Memberikan 20% waktu yang kita miliki untuk melakukan apapun yang kita mau. Setiap jiwa memerlukan waktu untuk diri kita sendiri melakukan apa yang kita suka.
Dari sekian banyaknya kehilangan yang aku alami, yang paling menyakitkan adalah ketika aku telat menyadari bahwa aku telah kehilangan sebagian dari diriku sendiri. Akupun kehilangan kendali atas diriku. ANAND
Dodo dan Anand dalam perawatan di rumah sakit. Luka dodo cukup parah. Anand terkena ganguan syok hingga perlu istirahat dan infus agar kondisinya stabil. Sedangkan Dodo, kepala, tangan, badan dan kaki Dodo banyak di perban. Vino setia menunggu di samping ranjang Dodo dengan mata sembab karena terus menerus menangis.
Di kamar lain, Abin duduk di samping Anand, menunggui adiknya terbangun. Saat terbangun Anand langsung menanyakan Dodo. Dia sangat mengkhawatirkan Dodo, tanpa menunda mereka berdua langsung mendatangi kamar Dodo yang dalam kondisi kritis.
Untuk ke sekian kalinya Dodo terbaring di ruang ICU. Ventilator dan beberapa selang sudah terpasang di tubuhnya. Suara monitor terdengar jelas di ruangan itu. Abin dan Anand telah berada di luar ruang kaca itu memandangi Dodo yang sedang tertidur nyenyak ditemani Vino yang tak pernah beranjak dari samping ranjang.
"Abin, Dodo seperti itu karena Anand." Ucap Anand dengan penuh penyesalan.
Abin yang tahu adiknya sedang frustasi berusaha memberikan kekuatan dengan merangkulnya dan berkata, "Jangan menyalahkan diri sendiri, Dodo pasti ga mau lihat kamu terpuruk gini Nand."
Anand menarik nafas dalam-dalam dan memandang lekat Dodo yang masih tetap terpejam."Tadi ada yang menelepon Anand dan memberitahukan bahwa Dodo terluka dan sekarang berada di dijalan layang itu." Anand menceritakan kejadian sebelum kecelakaan itu terjadi.
"Siapa yang menelepon?" Tanya Abin penasaran.
"Anand ga tau karena nomornya asing." Jawab Anand. Lalu ia menceritakan bahwa dirinya langsung ke tempat itu untuk mencari Dodo, namun yang terjadi malah hal seperti ini.
"Aku telah mengabaikan panggilan teleponnya beberapa kali, mungkin Dodo saat itu benar-benar dalam kesulitan. Abin ga akan sanggup jika sesuatu yang buruk terjadi pada Dodo." Abin berkata dalam hatinya yang penuh penyesalan namun tak boleh ditampakkan, ia meremas tangannya untuk menanggulangi hatinya yang teramat cemas.Akhirnya setelah beberapa jam berlalu, Dodo sadarkan diri. Abin Anand Vino sangat bersyukur dan langsung mendampingi Dodo. Dodo tersenyum melihat ketiga orang yang paling ia sayang berada di sampingnya.
Dodo berusaha memberikan kode untuk melepaskan ventilator yang menutupi hidung dan mulutnya, dengan sigap Abin menuruti kemauan Dodo."Maaf." Ucap Dodo lemah. Hal pertama yang terucap saat dirinya sadarkan diri adalah meminta maaf. Perasaan bersalah karena ayahnya sudah melukai papa hingga meninggal dunia. Dodo yang selama ini telah berusaha meyakinkan ketiga saudaranya bahwa ayah sebenarnya orang baik dan ingin menebus segala kesalahan masa lalunya. Dodo ingin segera menceritakan semua yang ia ketahui tentang Satya, Dirgantara, dan Baskara. Dodo ingin mengatakan bahwa dirinya akan menggantikan ayahnya untuk menebus segala kesalahan yang telah diperbuat.
"Mohon maafkan ayah Dodo." Lirih Dodo.
"Nggak usah banyak bicara dulu, Do. Dodo harus sembuh." Ucap Vino sambil terus menangis tersedu-sedu.
Dodo pun berkata bahwa dirinya tak kan merasakan kasih sayang ayah karena tak adil bagi mereka bertiga yang tak dapat merasakan kasih sayang papa karena ayahnya.
"Jangan lagi menyalahkan diri sendiri lagi Do, tidak semua beban harus selalu kamu yang menanggungnya." Abin menggenggam erat tangan Dodo dengan menahan sesak di Dada.
