Chapter 2

14 0 0
                                    

Happy reading!!

~•~

Seorang gadis tampak mengerjabkan matanya beberapa kali karena terkena cahaya matahari. Saat matanya terbuka ia tampak mengernyit bingung.

"Huh... gue dimana?" tanyanya pada diri sendiri. Ia mengamati sekitar yang tampak sangat mewah. Bahkan dindingnya terbuat dari emas. Bayangkan itu.

JIWA MISKIN VIERA MERONTA-RONTA WOYYY!!!

Ia beranjak dari ranjang dan tangannya meraba-raba dinding mengelusnya ingin merasakan sensasi menyentuh dinding yang terbuat dari emas.

Matanya kini malah salfok pada tangannya yang terlihat lentik. Seingatnya tangannya sangat kurus kerempeng dehh kayak tulang. Tapi ini apa? Udah lentik mulus lagi.

Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh wajahnya dan merasa bahwa bentuk wajahnya tampak berbeda. Ia mengerdarkan matanya mencari cermin dan, gotchaa!!

Ia berlari kecil ke arah cermin dan seketika ia mematung melihat wajah yang sangat cantik bak bidadari. Sial! Ia merasa insecure woy!

Dia iseng menggerakkan tangannya dan cermin didepannya ini malah mengikutinya. Ia menyerngit. Lagi, ia mencoba dadah dadah di cermin dan lagi-lagi cermin tersebut mengikuti gerakannya.

Ia menutup mulutnya takjub, "OEMJI!! INI MUKA GUEE!! DEMI APAA?!" Demi apapun ini cantik banget woyy! Mana badannya idaman gue banget lagi. Plis, seneng banget!

"Eh tapi ini tubuh namanya siapa ya? Masak gue nempatin ni tubuh tapi gatau namanya. Kan lucu.

Tiba-tiba pintu terbuka menampakkan seorang wanita setengah baya yang menggunakan pakaian pelayan menghampiri Viera.

"Maaf, nona. Saya telat 2 menit," ucapnya sambil menundukkan kepalanya.

"Engga apa-apa, eh ngomong-ngomong, namaku siapa, ya?" tanya Viera.

Pertanyaan itu sontak membuat pelayan tersebut membelalakkan matanya terkejut. Perasaan nonanya aman sentosa tidak terkena benturan sama sekali.

"Aku cuma mau tau aja bi, aku ga kenapa-kenapa kok," seakan tau yang ada dipikiranny, Viera menyeletuk.

"Nama nona Amora Queenasya Xaviera Sweph, papa nona bernama Edward Sweph dan nona memiliki kakak laki-laki bernama Virlangga Sebastian Sweph, mama nona sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu nona," jelas pelayan tersebut.

Tiba-tiba kepalanya berdenyut sakit dan tangannya bertumpu pada ujung meja menyangga tubuhnya. Sekelebat ingatan muncul di kepalanya.

"Eh kamu gapapa?" tanya seorang gadis, Amora pada seorang gadis yang tergeletak di lantai karena ulahnya yang menghalangi jalan. Ia mengulurkan tangannya ingin membantu.

"Engga papa, kak. Aku baik-baik aja, kok!" ucapnya. Namun ia tidak segera beranjak dari duduknya dan tidak ada niatan untuk membalas uluran tangannya.

Dengan canggung ia menarik kembali tangannya dan menggaruk tengkuknya bingung, "Yauda kalo gitu gue duluan ya! Biasa, sibuk," pamitnya langsung bergegas pergi karena ia sudah melihat pemuda yang kini menatapnya seakan melihat mangsa yang siap dibunuh.

Ia adalah pemuda yang akhir-akhir ini dikabarkan dekat dengan gadis yang ditabraknya tadi dan katanya sifatnya jauh dari kata baik. Lebih dari itu? Psikopat! ya, psikopat! Tak ayal banyak siswa-i yang milih aman daripada berurusan dengan orang seperti itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 30, 2024 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

AMORAWhere stories live. Discover now