Saat itu aku dan kamu sedang menunggu pesanan makanan datang. Karena waktunya yang lumayan lama, kamu mulai memainkan handphonemu. Anehnya tidak ada sinyal, dan kamu mengerucutkan bibirmu.
"Oh ya kan ada handphone kantor," kamu mengeluarkan handphone yang satunya, dan menyalakan sinyal dan hotspot.
Sembari sibuk untuk menyambungkan handphonemu, aku meraih handphone kantormu. Salah satu benefit kantor yang tidak kuperoleh.
Ku buka whatsapp dan berharap hanyalah rekan dan partner yang kutemukan disitu. Tapi ada satu chat yang terlihat, "ayaaang lagi apaaa" ucapku membaca chat tersebut.
Mendengar itu kamu merebut handphone itu cepat, belum sempat ku buka chat yang lain, karena angkanya tidak hanya satu. belum sempat atau memang sengaja tidak mau buka? entah.
Aku terdiam,..
"Aku bisa jelasin" katamu."kamu kalau punya hubungan yang lain bilang sama aku, biar aku ga kaget" potongku
"Dia tuh asal aja, aku sama dia ga ada hubungan apa-apa" jelasmu
Jujur, aku tidak mau dengar. Atas apa yang kulihat ditambah kamu yang langsung menghapusnya.
"Aku barusan bilang kamu apa sih ini handphone kantor jadi gausah chat yang aneh aneh" ucapmu bagai mengeja kalimat yang kamu ketik.
aku menghela nafas, mencoba mengatur ritme nafas.
'kejadian lagi ya?' batinku, Setiap detik berlalu dengan rasa sakit yang menusuk-nusuk, merenung tentang bagaimana bisa saja aku begitu buta terhadap rahasia yang tersembunyi begitu baik. Tetapi di antara rasa sakit itu, ada juga amarah yang membara, ingin tahu, dan kekecewaan yang mengguncang dasar-dasar keyakinanku.
Kamu memegang handphone sambil melihat ke arahku menantikan reaksi apa yang akan aku lakukan.
"Sayang jangan diem aja, aku bisa jelasin.."
"Dia tuh ya bener-bener sembarangan banget"
"Aku sama dia beneran ga ada apa-apa."
Diam. Aku merasa setiap kata yang kamu lontarkan hanyalah kata yang pernah dia ucapkan dulu kepadaku. Aku merasa terjebak dalam kebingungan antara keinginan untuk menyalahkan diri sendiri atau marah pada temanmu. Namun, lebih dari itu, aku merasakan hampa yang dalam dan kehilangan yang membingungkan. Bagaimana mungkin cinta yang kubayangkan begitu tulus ternyata hanya ilusi di antara kalian?
"Sayang... Ga mau berantem. Mau baik-baik ajaaa. Tadi kita ketawa ketawa loh.."
Aku masih diam, karena bila terucap satu kata pasti tangis yang sudah kutahan sekuat tenaga bisa meledak juga.
"Sayang..." Kini tanganmu mulai mencolek daguku. Berharap aku mulai mengeluarkan semua pertanyaan yang ada diotakku.
"Sayaangg, dia bukan siapa siapa.."
"Yang kamu lakuin.,
- sama kaya dia tau ga.." kataku singkat.
Aku padahal sok kuat.
Rasanya seperti dunia seakan berhenti sejenak di sekitar aku dan kamu.
Kamu mencoba menangkap napas dengan berat, berusaha memahami kata-kataku yang sepertinya menusuk langsung ke hatimu. Tapi, dalam keheningan yang menyiksa itu, kamu ingin yang aku ucapkan tidaklah benar. Kamu terdiam dan menundukkan kepala, mencoba menahan air mata yang sudah menggenang di sudut matamu. Tangismu pecah.
Loh,.. yang tersakiti disini aku kan?
Aku berdiri di persimpangan antara menjadi yang tersakiti atau yang menyakiti, dan kebingungan itu melingkupi diriku seperti kabut tebal. Di satu sisi, rasa sakit yang menusuk dalam, luka yang membekas dalam ingatan, dan perasaan terkhianati begitu nyata. Tapi apa yang sekarang terjadi? Kamu yang menangis didepanku.
Tangismu kian meledak. Makanan yang kita pesan saja belum sempat datang, tapi perubahan emosi begitu cepat berganti.
Aku beranjak dari kursiku dan mengelap air matamu.
"Aku.. Aku.. Aku ga kaya mantan kamu..." ucapmu dengan bibir bergetar.
Sepenggal kalimatku barusan sangat menyakiti kamu ya? Lebih-lebih dari kata 'ayang' yang muncul di handphonemu?
Aku tertawa getir, "Iya sayangg iyaa" kataku sekenanya.
Kamu masih menangis dan aku mencoba untuk memelukmu, tapi kamu tepis karena semua orang menatap kita.
"Malu.." Satu kata keluar dari mulutmu dan kamu menyapu sisa air mata milikmu sendiri.
Aku kembali duduk dikursiku. Diseberangmu kali ini, semoga nanti tidak ada chat lain yang tidak sengaja kubaca.
Aku bukannya ingin tahu, cenderung tidak ingin. Yang selalu aku ingin percayai, kalau kamu benar sayang padaku.