2. Masih Sana Seno

21 4 2
                                    

Sepasang kaki berdiri di hadapannya, Seno mendongak, melihat si pemilik kaki.

Sepasang kaki berdiri di hadapannya, Seno mendongak, melihat si pemilik kaki

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sa—sana.."

Gadis yang di sebut namanya itu ikut luruh di hadapan Seno. Tangan Sana meraih kedua sisi wajah Seno, "Ngga apa—apa Seno, nangis aja sepuasnya.."

"Sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sana.. Gimana gue bisa baik—baik aja setelah ini? Ngga masalah kalo Ibu pukul gue terus, ngga masalah kalo ibu maki—maki gue, tapi kalo ibu pergi dan ngga mau ketemu gue lagi, gue ngga bisa.. Cuma ibu yang gue punya hisk.." ujar Seno dengan tangisan yang pilu.

Sana mengigit bibirnya, rasanya ingin ikut menangisi Seno juga. Kenapa dia harus melihat kejadian tadi dengan tidak sengaja? Berakhir di hadapan Seno, dengan cara mengikuti pemuda itu berlari dari belakang menggunakan mobil pribadinya adalah keputusan yang bahkan Sana saja tidak mengerti. Melihat dengan kedua matanya sendiri, bagaimana Ibu Seno memaki dan memukul Seno  dengan kejam, cukup membuat Sana menatap iba pada pemuda ini. Dibalik senyum tengil Seno, ternyata ada luka lain yang pemuda ini pendam.

"Sakit banget San, rasanya sesak banget hisk.. Gue ngga suka perasaan kaya gini.. Ini lebih sakit dari pada pukulan Ibu.. Kenapa ibu ngga mukul gue aja? Kenapa ibu harus pergi ninggalin gue?"

"Seno.."

"Gue emang nakal, makanya semua orang pergi.."

"Seno.."

"Gue benci diri gue sendiri, ibu benar, gue pembawa sial, harusnya dia bunuh gue sejak awal.."

"Harusnya ibu ngga harus ngorbanin mimpi—mimpinya, cuma karna anak ngga tahu diri kaya gue.."

"Apa gue—"

"Cukup Seno!" tegas Sana.

"Lihat gue! Ibu lo pergi, tapi hidup lo harus tetap berjalan buat ngebuktiin kalo lo bisa jadi anak yang berguna, ngga kaya apa yang ibu lo bilang! Buktiin sama dia, kalau tanpa dia, lo bisa hidup dengan benar, dan yang terpenting, lo bukan anak pembawa sial, kaya apa yang beliau omongin ke lo!"

Bukan Dengan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang