahnya, para pelayan menyambut Nael dan membawakan tas Nael dan Emma.

"Mama Nael manaa?" tanyanya.

"Nyonya di dapur Tuan Kecil, mari saya antar." jawan salah satu pelayan menjawab pertanyaannya.

Sesampainya mereka di dapur langsung saja mereka memeluk sang Mama yang memang tinggi, sekitar 176 cm sehingga tinggi mereka hanya menyampai dadanya saja.

Emma memeluk dari sebelah kiri dan Nael dari sebelah kanan.

"Ehh sayangnya Mama udah pulang, capek ga?" wanita ini bernama Inka Oswald, atau lebih sering di sebut Nyonya Inka.

Inka menaikkan putra bungsunya ini ke dalam gendongannya dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang lain mengusap lembut surai hitam panjang Emma.

"Capek Maa~" Nael menyamankan wajahnya di ceruk leher Inka, sedangkan Emma masih memeluk pinggang Inka erat-erat.

"Mama buat puding kesukaan Baby, kita makan sama-sama ya?"

"Yeayy!!" sahut Nael dan Emma bersamaan.

"Babyy, Emma! Jangan di dapur panas, sini sama kakak sayang."

Itu adalah kakak terakhir Nael, alias kakak ketiganya. Namanya Dasha Oswald satu-satunya anak perempuan di keluarga ini.

Nael seperti ini hanya kepada orang-orang yang dapat membuatnya merasa nyaman, mungkin sangat berbanding terbalik dengan ketika Nael tak bersama keluarganya atau Emma.

"Nael sekolahnya gimana, Sayang?" tanya Dasha mengusap rambut Nael yang agak lepek karena sejak tadi berlarian dan berada terlalu lama di dapur.

"Biasa saja, iya 'kan Em?" jawab Nael melihat kearah Emma yang berjalan di belakang mereka, dan Emma mengangguk setuju.

"Em ga mau cerita sesuatu sama Kakak?" tanya Dasha setelah mereka duduk di sofa ruang tamu.

Emma menggaruk belakang lehernya yang tak gatal, "Cerita apa Kak?" herannya.

"Haha, ngga. Kalian mandi sana kalau kesorean nanti sakit." perintah Dasha mengalihkan topik pembicaraan.

"Tapiii Nael cape tauu." Nael menjatuhkan dirinya di atas sofa dengan posisi berbaring telentang.

"Mau gendong?" tanya Dasha.

"Big noooo Kakak!" tolak Nael lalu berlari pergi dari sana dengan menarik tangan Emma agar pergi bersamanya.

Setelah sampai di kamar Nael yang sangat luas dan bernuansa soft blue ini, mereka pun membersihkan tubuh mereka. Tidak mandi bersama kok, Nael juga paham batas persahabatan mereka.

Sebagai anak tunggal Emma cukup merasa iri dengan Nael yang memiliki segala yang ia tak punya seperti keluarga yang hangat, saudara yang banyak, harta yang melimpah ruah, hingga kepintarannya.

"Emma mau tau deh, kenapa Nana bisa sempurna?" tanya Emma kepada Nael yang sedang mengeringkan rambutnya, sedangkan ia duduk di ujung kasur Nael.

"Hahaha, apa sih Em? Sempurna itu satu-satunya hal yang mustahil." jawab Nael.

"Nana mana tau? Nana di mata orang-orang itu sempurna, meskipun ga nomor satu tapi Nana itu sempurna."

"Sempurna kok ga nomor satu? Emma, yang nomor satu juga belum tentu sempurna."

Emma menghela nafas pelan, melanjutkan perbincangan ini sama saja seperti mengajukan topik debat kepada Nael, dan itu tak ada ujungnya.

Tok, tok, tok....

"Tuan kecil, makan malam sudah siap."

"Iyaa!"

"Yeay! Ayok kita makan, Na." ajak Emma berdiri dari duduknya dan menggenggam tangan Nael untuk pergi bersama.

"Wahh Papa udah pulang!?" Nael berlari ke arah seorang pria berusia 50-an yang sedang duduk di kursi meja makan.

"Wahhh Nael udah mandi, ya? Wangi banget sih, sini Papa kiss banyak." pria itu adalah Eston Oswald, kepala keluarga Oswald, sekaligus pria yang paling memanjakan Nael.

Eston menaikan Nael ke dalam pangkuannya, mengecupi leher dan wajah Nael dengan gemas.

"Emma gimana sekolahnya, sayang? Mami bilang kamu pindah club ya?" tanya Arvens Oswald, anak sulung disini.

"Iya, Emma ikut club memasak soalnya udah satu minggu Emma tetep ga bisa jadi cheer leader, lagian Em kan pendek." jawab Emma.

Iya benar, awalnya Emma memang mengira menjadi anggota club cheer leader itu menyenangkan, ia juga bisa memamerkan kemampuan akrobatiknya nanti. Namun itu lebih sulit dari yang Emma bayangkan.

"Em kok ngomong gitu, sih? Justru setiap club cheer leader itu butuh yang pendek, biar gampang di angkat-angkatnya." timpal Dasha.

Emma menggeleng tak setuju,"tetep aja, Emma ga bisa."

"Ya baguslah kalau Em ga maksain diri, masak-masak juga seru." sahut Inka, ia sedang menuangkan air di masing-masing gelas mereka.

"Terus Baby, beneran ga mau ikut club apapun? Udah kelas 2 lho, sayang kalau waktu kamu ga di manfaatin baik-baik." tanya Arvens, menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Nael ga suka bicara sama orang-orang, belajar yang giat aja cukup, 'kan?" jawab Nael yang masih berada di pangkuan Eston, dan Heska yang menyuapinya.

"Baby, belajar penting, tapi punya teman lain juga penting." ucap Dasha lembut.

"It's okay Babyy, apapun selama kamu happy." ucap Heska mengusap kepala Nael lembut.

Mereka pun melanjutkan makan malam, kemudian Nael dan Emma segera membuat konten sebelum semakin larut malam.





Tbc

vomentt^__^

Strange Side Of Love || OnGoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang