Aku pasti kembali

2 1 0
                                    

Aku menuju tempat yang telah di sebutkan oleh Arthur. Sebuah goa yang terletak di ujung kerajaan. Tempat itu sangat sulit untuk di lewati jika dengan berjalan.

Aku menjatuhkan raja Warlok di mulut goa. Arthur turun dengan perlahan.

"Apakah ini tempatnya?" Tanyaku.

"Iya." Jawabnya singkat.

"Baiklah, aku akan menghancurkan pintu batu tersebut." Ucapku.

"Tunggu dulu. Pintu ini hanya bisa di buka menggunakan Energy ku." Sahut Arthur.

"Itu taruhan yang besar. Kalau kau tidak bisa kembali ke sini, siapa yang akan membukanya?" Tanyaku.

"Itu tidak akan terjadi. Aku pasti akan kembali." Ucap Arthur.

"Padahal kau tadi sudah tertangkap dan babak belur, tapi masih bisa juga bersikap seperti itu." Balasku.

"Itu tadi hanyalah sebuah kebohongan. Aku berpura-pura kalah supaya bisa mendekati raja. Namun kau malah datang terlebih dahulu." Jelas Arthur.

"Jadi, kau tadi hanya pura-pura saja?"

Aku menatap Arthur dengan wajah datar. Kenapa aku bisa di bohongi semudah ini oleh Arthur.

"Aku mungkin tidak bisa mengalahkan pengawal raja itu sendirian. Jadi terimakasih Hanji, kau telah datang menyelamatkan." Lanjut Arthur.

"Aku akan memukul mu nanti. Sekarang buka pintu ini." Ucapku.

Arthur menyalurkan Energy miliknya ke batu tersebut, membentuk sebuah pola yang rumit. Beberapa saat kemudian, batu tersebut terbuka. Arthur berjalan di depan, memandu ku. Sedangkan aku di belakangnya sambil menyeret raja Warlok.

Setelah berjalan beberapa menit, akhirnya kami sampai di sebuah ruangan yang sangat besar. Bagaimana bisa ada ruangan seperti ini di sini?

"Ruangan ini sudah ada sejak lama, namun tidak pernah terpakai. Tapi berkat itulah, semua warga bisa selamat." Ujar Arthur.

Aku mencari keberadaan Nana, namun belum kunjung ketemu.

"Hanji." Panggil seseorang dari arah belakang.

Aku menoleh ke belakang dan mendapati Nana yang sedang menatap ku tidak percaya.

"Nana." Panggil ku.

Perasaan ku bercampur aduk. Nana seperti sedang menunggu sesuatu. Aku melapangkan kedua tangan ku, pasti ini yang di tunggu oleh Nana. Semua pasangan yang lama tak bertemu pasti ingin melakukan sebuah "pelukan" bukan?

Aku sudah menunggu lama, namun Nana tidak segera berlari dan memeluk ku. Aku bahkan sampai melambaikan tangan.

"Mama, mama. Paman itu aneh ya." Ucap seorang anak kecil di belakang ku.

"Kamu tidak boleh bicara seperti itu." Ucap ibunya.

Amarah ku sudah memuncak, aku berbalik dan memarahi anak itu.

"Siapa yang kau panggil aneh, dasar anak kec,"

Tiba-tiba saja ada seseorang yang memelukku dari belakang. Sangat hangat. Aku tidak berbalik, namun aku balas menggenggam tangannya.

"Nana." Panggil ku.

"Hmmm. Apa?" Jawab Nana.

Suara Nana tidak terdengar dengan jelas karena wajahnya menempel di punggung ku. Sayup-sayup terdengar suara tangis dari Nana. Aku membiarkannya melampiaskan semua perasaan yang dia pendam. Namun sepertinya pakaian ku juga menjadi korban.

"Hey Nana! Jangan menggunakan pakaian ku sebagai lap untuk ingus mu itu!" Teriakku pada Nana.

Nana hanya tertawa kecil. Aku suka dengan sifat jahilnya itu.

Bare hand (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang