🕵️♀️👨💼
Lama Klarisa tak menjadi detektif, hal itu menggelitik relung jiwanya. Ia membuka koper berisi peralatan saat pengintaian. Senyum sendiri sambil mengenang memori orang-orang yang pernah ia bantu.
"Ibuuu," panggil Cendana. Ia masuk ke dalam kamar membawa buku memarnai.
"Apa, sayang. Udah mau bobo?"
"Udah. PRnya udah selesai. Ibu lagi apa?" Cendana meletakkan buku mewarnai dan pinsil warna di meja kerja Klarisa.
"Lagi beresin barang-barang Ibu." Klarisa dipeluk Cendana dari belakang. "Kamu kenapa?"
"Bu. Kata Bu Guru mau ada piknik ke kebun binatang."
"Oke, terus?" Klarisa meletakkan kamera kembali ke dalam koper.
"Papa Mama ikut katanya. Cendana kan nggak punya Bapak."
Mencelos hati Klarisa, ia tutup koper tadi lantas memangku Cendana.
"Kata siapa? Dana punya Bapak tauuuu, tapi masih sibuk kerja. Ngumpet dulu!" Klarisa mencolek ujung hidung Cendana lalu membawanya ke atas ranjang.
"Bapak nggak pergi ya, Bu? Apa dikubur?"
Klarisa tertawa geli. "Ada kok Bapak kamu, nanti juga ketemu. Sekarang sabar dulu. Mau bobo di sini apa sama Opa, Oma?"
"Sama Ibu, deh, gantian. Bu ... Bu!"
"Apa ... apa?!" kekeh Klarisa.
"Bapak Dana baik apa jahat?"
"Baik, lah. Buktinya Cendana baik." Klarisa mengusap punggung Cendana lembut.
"Iya, ya, Bu. Dana kan suka bagi makanan ke temen sekolah sama tetangga. Bu, besok kalau Dana sekolah, beliin kue ya, yang banyak, mau di kasih ke temen-temen."
"Oke! Siap! Berdoa dulu sebelum bobo," pinta Klarisa. Cendana berdoa, lalu mengusap tangan ke wajahnya. Ia peluk guling, memunggungi Klarisa yang tersenyum.
"Kasihan kamu, sabar ya, Cendana," batin Klarisa.
***
Apartemen dua kamar di sewa Darka, ukuran kecil dengan harga sewa satu bulan dua setengah juta karena di tengah kota. Ia menempati lantai tiga, tak terlalu tinggi karena memang ia tak mau.
Kemeja beserta pakaian lain ia laundry, tinggal dirapikan ke lemari di kamar yang juga ukurannya kecil. Lemari dan ranjang mepet dengan tempat tidur.
Sepatu kerja sudah disiapkan sendiri di dekat pintu, sandal, sepatu santai ia beli juga hanya sepasang.
Darka belanja isi kulkas dan kabinet dapur di supermarket dekat apartemen. Terlatih hidup sendiri semenjak kejadian itu, membuat dirinya tak manja apalagi mengandalkan orang lain lagi. Salah satu hikmah dari masalah yang menerpa.
Darka duduk di kursi meja makan, pandangan mengarah ke layar TV menayangkan acara balapan mobil.
Rindu sekali dengan sirkuit, rindu juga bekerja sesuai bidang yang dikuasai.
Senyum Darka merekah, ia tau harus memulai dari mana untuk menaikkan penjualan produk minuman yang menjadi pesaing minuman berkabonasi serupa di tanah air.
Sarapan selesai, hari pertama bekerja ia tak mau terlambat, apalagi mepet datang, ia mau jauh lebih pagi dari staf lain.
Dengan busway ia akan bekerja, penampilannya sudah sama seperti karyawan kantoran yang lalu lalang.
Busway berhenti di halte sebelum halte tujuan Darka. Pandangannya mengarah ke mobil sedan hitam yang kacanya tak terlalu gelap.
Wanita mengemudi asik mengunyah makanan sambil menggoyangkan kepala mengikuti alunan musik jika Darka tebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magnetize ✔
RomancePlayboy yang tidak mau menuruti kemauan orang tuanya untuk berhenti bermain-main dengan hidupnya terutama wanita. Usianya masih 21 tahun namun karena latar belakang keluarga pebisnis ulung, ia berhasil lulus kuliah lebih cepat dan sudah punya bisni...