001

19 2 7
                                    

Yang Datang Akan Pergi dan Yang Pergi Tidak Akan Kembali.

---

Dia berdiri disana, disebuah pulau kecil yang berada dalam bentangan samudra luas. Tidak ada apapun disana, kecuali sebatang pohon tak' berdaun. Sebuah lentera minyak terikat pada ujung ranting tertinggi dan menjadi satu-satunya pencahayaan disana.

Deburan ombak dari luasnya samudra saling bersahutan, seolah memanggil untuk menyeberangi dirinya. Kendati demikian, tidak akan ada satupun yang mampu melihat ujungnya karena kabut pekat itu tidak pernah menyingkir. Siapapun tidak akan pernah tahu apa yang ada di balik samudra dan kabut itu.

Akan tetapi, dia yang berdiri disana tidak pernah penasaran. Dia yang setia berada di pulau itu tidak pernah bisa meninggalkan tempat itu.

Dia berdiri terlalu ujung pada tepi pantai, hingga air laut menyeka ujung jubahnya. Begitupun juga dengan angin semilir yang tenang menerpa pakaian gelap yang dia pakai.

Semua pakaiannya sangat gelap dan lebih gelap daripada malam itu sendiri. Pakaian dan jubah yang panjang itu mencegah satupun anggota tubuhnya untuk terlihat. Tidak ada yang tahu siapa dia dan bagaimana bentuknya.

Dia adalah sosok yang tidak akan pernah bisa keluar dari pulau itu, ataupun melihat apa yang ada di ujung samudera, ataupun dibalik kabut. Meskipun dia tahu bahwa ada sebuah kapal kayu kecil di tepian pantai, dia tidak akan pernah berniat untuk memakainya.

Dia hanya berdiri disana dan memandang ke hamparan samudra, hingga matanya terhenti pada kabut itu lagi. Dia terus mengulangi hal itu hingga ada sesuatu yang datang.

Sebuah suara lonceng yang keras berbunyi dari angkasa. Berbunyi dengan sangat keras hingga terdengar dari seluruh samudra. Benda itu berbunyi sebanyak tiga kali dan berhenti ketika jiwa sudah menampakkan kaki di pulau itu.

Jiwa yang rapuh, takut, dan penuh keraguan. Tidak ada alasan apapun bagi mereka yang tiba untuk tidak melihat sosok berjubah hitam itu. Jiwa itu melihat ke kanan dan kiri, sebelum akhirnya menarik jubah dari sosok yang berdiri di tepian pantai.

"Hei?" Ucapnya dengan penuh keraguan dan berharap mendapatkan jawaban, "Kita dimana?"

Dia yang berjubah hitam hanya memandang hamparan samudra. Nampak bahwa dia tidak tertarik untuk memandang jiwa yang telah datang di tempatnya.

"Hei? Halo?" Jiwa itu menarik sekali lagi guna mendapatkan respon.

Sayang sekali, usahanya menjadi sia-sia karena sosok itu bahkan enggan untuk melirik kehadirannya. Dia hanya berdiri diam dan membiarkan pakaiannya terkena hempasan ombak yang datang.

Splatt...!!

Sebuah bola pasir mengarah tepat di badan sosok berjubah dan mengotorinya. Tindakan yang berani oleh jiwa yang baru datang sebagai respon atas tidak diperhatikan.

"Apa yang ka-?!" Tanya sosok dibalik jubah panjangnya yang segera berhenti ketika melihat wujud jiwa yang baru saja datang.

Dia hanyalah gadis kecil yang polos. Sekujur badannya kotor akibat debu dan lumpur. Luka-luka membekas di tubuhnya layaknya sebuah tato. Pakaian yang lusuh dan kotor itu seolah hendak menceritakan sesuatu yang telah dia alami selama hidupnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kala Bahagia DimintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang