「 "Dalam sekali lihat, pahat wajah cantiknya sudah buatku jatuh secara gila-gilaan."」
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
"Dhani tolol. "
Aku tidak bisa untuk tidak memaki temanku, bola basket yang di opernya melambung tinggi ke arah koridor ramai lalu lalang siswa-siswi.
Tanpa rasa bersalah anak itu meringis tampilkan barisan giginya, menyebalkan sekali. Mau ku pukul saja rasanya.
Dengan malas ku bawa kakiku melangkah mengejar si bola oren, membelah kerumunan sambil meringis.
Apa bolanya mengenai orang?
Kertas sketsa bertebaran di lantai koridor, bola basket oren teronggok di dekat kaki panjang siswa yang menunduk pegangi keningnya yang memerah, bibir tebalnya mengerucut dengan gerutuan-gerutuan kecil terdengar sesekali.
"Sorry, bolanya kena kepala lo kah? " tanyaku, memunguti kertas-kertas sketsa yang dipenuhi gambaran-gambaran apik, sesaat Aku tertegun saat beberapa dari sketsa itu jelas berisi gambaran siluetku— atau mungkin Aku terlalu kepedean ya?
"Iya! Ngopernya pakek tenaga dalam kah!? " si siswa itu sedikit meninggikan suaranya, tangannya masih mengusap keningnya selagi ia berusaha berdiri.
Tuhan....
Aku tak tahu bagaimana ekspresi ku saat ini, yang jelas pahatan cantik didepan mataku ini tak boleh dilewatkan sedikit pun. Eman banget soale.
"Makasih, " wajah cantik didepanku ini jelas masih sedikit dihiasi gurat kesal, sebab bibirnya masih mencebik layaknya anak bebek, tapi suaranya tidak terdengar sebal sama sekali.
Ia mengambil kertas-kertas sketsa di tanganku, kemudian berbalik hendak pergi.
"Eh, nama lo siapa?"
Goblok. Lancang sekali mulutku, dan tanganku yang tiba-tiba memegang tangannya— tapi sumpah ini halus sekali.... Dan sepertinya pas untuk ku genggam—
"Chandra, " jawabnya pelan, pelan-pelan lepas tanganku kemudian berbalik menjauh, tinggalkan Aku yang berdiri seperti patung air mancur di tengah-tengah koridor hingga akhirnya suara nyaring bel membuyarkan lamunanku.
Chandra ya?
Bagus namanya, dan oranya cantik— manis. Mungkin Aku harus cari tahu dia siapa.
"Lama banget sih ngambil bola doang, udah bel kan jadinya"
Dih, Dhani dengan seenaknya bilang begitu, padahal ulahnya juga bikin anak orang kehantam bola basket. Dasar.
‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙
"Demi apa? Dipegang Mas Kara? Tanganku? "
Disepanjang koridor menuju kelasnya, Nata bergumam seorang diri, tersenyum-senyum sendiri.
"Dia tanya namaku..., Mas Kara nanyain Namaku...., " Nata rasanya ingin menangis haru sekarang juga jika tak ingat ia masih di tempat umum.
Tadi kebetulan ia hendak berjalan ke kelas setelah dari taman untuk menggambar seperti biasanya, dan bola basket oren itu tiba-tiba saja melambung dan mendarat di keningnya, buat ia yang mendapatkan serangan tiba-tiba begitu langsung jatuh terduduk dan kertas sketsa-sketsa nya langsung berhamburan ke mana-mana.
Sangat menyebalkan, ingin marah karena pasti kertas Sketsanya terinjak sepatu beberapa siswa-siswi tapi urung saat melihat sosok Baskara sebegitu dekatnya, mengajaknya bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmaraloka [Sunki]
Teen FictionSunki story. Jikalau Baskara Semesta punya arti nama yang sangat menggambarkan kepribadiannya, begitu pula Chandra Nata Wijaya, si Bulan cantik yang Baskara tetapkan jadi penguasa hati sejak kali pertama bertemu. ⚠️cerita ini boy's love, bxb, homo...