"Naksir? Javas tuh suami gua!" Itu adalah jawaban dari setiap pertanyaan seputar perasaan Andy yang dilontarkan oleh orang-orang.
Andy yang terlalu ugal-ugalan rem blong harus centil tiap hari ke Javas, kira-kira, apakah Andy bisa benar-benar menika...
Di SMA Chandrawijaya khusus laki-laki, ada satu pohon mangga besar yang selalu menjadi incaran para murid. Dibawahnya begitu rindang dan sejuk. Pohon mangga itu kepunyaan pak Kepala Sekolah. Tapi, siapa yang peduli? Buah-buah mangga itu seolah memanggil siapapun yang melewati mereka, bersinar lebih terang melebihi sinar matahari.
Duo kucluk, Andy dan Bayu, menatap pohon rindang itu dengan mata berbinar. Cuaca begitu panas, mereka butuh buah, es, atau apapun itu.
"Yakin, Yu?" Ujar Andy ragu, pandangannya tak lepas dari pohon besar itu.
"Yakin, mumpung petugas keamanan lagi ga ada," Bayu menggenggam poninya, kemudian menguncir segenggam poni itu. Kunciran itu berdiri, menampilkan dahi kecil indahnya. Andy yang melihatnya hanya bisa bergidik ngeri. "Sikat?"
"Sikat, tapi lu yang naik, gimana?" Andy melepas manik seragamnya satu persatu. Bayu tak kaget karena pasti itu digunakan untuk menjadi alas mangga-mangga yang dipetik. Aman juga karena Andy menggunakan manset panjang, hingga tak perlu menampilkan... isi sendiri.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gacorrr! Kalo gini bisa dibagi-bagi ke anak kelas," Kemeja seragam Andy nyaris tak terlihat ditutupi gunung mangga, Bayu selaku makhluk hidup anti lelet bangga dengan dirinya sendiri. Berpuluh-puluh keringat Bayu teteskan, bisa jadi beberapa semut di pohon itu terkena keringat Bayu.
"Gas panggil anak kelas?" Bayu baru menapak tanah, menyeka keringat di dahinya.
Andy melihat makhluk berbulu oranye, Oka, duduk manis tak jauh dari pohon mangga itu, menatap mereka yang baru saja melakukan aksi pencurian.
"Minta Oka aja gimana?" Saran Andy. Bayu mengangguk, mereka mendekati kucing manis itu perlahan-lahan.
Namun, baru empat langkah mereka ambil, beberapa meter di belakang mereka, sudah ada suara tegas lelaki yang berteriak keras, membuat keduanya tersentak panik. Andy dengan tergesa-gesa pergi menuju tempat mangga itu dikumpulkan, lalu mengambil setidaknya dua buah. Bayu yang kelimpungan sudah berlari meninggalkan Andy.
Andy tak peduli dengan kemeja seragamnya yang ditinggal bersama dengan buah-buah mangga itu. Jika masih ada manset menempel di torsonya, berarti Ia aman.
Oka, seekor kucing oranye itu berjalan mendekati lelaki yang tadi berteriak.
"Kerja bagus, Oka," Jaya, seorang lelaki manis berkulit putih bersih. Murah senyum, tapi tak jarang senyuman itu menyembunyikan amarah yang dalam. Jaya melepas kalung yang dipakai oleh kucing oranye itu, mengelus kepalanya dan memberinya tiga kibbles sebagai imbalan untuk kerja bagus kucing itu.
"Gimana, Jay? Ide gua cemerlang, kan?" Satu lelaki lagi datang, Tama namanya, lelaki unik dengan bekas luka di bawah mata kanannya yang merupai bunga mawar.
"Jangan terlalu sering bikin ide aneh-aneh, inget, nilai lu semuanya dibawah rata-rata sejak enam bulan lalu." Jaya sudah membungkuk hendak menggendong Oka, tapi kucing oranye itu buru-buru menjauh.
DUG!
"Kontolodon." Tama menyeleding kaki Jaya, membuat lelaki manis itu jatuh mengenaskan.
