"Andy, sarapannya udah siap!" Teriak Jihan, seorang ibu rumah tangga. Kenapa? Karena rumahnya beneran ada tangganya. Ia memanggil putra kesayangannya yang masih di lantai atas.
"Iya, Mah!" Tak berselang lama, suara gebrakan pintu terdengar, lagi-lagi Andy menabrakkan pintu itu dengan tembok pada saat membukanya. Suara yang ditimbulkan pun keras.
Duk! Duk! Duk!
Bahkan menginjak anak tangga pun, Andy tak bisa santai. Ia turun dengan kemeja seragamnya yang keluar dari celana dan belum dikancing satupun, dasinya yang belum diikat Ia genggam dengan tangan. Jihan yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala melihat penampilan anaknya sekarang.
"Makannya pelan-pelan loh," Peringat Jihan, mengetahui anak keduanya itu pasti akan menghirup seluruh meja. "Nanti dirapiin lagi seragamnya habis makan, ya?"
"Aku udah gede kok, Mah." Ujar Andy dengan mulutnya yang masih berisi nasi goreng kesukaannya yang dimasak oleh ibu tercinta.
***
Andy dikenal sebagai orang yang cerewet di sekolah, nyaris semua warga sekolah mengetahui nama lelaki itu. Bukan sebagai pembuat masalah, tapi Andy mudah bergaul dan tampan, sering sekali Ia merasakan seseorang mengenalinya, tetapi Ia tak mengenali orang itu.
Seragamnya sudah rapi, telah dirapikan sesuai perintah Jihan. Ia sedang berjalan berdua dengan sahabatnya, Cakra. Keduanya masuk kedalam gerbang, jam segini, pasti banyak yang baru sampai.
"Ya kan? Ngeri ga sih, kalo tiba-tiba pas malem gitu, celana lu dipelorotin?" Obrolan absurd seperti biasanya.
"Ya ngeri lah, apalagi kalo yang melorotin tuh modelan burung gagak kesetrum kaya lu." Cakra menanggapinya sambil menoyor kepala Andy. Bukan apa, tapi rambut Andy tampak seperti belum disisir.
"Galak banget, mens kah?" Goda Andy sambil menyenggol lengan atas Cakra.
Cakra sudah menarik nafas untuk mencaci maki sahabatnya yang budiman itu, tapi Andy langsung menyela. "Eh, nitip tas bentar ya," Dengan tergesa-gesa melepaskan tasnya, lalu melemparnya pada Cakra. Mau tak mau tas itu harus ditangkap.
Orang-orang sudah menatap Andy kala lelaki itu tengah berlari manis menuju seorang lelaki. Saat berdiri pas di belakang lelaki itu, Andy melompat dan memutar badan hingga posisi miring, lalu menyenggol tubuh lelaki itu dengan tubuh bagian kanannya.
"Serangan bunga matahari!" Teriaknya kala melakukan aksinya itu. Lelaki itu terdorong hingga maju beberapa langkah, lalu menoleh ke belakang, menatap Andy dengan tatapan sinis.
Cakra hanya bisa geleng-geleng kepala dibuatnya. Ini rutinitas pagi biasa, orang-orang perlahan cuek dan tak jarang menunggu-nunggu Serangan Bunga Matahari milik Andy.
"Met pagi Javas sayang," Centil memang. Andy membuat bentuk hati dengan kedua tangannya sambil berkedip sebelah mata. Ia mengerti tatapan Javas tidak ramah, tapi, Ia akan terus ugal-ugalan begini.
"Hadeh..." Sahabat Javas menghela nafas, terkekeh kecil. Jehian namanya. Kalau soal kelakuan mereka, dia tak bisa protes. Bisa-bisa memperkeruh. "Gua duluan boleh ga Ja‐"
"Ga. Temenin gua ke kantin." Suara jengkel yang khas, serak-serak basah. Bisa-bisa Andy makin gila.
"Gua dikacangin nih? Botak seminggu!" Dengan suara kekanakannya, Andy mendekati Javas lagi. Saat hendak meraih lengan bawah lelaki itu, seseorang menarik bagian belakang kerahnya.
"Malu ah, nanti diroasting Bu Aya," Cakra adalah orang yang menarik kerah bagian belakang Andy. Ia langsung melempar tas itu kembali pada Andy, kemudian melenggang pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY MY 'HUSBAND' : NOSUNG ft. HYUCKMARK
Random"Naksir? Javas tuh suami gua!" Itu adalah jawaban dari setiap pertanyaan seputar perasaan Andy yang dilontarkan oleh orang-orang. Andy yang terlalu ugal-ugalan rem blong harus centil tiap hari ke Javas, kira-kira, apakah Andy bisa benar-benar menika...