Bagian I - Satu Di antara Seribu

13 5 0
                                    

SEBELUM MEMBACA, ADA BAIKNYA UNTUK FOLLOW DULU YAAAA, TEMAN-TEMAN!
Dimohon untuk tidak melakukan PLAGIAT!
Enjoy the reading!

SEBELUM MEMBACA, ADA BAIKNYA UNTUK FOLLOW DULU YAAAA, TEMAN-TEMAN!Dimohon untuk tidak melakukan PLAGIAT!Enjoy the reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Bagaikan setangkai mawar putih tersesat dalam lingkaran anggrek hitam. Dengan segenap hati, saya berikan penjagaan untuk bunga tangkai berduri yang sendiri.'

Pagi hari di Taman Kota GBK, kicauan burung saling bersautan tak mau kalah. Semilir angin pagi menyapa hingga ke dalam tulang dan menyentuh dedaunan dengan lembut. Anak-anak yang berlarian, menimbulkan lengkingan bahagia dan merasuki telinga. Sepertinya, ini adalah berisik yang dapat lelaki itu terima. Sejak 7 menit lalu, hadir seseorang yang menarik perhatian dalam netra. Seperti 'ibu peri' yang sedang dikerubungi 10 kurcaci. Perempuan dengan dress putih dan 15 balon helium digenggamannya. Kamera analog di pergelangan tangan lelaki itu, seperti merayu untuk diabadikannya momen manis saat ini. Memperhatikan deret gigi anak-anak yang tak kunjung usai, seperti menimbun derasnya hantaman masa lalu yang cukup kelam. Lelaki itu cukup penasaran, apakah perempuan itu membagikan dagangannya secara cuma-cuma? Atau sekadar berbagi tanpa alasan?

1 jam berlalu, para anak kecil berpamitan dengan 'ibu perinya' sambil menggenggam balon helium. Terpancar bahagia dari wajah lugu mereka, bahkan saat berjalan meninggalkan tempat pun pandangannya masih pada balon di genggamannya. Lelaki itu berandai, jikalau ibu peri itu hadir saat masa kecilnya, mungkin akan ada sedikit warna dalam kehidupannya. Dalam lamunannya, dia melihat benda kecil jatuh bersamaan dengan perempuan 'ibu peri' itu lewat. Sepertinya, perempuan itu tidak sadar akan bendanya yang jatuh. Akhirnya, lelaki itu bangkit dan mengambil barang itu.

"Hey! Ini barangmu jatuh," teriak lelaki itu. Dia sedikit berjalan cepat untuk menyusul langkah perempuan itu.
Yang diteriaki pun menoleh, dan memandangi langkah lelaki yang mendekat.
"Ini, punyamu 'kan?" tanya lelaki itu.
Perempuan itu terlihat sedikit panik dan coba memastikan kehadiran barangnya di dalam tas. Dan, benar. Itu saputangan miliknya.
"Ah, terima kasih, ya. Untung kamu lihat," tukas wanita itu dan menghela napas lega.
"Ya, sama-sama," jawab lelaki itu.
"Saya Alka Maheswari," ucap Alka dengan uluran tangan.
"Ah, iya. Saya Sekala Abimanyu," sekala membalas uluran tangannya.
" Baik, Sekala. Terima kasih banyak, ya. Karena saputangan ini sangat saya jaga, dan entah berapa lama penyesalan akan menghampiri kalau sampai ini hilang," Alka menghela napas berat.
"Kalau begitu, saya pamit, ya," lanjut Alka
"Baik, hati-hati. Jangan sampai terjatuh lagi. Belum tentu orang lain memandang itu suatu hal yang berharga," pesan Sekala.
Alka membalas dengan senyuman dan melambaikan tangan sebelum dia berlanjut pergi.

Dan Sekala, memandangi langkah itu dengan lekat. Sekala pun bergegas untuk meninggalkan tempat itu. Dalam hatinya, Sekala berharap Tuhan mempertemukannya lagi dengan perempuan itu.

𑁍ࠬܓ ———

Di sini Alka sekarang, berhadapan dengan undakan tanah dan sandaran batu nisan. Dia mengusap nama itu berkali-kali dan menghembuskan napas yang tertahan. Alka memandang nama itu dengan sayu.

"Kak, Alka minta maaf. Jangan marah, ya. Tadi Alka ngga sengaja jatuhin saputangannya. Untung ada laki-laki baik yang kembaliin ini ke aku. Kotor sedikit, tapi tenang aja nanti dicuci, kok," Alka menepuk-nepuk noda yang mengotori sapu tangannya.
"Kamu apa kabar? Udah bahagia di sana? Sombong, ya. Ngga pernah lagi kayaknya hadir di mimpi aku, tuh?" Perempuan itu menekuk bibirnya ke bawah.
"Aku tadi habis main sama anak-anak lagi, loh. Kali ini, aku bawa balon helium. Dan mereka benar-benar bahagia, Kak. Mungkin kamu melakukan hal yang sama di sana? membuat anak-anak di sana bahagia juga. Oh, iya. Laki-laki baik tadi namanya Sekala Abimanyu, Kak. Anehnya, sekilas dia mirip sama kamu. Dia bilang sama aku, untuk lebih hati-hati menjaga ini karena ngga semua orang mandang barang ini berharga. Bahkan, cara dia berbicara pun persis sama kamu. Kira-kira, Tuhan bakal pertemukan aku lagi dengan Sekala ngga, ya?" Alka bercerita panjang lebar tentang kejadian pagi ini.
"Itu dulu cerita dariku, Kak. Nanti aku datang lagi, ya. Sekarang aku mau pulang, sepertinya bunda sudah memasak ayam goreng asam manis kesukaan aku. Sampai jumpa, tunggu aku, ya!" pamit Alka.

Ia pun bergegas untuk kembali, karena langit mulai menampakkan kesedihan. Mungkin sebentar lagi akan menangis? 
Dalam perjalanannya keluar dari area itu, netra nya tertuju pada seseorang yang berada di seberang dan sedang duduk di sisi kanan makam. Ah, panjang umur. Tuhan mempertemukan lagi di sini. Batin Alka. Namun, perempuan itu tetap melanjutkan perjalanannya dengan sedikit berlari karena langit makin gelap. Semoga kita bertemu lagi di tempat dan waktu yang lebih layak, ya.



TO BE CONTINUED..

Silakan tinggalkan jejak! Support kalian mempengaruhi semangat saya untuk melanjutkan chapter-chapter lainnya. Jangan lupa follow, vote, dan komen!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sembilu Dalam SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang