Hari pertama di sekolah baru terasa biasa saja. Aku datang ke kelas, memperkenalkan diri secara singkat, dan duduk di kursi kosong dekat jendela. Saat istirahat pertama, aku dikerumuni oleh teman sekelas yang ingin berkenalan. Namun, pada istirahat kedua, hanya satu orang yang mendatangiku.
Namanya Izumi. Dia cukup populer, jadi aku tidak tahu mengapa dia menghampiriku.
"Oi, Ryota, sendirian aja?" tanyanya dengan nada gembira.
"Iya, mau ke kantin bareng?" jawabku dengan kurang semangat.
Sesaat setelah aku menanyakan itu, sekelompok cewek mengajak Izumi untuk makan bersama.
"Sorry, Ryota, aku udah taken untuk istirahat kali ini," ujarnya sambil berjalan menuju kelompok cewek itu.
Aku merasa sedikit kecewa. Yah, aku sudah mengiranya dari awal bahwa dia orang yang sibuk. Jadi aku hanya melambai kepadanya mengisyaratkan bahwa itu tidak apa-apa. Setelah itu, aku berjalan ke kantin sendirian. Lorong-lorong di sekolah ini sangat besar. Walaupun banyak siswa di sana, tidak terasa penuh dan ramai.
Saat berjalan, aku melihat beberapa laki-laki dengan baju yang dikeluarkan. "Mungkin itu anak-anak nakal di sekolah ini," pikirku. Dan benar saja, karena aku melihat ke arah mereka, mereka langsung menghampiriku dan mencekikku.
"Apa lu liat-liat kita?!" ucap cowok yang mencekikku.
"Sorry, sorry, gw anak baru jadi gak tahu," ucapku sambil berpura-pura kesakitan. Jujur saja, cekikan ini tidak ada apa-apanya.
Setelah itu, mereka tersenyum satu sama lain seperti mendapatkan ide. Mereka membawaku ke ruangan olahraga yang sepi dan ingin menjadikanku samsak tinju mereka. Sebelum mereka memukulku, seorang siswi datang.
"Kalian ngapain?" ucap siswi itu dengan tegas.
"Maaf bos, tadi anak ini ngelatin kita aja," jawab salah satu dari anak nakal itu.
Memanfaatkan momen di mana mereka terdistraksi, aku menendang kaki salah satu anak nakal terdekat hingga dia terjatuh. Aku langsung berlari kabur sambil berpura-pura ketakutan. Siswi atau bos dari anak nakal itu terkejut melihat kecepatan berpikir dan pemanfaatan momenku. Dia juga menyadari aku hanya berpura-pura ketakutan. Jadi dia mengejarku, sementara anak buahnya terdiam di ruangan olahraga.
Siswi itu menangkapku di salah satu lorong sekolah. "Mau ke mana kamu?" tanyanya sambil memegang pundakku.
"Ke kantin," jawabku tanpa ada ketakutan sedikit pun.
Perempuan itu terkejut melihat ekspresi datar di wajahku. "Oke, gw ikut. Gw bayarin," katanya dengan wajah sombong.
"Oke," jawabku tanpa antusias sedikit pun.
Kami berjalan ke kantin. Entah mengapa orang-orang menatap ke arah kami, tetapi dia terlihat tidak peduli. Dia hanya fokus ke depan. Kami membeli beberapa makanan, dan dia membayarku. Setelah itu, dia bahkan mengantarkanku ke kelas. Saat aku masuk, dia melambaikan tangannya dan pergi ke kelasnya sendiri. Izumi melihatku terkejut dan langsung berlari ke arahku, memegang kedua bahuku.
"Ryota! Kamu kok bisa sama dia?" tanya Izumi dengan terkejut.
"Beberapa hal terjadi, aku juga gak tahu kenapa dia mau ikut aku," jawabku, tidak merasa ada yang spesial.
Izumi menghela napas. "Kamu gak tahu dia siapa ya?"
"Gak tahu. Emang siapa?" jawabku.
"Dia itu Ryoko, ketua geng sekolah ini. Kalau kamu salah dikit bisa disikat sama mereka!" jawabnya dengan sedikit ketakutan di matanya.
Ryoko? Aku seperti pernah mendengar nama itu di suatu tempat. Eh, tapi aku gak ingat, mungkin gak penting.
Aku melanjutkan hariku seperti siswa biasa tanpa gangguan. Hingga saat aku ingin pulang setelah sekolah berakhir, ada seorang siswi sedang menunggu di gerbang sekolah. Saat aku melihat lagi, ternyata itu Ryoko. Saat dia melihatku, dia langsung menghampiriku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Resilient bonds
Любовные романыTentang seorang murid bernama Ryota yang sudah biasa dijuluki sebagai sang petarung jalanan yang terkuat didaerahnya. Tetapi sesuatu yang tidak terduga terjadi yag meghruskan Ryota untuk pindah ke tempat lain. Bagaimanakah kehidupannya di tempat bar...