Sebelum mulai baca, jangan lupa untuk vote dan tinggalkan komentar ya. Kalau ada typo atau kesalahan, jangan ragu kasih tahu, terima kasih sebelumnya!
Buat kalian yang baru pertama kali mampir di Wattpad-ku, jangan lupa follow agar tidak ketinggalan update cerita seru berikutnya!
✧
Malam semakin larut, tetapi Alya masih duduk di kamarnya, menatap ponsel yang tidak kunjung menyala. Kepalanya berdenyut, memikirkan pesan-pesan aneh yang diterimanya siang tadi. Pria tua yang ia temui, pesan misterius itu, dan wabah yang terus memburuk—semuanya terasa seperti potongan-potongan puzzle yang belum menyatu.
Alya mencoba menenangkan dirinya, berpikir bahwa mungkin semua ini hanya paranoia. Namun, perasaan di dalam dirinya, firasat kuat yang tak bisa dia abaikan, mengatakan hal lain.
Di luar jendela, kota kecil itu tenggelam dalam keheningan yang hampir menakutkan. Biasanya, suara kendaraan atau langkah-langkah orang masih terdengar sampai larut malam, tetapi sekarang, semuanya terasa mati. Orang-orang lebih memilih untuk bersembunyi di dalam rumah, takut terjangkit penyakit yang terus mengancam. Wabah itu terus memakan korban, dan sekarang berita tentang kematian semakin banyak. Setiap hari, angka terus bertambah. Tidak ada yang tahu apa yang menyebabkan penyakit itu atau bagaimana cara menghentikannya.
Pikiran Alya terpecah ketika tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu kamarnya.
"Alya?" Suara ibunya terdengar, serak dan pelan. "Kamu baik-baik saja?"
Dia segera bangkit, membuka pintu untuk melihat sosok ibunya yang tampak lebih lelah dari biasanya. Matanya merah, kulitnya terlihat lebih pucat dari sebelumnya. "Ibu hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Kamu tidak turun untuk makan malam."
Alya tersenyum kecil, meskipun jauh di dalam hatinya, kecemasan bertambah. "Aku baik-baik saja, Bu. Hanya sedikit pusing."
Ibunya menatapnya dengan penuh kasih sayang, tetapi Alya bisa melihat ada sesuatu yang tidak biasa di balik tatapan itu. Ada sesuatu yang hilang, seperti kekuatan dan semangat yang biasa ada dalam diri ibunya mulai memudar.
"Baiklah. Tapi kalau kamu butuh sesuatu, jangan ragu untuk panggil ibu," ujar ibunya sebelum berbalik dan menutup pintu.
Setelah ibunya pergi, Alya kembali duduk di tempat tidurnya. Dia mengalihkan pandangannya ke jendela, memperhatikan bayangan yang bergerak di luar. Malam yang sunyi ini terasa begitu asing, dan semakin dia memikirkannya, semakin jelas bahwa ada sesuatu yang mengintai di balik keheningan ini.
Sekitar tengah malam, saat dia hampir tertidur, suara itu kembali. Suara berderak-derak pelan seperti seseorang sedang berjalan di atas lantai kayu tua. Alya terbangun dengan cepat, menahan napas, mencoba mendengarkan lebih jelas. Tapi suara itu tiba-tiba berhenti, meninggalkan keheningan yang jauh lebih mengerikan.
Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya. Dia tidak sendirian di dalam rumah. Atau mungkin hanya imajinasinya saja? Dia mencoba meyakinkan dirinya bahwa mungkin suara itu hanya berasal dari lantai yang sudah tua, tetapi hatinya berkata lain.
Suara itu muncul lagi. Kali ini, lebih dekat. Alya menahan napas, tubuhnya tegang. Dia meraih ponselnya—yang ajaibnya menyala kembali—dan dengan tangan gemetar, dia mencoba membuka kunci layarnya. Saat ponsel terbuka, ada pesan baru di layar.
"Kau harus keluar sekarang, sebelum terlambat."
Pesan itu datang dari nomor yang sama. Alya merasa jantungnya hampir meledak. Apa maksud pesan itu? Apakah ini hanya gurauan aneh, atau ada sesuatu yang benar-benar terjadi?
Suaranya semakin jelas. Bukan hanya berderak, tapi sekarang ada langkah kaki yang jelas, perlahan mendekat. Alya tidak bisa lagi mengabaikan ketakutannya. Jantungnya berdebar kencang saat dia menatap pintu kamarnya, berharap apa pun yang ada di luar tidak akan masuk.
Tiba-tiba, ketukan terdengar di pintu.
"Alya...," suara itu memanggil. Itu bukan suara ibunya.
Dia mundur, gemetar. Ketukan itu semakin keras dan cepat, seolah-olah ada seseorang atau sesuatu yang ingin masuk ke dalam kamarnya.
"Keluar, Alya. Sebelum semuanya terlambat."
Dengan cepat, Alya mengambil jaketnya, meraih kunci dan ponselnya, lalu berjalan pelan ke arah jendela. Pintu kamarnya bergetar seolah-olah ada yang mencoba membukanya dari luar. Ketukan semakin keras, dan suara itu berubah menjadi desakan yang menyeramkan.
Tanpa berpikir panjang, Alya membuka jendela dan melompat keluar. Dia mendarat dengan keras di rumput basah, tetapi tidak memperdulikannya. Hanya ada satu hal yang ada di pikirannya sekarang: menjauh dari rumah itu secepat mungkin.
Dia berlari tanpa tujuan, hanya ingin menghindar dari apa pun yang ada di belakangnya. Jalanan lengang, hanya diterangi oleh lampu jalan yang suram. Udara malam terasa lebih dingin dari sebelumnya, membuatnya menggigil.
Setelah beberapa menit berlari tanpa henti, Alya berhenti di dekat sebuah taman kecil yang gelap. Nafasnya tersengal-sengal, tubuhnya bergetar karena adrenalin. Dia melihat sekeliling, berusaha memastikan bahwa tidak ada yang mengikutinya. Tapi rasa takut tidak menghilang, justru semakin kuat.
Dia mengambil ponselnya lagi dan mencoba menghubungi Andra. Tidak ada jawaban. Dia mencoba lagi. Tetap tidak ada jawaban.
Kemudian, sebuah pesan baru muncul di layar ponselnya. Kali ini, berbeda dari sebelumnya.
"Kamu terlalu lambat, Alya. Mereka sudah datang."
Alya merasa mual. Dia tidak tahu siapa 'mereka', tapi rasa takut yang menjalar di dalam dirinya memberi tahu bahwa apa pun itu, mereka bukanlah manusia.
Malam itu berubah menjadi mimpi buruk yang tidak pernah dia duga. Sesuatu sedang mengintai kota kecil ini, dan Alya baru saja berada di tengah-tengahnya. Kini, dia harus menemukan cara untuk bertahan hidup di dunia yang berubah menjadi semakin gelap dan menakutkan setiap harinya.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SILENT PLAGUE
HorrorDi sebuah kota kecil yang tenang, penyakit misterius mulai menyebar tanpa peringatan. Orang-orang yang terinfeksi tidak segera berubah menjadi mayat hidup, tetapi mereka perlahan kehilangan kesadaran, menjadi terobsesi dengan suara tertentu yang han...