"Kamu ada yang mau diceritain nggak sama aku?" tanyaku sedikit bergetar.
Kamu berhenti memainkan handphonemu, dan melirikku sekilas.
"Aku harus cerita apalagi?"
"Ya aku gatau?"
"Aku ga ada bohong sama kamu, aku udah cerita semuanya.,"
Jawaban darimu yang masih belum menjawab pertanyaan aku. Padahal kamu rasanya juga tahu seramai apa pikiran aku. Aku pun tau kamu menunggu aku untuk menumpahkan semua isi pikiran aku, seandainya kamu tahu sesulit apa untuk melakukan apa yang kamu harapkan. Aku belum siap untuk mendengar jawaban terburuk darimu, jawaban yang aku lebih baik tidak perlu tahu, tapi sakit ya rasanya padahal pertanyaan saja belum bisa terucap dari mulutku?
Aku menatap kamu lumayan lama, hingga kamu tersadar bahwa aku menunggu jawaban darimu.
Hubungan memang milik berdua, tapi bukan berarti faktor orang lain itu tidak boleh ada dihubungan kita.
Mungkin itu yang kamu dan aku belum mengerti.,
"Ya dia taunya aku balik ke Bekasi, tapi ternyata aku disini,"
aku terdiam,
"Dia ga terima aku ga main sama dia, ya aku bilang aku ga harus main sama kamu, aku ga harus kabarin kamu kalau aku pulang, iyakan?"
"aku punya pacar, aku pengen sama pacar aku emang salah? iyakan? dia tengah malem tiba-tiba bilang didepan kalau kamu bilangnya apa ya ke aku, omongan kamu ga bisa dipegang. aku bilang dia aku ga harus ya kabarin kamu, kamu apa sih kalau sampai pacar aku mikir aneh awas ya kamu"
sakit.
"kamu ada janji apa sama dia?" tanyaku parau,
"dia ajak aku main, aku bilang aku besok pulangnya jadi ga bisa main. terus aku pulang hari ini kan ternyata tapi aku mau nginep di kamu, aku nginep kan di kamu,"
lagi-lagi aku ga tau sisi lain kamu yang ini, sebanyak apa ya aku ga tau tentang kamu?
aku sedih...
kejadian dua hari yang lalu agak membuatku ketakutan setiap kali ada yang jalan disamping kamarku.
aku yang tengah berkutat dengan laptop karena mengejar dateline kerjaan dan kamu yang tertidur disampingku, tiba-tiba seseorang mengetuk kamarku.
aku bergegas bangkit dan membuka pintu,
"Akannya ada?"
Seorang perempuan yang baru ketemui itu bertanya dengan nada datar,
" Ada tuh," Jawabku.
Wanita tersebut mendekat dan berteriak "Kamu bilang apa ya sama aku? Kamu janji apa sama aku?"
Kamu bangun lantas berdebat lumayan keras didepan pintu kamarku. Kemudian kamu dan dia bergegas naik ke atas, ke kamarmu. Kamar yang kamu tinggali bersama dia.
Aku terduduk di pinggir kasurku. Aku butuh memproses semua kejadian yang terjadi sangat cepat ini. Agak lumayan lama pintu kamarku terbuka. Kosong dan sepi...
Aku menutup perlahan, lalu menutup mulutku dan mulai terisak kecil. Ini ada apa sih? Ada apa ya? Beberapa menit yang lalu kamu masih manja sama aku, kita berdua masih berpelukan dan saling melemparkan kalimat aku sayang kamu. Kamu ada apa? Ada hal apa yang aku ga tau tentang kamu?
Pikiranku begitu ramai, dan tangis ini kian pecah.
Perlahan kudengar tangismu yang semakin kuat, dan pintu kamarku terbuka.
"Aku ga kuat, aku ga mau sama dia.." kamu menaruh tumpukan bajumu di lantai kamarku, aku menoleh.
Dengan posisi duduk, kamu memelukku dan menangis. Ku usap sisa airmata sendiri, jangan nangis dulu ya, batinku.
Kamu terus menangis, dan dia kembali datang.
"AKU TAU DIA PACAR KAMU. AKU TAU KALIAN BERDUA PACARAN. AKU TAU! TERUS APA?" teriaknya
"Aku ga mau sekamar sama dia, aku ga mau ketemu dia," tangismu kian pecah
"AMBIL GA BAJU KAMU!" teriaknya lagi,
kamu mengusap tangismu, "ANJING LU YA!"
aku takut, dan merasa sangat kecil. aku merasa asing.
Kamu bangkit dan mendorongnya kasar, seolah tidak puas, dia memaksa masuk dan meminta kamu untuk mengambil tumpukkan baju kamu.
Tumpukkan baju yang menandakan bahwa kamu keluar dari kamar milik kalian berdua,.
"APALAGI?" teriakmu"AMBIL BAJUNYA!" balasnya.
Kamu mengambil tumpukkan baju itu dan memberikan ke dia agar urusan ini cepat selesai. Kamu menutup pintu kamarku dan menguncinya dari dalam. Kamu menatapku dan kembali menangis.
Aku merentangkan tanganku, seolah paham kamu mendekat dan memelukku. Kamu kembali menangis.
Not gonna lie, peristiwa tadi tidak bisa dibilang baik-baik saja.
Aku tidak sampai hati untuk berkata, "That's okay, everything will be okay."Aku saja seperti orang bodoh yang tidak paham konteksnya apa.
Aku memeluk dan menepuk punggungmu pelan, berharap bahwa kehadiranku bisa menenangkan kamu. Meskipun aku tidak mengerti hubungan yang seperti apa milik kalian berdua.
Mungkin seandainya aku bertanya padamu ini ada apa kamu pasti memberikan jawaban yang bisa membuatku lega.
tapi aku malah memutuskan untuk tenggelam dalam kecemasanku sendiri.
lalu besok kita sama sama tersenyum seolah olah tidak terjadi apa apa dan kamu tidak bertanya apakah aku baik baik saja. Selalu begitu.