"Kamu orang yang paling layak untuk dicintai, Do." Ucap Anand dalam hatinya, dirinya belum sanggup berbicara pada Dodo. Anand sungguh amat menyesal telah terjebak dengan perasaannya hingga melimpahkan semuanya pada Dodo.Hasil pemeriksaan dr Bima, luka di perut Dodo cukup dalam dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Dan akibat kecelakaan ini membuat kondisi Dodo semakin sangat mengkhawatirkan. Hidung Dodo mengeluarkan darah, Abin membantu mengobati Dodo. Anand bergegas ingin memanggil dokter tapi Dodo memegang tangan Anand.
"Sepertinya waktu Dodo ga banyak, seluruh tubuh Dodo sakit." Ucap Dodo sambil meringis.
"Waktu apaan sih Do, kita akan masih terus bersama dalam waktu yang lama." Ucap Vino dengan penuh emosional.
"Tolong izinkan kali ini Dodo untuk pamit. Kalian lihat kan, selama ini Dodo sudah berjuang untuk bertahan. Tapi kali ini, Dodo sudah tak sanggup lagi." Dodo berusaha menampilkan senyuman indahnya. Abin tak kuasa melihat wajah Dodo dan terus berusaha menahan air matanya."Do ga gini, jangan pergi. Anand bersalah sama Dodo." Anand bicara sambil menangis dan terus memegangi tangan Dodo.
"Anand ga salah, Anand sudah cukup menahan perasaan selama ini. Selalu senyum padahal kesepian." Dodo tersenyum hangat pada Anand.
"Do, kasih Anand kesempatan satu kali lagi untuk sayangi Dodo." Anand terisak.
"Anand sudah memberikan kasih sayang seorang ibu buat Dodo selama ini. Semoga kalian masih mau mengenang Dodo saat dalam kebersamaan yang indah itu, mengingat Dodo sebagai adik kalian. Dodo selalu sayang kalian." Dodo masih berkata dengan perlahan."Do, jangan gini! Dalam hidup Vino selalu ada Dodo. Akan terus begitu sampai kita menua nanti Do." Vino menangis pilu.
"Dasar bocil, Vino itu sekarang udah jadi abang jadi jangan cengeng ya. Tolong lanjutin impian Dodo ya Vin." Ucap Dodo sambil menarik nafas panjang."Cukup Do, jangan terlalu banyak bicara, kamu akan sembuh seperti yang sudah-sudah." Abin berusaha menyemangati Dodo.
"Abin, Dodo sudah berjuang sekuat tenaga untuk kanker itu, selalu jadi dokter baik ya Bin. Kali ini Dodo benar-benar lelah Bin, Dodo boleh istirahat aja kan Bin?" Dodo memandang lembut abang yang paling ia puja itu.
"Do, plis berjuang sekali lagi, Abin mohon." Ucap Abin diiringi tetesan hangat yang mengalir di pipinya."Titip ini untuk Ayah." Dodo menyerahkan secarik kertas pada Abin. Bersamaan dengan itu tangan kecilnyapun terkulai, monitor yang ada di ruangan itu menunjukkan garis lurus. Anand bergegas berlari memanggil dokter, Vino menjerit keras memanggil nama Dodo, dan Abin memeluk tubuh adiknya yang masih terasa hangat itu.
Turunlah hujan yang membasahi setiap daun pada ranting pohon dan seluruh tanah, seakan turut berduka atas kisah yang akan dihadapi seorang manusia yang sudah cukup kuat bertahan dengan semua luka dan rasa sakitnya.
Dalam menjawab soal matematika hanya ada dua pilihan. Pertama, menggunakan rumus yang ada untuk menemukan jawabannya. Kedua, mencoba-coba berbagai kemungkinan hingga menemukan jawabannya. Setiap soal matematika selalu ada jawabannya dan itu pasti. Setiap ujian dalam hidup ini juga selalu ada solusinya. Tugas manusia adalah menemukan solusi itu.
♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎♡♥︎
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MATH PRINCE
Teen FictionMatematika itu mengajarkan banyak hal dalam kehidupan ini. Meraih kasih sayang dari orang tersayang itu butuh perjuangan dan pengorbanan. Math prince adalah cerita fiksi yang menceritakan empat orang kakak beradik yang super cerdas dan suka banget...