Penemuan Bayi di Hutan Terlarang

3 0 0
                                    

Elara Morgath, penyihir legendaris yang telah hidup selama lebih dari lima abad, menapaki jalan setapak di tepi Sungai Eldris. Hutan Terlarang, tempat tinggalnya selama bertahun-tahun, menyapa dengan kehangatan mentari pagi yang menembus tajuk pepohonan yang rindang. Suara air sungai yang mengalir dengan tenang dan kicauan burung-burung yang merdu menjadi musik alam yang selalu menemani langkahnya.

Meskipun usianya sudah lebih dari 5 abad, Elara tetap terlihat seperti wanita muda yang cantik berusia 27 tahun. Dia mengenakan jubah ungu panjang yang berkilauan dengan benang emas, jubah yang menjadi simbol kekuatannya sebagai penyihir. Jubah itu berkibar dengan lembut di sekitar tubuhnya saat dia bergerak.

Tiba-tiba, Elara mendengar suara tangisan bayi yang lemah. Penasaran, dia mengikuti suara itu dan menemukan sebuah keranjang bayi yang tergeletak di bawah pohon ek raksasa. Di dalam keranjang tersebut, terbaring bayi laki-laki yang baru lahir, terbungkus selimut kain putih, dengan rambut hitam legam dan mata hitam pekat.

Sekelompok rusa, kelinci, burung, dan hewan hutan lainnya mengelilingi bayi itu, seolah-olah mereka menjaganya. Hewan-hewan itu menatap Elara dengan mata yang penuh perhatian dan kepercayaan.

Elara terharu dengan pemandangan ini. Dia teringat legenda kuno tentang hutan terlarang, yang konon dijaga oleh roh-roh alam. Mungkinkah hewan-hewan ini adalah perwujudan dari roh-roh itu?

Elara terpaku sejenak, menatap bayi mungil itu dengan penuh rasa iba. Dia membungkuk dan ingin mengambil bayi itu dengan hati-hati.

Elara tersenyum dengan lembut kepada bayi itu. "Jangan khawatir" bisiknya. "Roh-roh hutan akan melindungimu."

Elara mengulurkan tangannya dengan hati-hati dan menyentuh pipi bayi itu. Bayi itu menatap Elara dengan matanya yang sembab dan hitam. Elara merasakan kehangatan dari bayi itu, seolah-olah bayi itu membawa harapan baru bagi dirinya dan hutan terlarang.

Elara memutuskan untuk membawa bayi itu pulang ke pondoknya. Dia akan membesarkannya sebagai anaknya sendiri dan memberinya nama Kael Lucian, yang berarti "pangeran cahaya". Dia yakin bahwa Kael Lucian akan membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi hutan terlarang dan dunia.

Elara memeluk Kael dengan erat, merasakan kehangatan tubuh mungil bayi itu di dadanya. Hewan-hewan hutan yang mengelilingi mereka tampak tenang dan senang, seolah-olah mereka tahu bahwa bayi itu akan aman bersama Elara.

Dengan hati-hati, Elara melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak menuju pondoknya di tengah Hutan Terlarang. Cahaya matahari menembus celah-celah dedaunan, menerangi jalannya dengan semburat keemasan. Suara kicauan burung dan gemerisik dedaunan menjadi iringan perjalanannya.

Setelah beberapa saat berjalan, Elara akhirnya tiba di pondoknya. Pondok itu terbuat dari kayu dan batu, dengan atap dedaunan hidup yang tumbuh direkayasa menggunakan sihir hingga meneduhi teras depan. Di sekitar pondok, terdapat berbagai macam tanaman herbal dan bunga yang tumbuh dengan subur, memancarkan aroma harum yang menyegarkan.

Elara membuka pintu pondoknya dan melangkah masuk. Di dalam pondok, suasana hangat dan nyaman menyambutnya. Perabotan terbuat dari kayu yang halus, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit. Di atas meja, terdapat berbagai macam botol berisi ramuan dan buku-buku tebal berisi manuskrip sihir.

Elara membawa Kael ke kamar tidur. Kamar itu sederhana dan berisikan beberapa furnitur-furnitur yang terbuat dari kayu. Elara teringat bahwa dia tidak memiliki tempat tidur bayi untuk Kael.

Elara mengambil sebongkah kayu ek di tempat penyimpanan kayu bakar dan menutup matanya untuk berkonsentrasi. Dia mengulangi mantra-mantra kuno yang diwariskan oleh nenek moyangnya, mantra yang digunakan untuk menciptakan benda-benda dari kayu. Dia memvisualisasikan tempat tidur bayi yang indah, terbuat dari kayu yang kokoh dan halus, dengan desain yang sederhana namun elegan.

Perlahan, seberkas cahaya muncul kayu ek tersebut. Cahaya itu semakin terang dan perlahan kayu ek tersebut berubah menjadi sebuah tempat tidur bayi yang indah. Kayunya berwarna coklat muda, dihiasi dengan ukiran-ukiran bunga dan daun. Elara tidak memiliki Kasur yang sesuai dengan tempat tidur bayi tersebut, ia berinisiatif melipat selimut tebal sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan alas dan meletakkannya di tempat tidur bayi yang baru saja ia buat.

Dia meletakkan Kael di tempat tidur bayi itu dan menyelimutinya dengan selimut. Kael tertidur dengan lelap, wajahnya penuh dengan ketenangan dan kebahagiaan.

Namun tidak berselang waktu lama, tiba-tiba Elara mendengar suara tangisan Kael. Bayi itu terbangun dengan wajah yang merah dan merengek. Elara menyadari bahwa Kael lapar. Elara paham bahwa bayi baru lahir membutuhkan ASI untuk makanan utamanya. Namun, Elara tidak memiliki ASI.

Pada masa lalu Kerajaan telah berusaha menemukan pengganti ASI selama bertahun-tahun, dan Elara pun terlibat dalam penelitian ini. Elara akhirnya berhasil menemukan formula ramuan yang mampu merangsang produksi ASI pada wanita yang tidak memiliki ASI. Penemuannya ini, yang ia namakan "Lactorum", menjadi solusi bagi para ibu di seluruh kerajaan yang tidak dapat memberikan ASI kepada bayinya.

Elara melangkah menuju ruang ramuannya. Di ruangan itu, aroma berbagai tanaman herbal menyapa penciumannya.

Dengan tangan yang terampil Elara memilih beberapa tanaman herbal yang sama dengan yang dia gunakan untuk membuat Lactorum. Dia mencampurkan tanaman-tanaman itu dengan air murni dalam sebuah wadah, mengaduknya dengan mengalirkan energi sihir. Selama beberapa menit tampak cahaya biru kehijauan mulai memancar dari wadah, pertanda bahwa lactorum berhasil dibuat. Elora memasukan ramuan tersebut pada sebuah tabung khusus terbuat dari kristal lalu meminumnya dalam sekali tegukan. Rasa manis dan sedikit pahit langsung terasa di lidahnya, bercampur dengan sensasi hangat yang mengalir di seluruh tubuhnya.

Dia merasakan sensasi kesemutan di dadanya pertanda bahwa Lactorum mulai bereaksi dalam tubuhnya. Elara membuka bajunya dan menempelkan bibir Kael ke payudaranya. Elara kemudian menyusui Kael. hal ini merupakan pengalaman pertama bagi Elara menyusui bayi. Ia hanya mengandalkan istingnya sebagai wanita saat menyusui bayi di depannya. Kael meminum ASI dengan lahap. Wajahnya yang merah dan merengek berubah menjadi tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kael The Uncrowned Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang