#2. TATAPAN SAMA

12 2 2
                                    

Lewat aksara jadi perantara masih ku simpan banyak cerita yang mungkin kau sudah lupa.
Kelak kau akan menyadari dan tak akan kau temukan kedua kali, seseorang yang selalu memujamu dalam setiap sajak-sajak dan kalimat yang merindu.
Untaian kalimat yang mengayun dayun mengiringi alunan tangis tanpa temu, menghiasi atma yang melangkah gontai wajah semu lesu sebab temu saja sulit untuk diperuntukkan ku.

Gayas yang tengah presentasi di ruang sekretariat bersama beberapa anggota terdiam sejenak saat bayangan Arra tiba-tiba saja melintas terlihat di pintu yang sedikit terbuka. Gayas bukan pemuda yang menye-menye soal percintaan hanya saja dia berpegang teguh dengan prinsip untuk tidak mencintai hanya untuk mengisi tulisan kisah masa remaja nya saja.

"Ok guy's! Meeting kali ini gue rasa cukup dulu untuk pembahasan beberapa acara event tahunan kita akan susun ulang acaranya." Ucap Gayas.

Setelah beberapa anggota keluar dari ruang sekretariat Elsa menghela nafasnya kasar, "kenapa Lo?" Tanya Dion yang baru saja merubah posisi duduknya menjadi sebelah Elsa.

"Capek." keluh Elsa.

Dion menaikkan satu alisnya lalu menepuk pucuk kepala Elsa pelan dua kali. "Capek ya istirahat bukan ngeluh." Ujarnya namun pandangan matanya fokus lurus menatap laptop yang sempat ia bawa.

Gayas yang melirik sekilas raut wajah Elsa lantas ia mengerutkan kening nya sesaat, cinta itu kentara dan tatapan nya sama.

"Gue tau." Balas Elsa dengan ketus lalu keluar ruangan.

Dion yang gak begitu peka berdecak lalu pandangan nya teralihkan kearah Gayas yang sejak tadi duduk diam.

"Lo liat kan, makan nya gue gak mau ribet sama yang namanya cewek." Ujar Dion pada Gayas.

"Elsa gak ribet, lo nya aja yang gak peka." Balas Gayas.

____

"Sebel banget kan Ra?" Ucap Elsa dengan sedikit menggebu. Setelah menceritakan apa yang ia rasa saat bertemu Dion.

"Sabar aja ya." Balas Arra sebab ia sendiri juga gak begitu paham hubungan sahabatnya dengan pemuda yang bernama Dion, karena yang Arra tau Dion itu sahabat Gayas sekaligus asisten BEM dan keduanya memang satu jurusan.

"Gak ada jawaban yang lain apa Ra."

"Ya terus gimana? Kak Dion kan emang gak se-peka itu ke lo." Ujar Arra yang lantas dapat tatapan tajam dari sang sahabat.

Arra terkekeh dengan tatapan tajam ya g dilayangkan Elsa terlihat sangat lucu, gadis blasteran Jerman dan Indonesia itu memang secantik itu bahkan ada lesung pipi kecil di pipi sebelah kanan nya, bodoh sekali kalau Dion tak mau dengan nya.

Memang effort untuk sebuah perasaan itu tidak boleh setengah apalagi untuk yang tulus meski terkadang ketulusan dibalas dengan tak keseriusan.

"Besok Lo ada kelas jam berapa?" Tanya Elsa kepada Arra.

Arra yang sejak tadi bergelut dengan perasaan nya sedikit terperanjat dengan pertanyaan Elsa. "Dih! Malah melamun."

"Gak kok, tadi Lo tanya apa?"

"Besok Lo ada kelas jam berapa?" Tanya Elsa mengulang.

"Oh, siang kayanya."

"Minggu besok gue sama anggota BEM mau ngadain dinner dan boleh bawa temen diluar anggota, Lo ikut yah? Please."

Arra mengetuk jarinya di dagu seolah tengah berfikir. "Jangan lebay deh Ra." Sentak Elsa kesal sebab sahabatnya itu seolah tengah berfikir sangat keras.

"Memang gak apa-apa kalau gue ikut." Ujar Arra.

Elsa yang hendak menyuapkan makan siang nya meletakkan kembali sendoknya di atas piring. "Lo benar-benar ya Ra! Kalau Lo gak dibolehin ikut gue juga gak bakalan ngajakin lo kali." Omel Elsa.

Dion dan Gayas yang hendak melewati keduanya berhenti sebab mendengar seruan dari Elsa. "Lo kenapa sih, Frozen. Marah-marah mulu," tegur Dion yang masih berdiri di sebelah Elsa bersama Gayas.

Arra menundukkan wajahnya, kenapa ia tak sadar kalau ada Gayas yang ikut berdiri di situ. Gayas memasukan sebelah tangan nya di hoddy hitam miliknya.

"Jangan panggil gue kaya gitu kak!" Sentak Elsa.

"Gak usah marah-marah entar semua disini beku gegara Lo." Ledek Dion dengan senyum yang menurut Elsa sangat mengejek.

"Liat deh Ra, nyebelin banget kan dia." Ucap Elsa kepada Arra yang senyum kaku lalu mengusap lengan sahabatnya lembut.

"CK. Buruan gue laper Dion!" Ujar Gayas.

Apa yang membuatnya kaku seperti ini, padahal semuanya biasa saja mungkin perasaan atau hatinya yang memang sengaja di bekukan.

Arra memang lebih memilih diam untuk menghindari segala rasa yang ia punya sebab untuk menggapai sebuah impian indah perlu banyak pengorbanan yang harus ia tempuh di perjalana nya.

Sore hari nya Arra memasuki rumah yang sepi, kemana mama nya? Ah, Arra lupa kalau sang Mama memang sudah berpamitan untuk beberapa hari pergi ke rumah sang Kaka untuk menghadiri acara pernikahan putra nya.

Mungkin nanti Sabtu sore Arra baru menyusul sang Mama sebab memang Arra masih sibuk dengan ujian yang akan di laksanakan beberapa hari lagi.

Gadis itu yang selesai bersih-bersih setelah pulang dari kampus kembali turun menuju dapur untuk membuat kopi. Arra memang tak segila itu dengan minuman yang mengandung kafein itu tapi sesekali Arra memang minum untuk menghalau rasa kantuk dan lelah nya.

"Dikampus capek banget kayanya." Seru suara yang mengagetkan nya.

Hampir saja kopi yang ada di dalam mulut Arra disemburkan nya. "Kaka kok, ada dirumah. Arra kira Kaka sudah menyusul mama,"

Romeo berdecak lalu duduk di sebelah Arra, keduanya memang tengah duduk di mini bar dapur. "Kalau gue kesana duluan, Lo mau berangkat sama siapa?"

Arra mengangguk, "iya juga sih."

"Lo kapan kembali sih kak?" Tanya Arra karena memang Kaka nya ini bekerja diluar kota.

"Baru aja tadi siang."

"Cepet banget kak Danu nikah, Kaka kapan?" Tanya Arra iseng di tambah dengan senyum manis nya.

Romeo hampir saja hendak melemparkan sendok di tangan nya jika dia tidak ingat yang tanya ini adik satu-satunya. "Mulutnya udah kaya emak-emak kurang kerjaan." Balas Romeo lalu menaiki tangga rumah nya menuju kamar kembali.

"Padahal pertanyaan ku umum sekali, kenapa malah Kaka ngambek." Gumam Arra. Tolong ingatkan Arra pertanyaan umum ya g ia maksud bisa saja menjadi pertanyaan personal yang membuat lubuk hati para jomblo yang meronta.

_______

Pagi nya Rra dan Romeo baru sampai di kediaman sang Kaka sepupu yang hendak melangsungkan pernikahan.

"Dateng nya mepet banget sih." Gerutu sang Bude pada kedua ponakan nya itu.

"Nih," ujar Romeo menunjuk sang adik yang tengah menampilkan senyum lebar nya. "Seharusnya sore kemarin kita langsung kesini tapi nih bocah ada acara dinner sama kawan-kawan nya."

"Kan cuma sebentar kak." Bela Arra.

Mungkin dia tau adanya Arra di tengah mereka membuatnya tak bisa datang dengan alasan ada acara keluarga yang tak bisa ia hindari. Semoga apa yang di semogakan oleh umatnya tuhan senantiasa mengabulkan nya, meski bukan aku yang nantinya ia pilih setidaknya peran ku sudah digunakan untuk memperjuangkan nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAYANIKA VIRAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang