"Kak, aku lapar." ucap seorang anak kecil yang masih berusia 10 tahun itu. Anak kecil itu terlihat sedang mengelus perut kecilnya. Dari penampilan anak kecil juga bisa dikatakan seperti gembel. Wajahnya yang begitu sangat lusuh bersamaan dengan kaos oblong yang sudah sobek.
Sang kakak itu menoleh ke arah sumber suara dari sang adik yang berada disamping kanannya, dengan tatapan sayu. Dia juga melihat ke arah adik-adiknya yang lain. "Ma'afin, kakak ya adik-adik. Kakak belum bisa bawa uang. Koran yang kakak jual ini belum laku. Sabar ya."
"Kak, mengapa kita tidak mengamen saja seperti biasanya? Atau mengambil sisa makanan ditempat sampah." Sang adik yang lain itu terlihat memberikan usulan kepada sang kakak.
Sang kakak terdiam. Dia tidak mau jika adik-adiknya makan dari tong sampah. Karena, itu bisa membuatnya sakit. Mengingat beberapa hari yang lalu, adik bungsunya itu kesakitan akibat memakan makanan dari sampah atau makanan yang sudah kadaluarsa.
Matanya menatap lurus dijalanan kota Semarang. Belum lagi, terik matahari yang terasa menyengat pada tubuh mereka, dengan keringat yang bercucuran. Cuaca terasa panas pada siang ini.
Terlihat banyak orang-orang yang sedang berlalu lalang. Seakan-akan tidak memperdulikan keberadaan anak kecil disekitar mereka. Mereka seolah-olah buta akan hal itu. Dunia memang terlihat kejam. Bukan, karena dia ingin dikasihani dengan orang-orang. Akan tetapi dirinya lebih merasa kasihan dengan adik-adiknya. Sudah tiga hari mereka tidak makan. Bahkan untuk minum saja, mereka harus meminum air kran. Dia tahu jika meminum air kran itu bisa mengakibatkan bakteri dan kuman dalam tubuh. Tapi, apalah daya dia hanya seorang bocah yang baru berusia 14 tahun. Dia juga setiap harinya bekerja mengamen dijalan raya, untuk menghidupi adik-adiknya. Walaupun hasil ngamen itu tidaklah banyak. Terkadang dengan uang 10.000 bisa cukup untuk membeli dua bungkus nasi pecel dan air mineral kemasan botol.
"Kalian tunggu disini, ya. Kakak akan menjual koran lagi, agar kita bisa makan hari ini. Oke. Tolong Rino, jaga adik-adikmu dulu. Kakak berjanji setelah ini kita makan. Kalian tetap disini." ucap seseorang yang lebih tua dari mereka. Pemuda itu segera berdiri dari duduknya. Dan meraih koran-koran yang ia letakan disampingnya.
"Hati-hati dijalan, kak Samuel." ucap seorang adiknya yang bernama Yudha Arkan Pranata. "Aku dan kak Rino akan menjaga adik-adik. Jangan lama-lama untuk datang kemari." lanjutnya.
Seorang yang bernama Samuel itu menganggukan kepalanya dan mengelus kepala sang adik satu per satu. Selesai mengelus kepalanya adik-adiknya. Segera saja pemuda itu berjalan melangkahkan kakinya untuk meninggalkan kelima adiknya. Sebenarnya dia merasa lemas hari ini. Tetapi demi sang bungsu yang terlihat kelaparan. Dia harus menjual koran dijalan raya.
🌹🌹🌹🌹🌹
Terlihat dua orang pemuda dengan mengenakan seragam SMP, itu sedang berjalan kaki beriringan. Sepertinya mereka telah pulang dari sekolahnya.
"Cuaca hari ini panas banget, ya. Aku ingin minum es." celetuk seseorang dengan mengibaskan kedua tangan dihadapan wajahnya. Terasa gerah pada tubuhnya. Terlihat keringat itu terus saja bercucuran.
"Mampir ke kontainer itu, yok Zidan." ucap seseorang yang sama dan mengajak seorang pemuda, yang tak lain adalah Zidan, ke sebuah kontainer warna hijau, yang berada dipinggir jalan itu. "Rasanya gerah banget tau." lanjutnya dengan nada mengeluh. Sedari tadi tak berhenti mengibaskan wajahnya dengan kedua tangan.
Zidan, pemuda itu memperhatikan wajah sahabatnya yang terlihat sedikit memerah. "Ya, sudah ayo." sahut Zidan. Sembari menarik tangan sahabatnya dan berlari kecil.
Setelah sampai didepan kontainer warna hijau. Mereka segera memesan minuman es favorite-nya masing-masing.
"Kak, es teh varian rasa Blackcurrant 1 dan es teh originalnya 1, ya." ucap Zidan pada seorang wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAINBOW
FanficRainbow bercerita tentang kisah persahabatan yang berharga menjadi sebuah kenangan indah dan tak akan terlupakan. ========================== "Kak, aku lapar." ucap seorang anak kecil yang masih berusia 10 tahun itu. "Ma'afin, kakak ya adik-adik. Kak...