Vino, pemuda berusia 25 tahun menatap terus pada adiknya yang tengah fokus menonton televisi di ruang keluarga sendirian, setelah sekian lama akhirnya dia pulang ke rumah karna 4 tahun belakangan dirinya harus terbang ke Amerika untuk berkuliah.
Tak banyak yang berubah dari Stevani atau sering disebut Vani, adiknya kini sudah beranjak remaja, usianya sekarang 17 tahun.
Ingatannya kembali pada 8 tahun yang lalu, saat itu Vani masih duduk di bangku kelas 2 SD sedangkan dirinya sudah SMA.
Kepolosan Vani membuatnya kadang khilaf, melihat Vani yang saat itu sedang bermain Boneka sendiri di kamarnya, jiwa remaja Vino yang penuh dengan rasa penasaran membuatnya dengan tega melecehkan adiknya.
Langkah kaki Vino membawanya masuk ke kamar adiknya, "Vani" panggil Vino.
Gadis kecil itu menoleh melihat kakaknya yang berdiri dihadapannya "kak Vino" sahut Vani dengan semangat.
Vino mendekat pada Vani, duduk didepan adiknya yang kini menatapnya penuh minat "Aya lagi main apa?" Tanya Vino basa-basi.
"Aya lagi main Boneka kak Vino" ujar Vani semangat.
"Wah, kakak boleh ikutan gak?" Ucap Vino.
"Boleh kak! Vani lagi main ibu-anak, boneka ini yang jadi anak Vani" ujar Vani polos.
"kalo gitu biar kakak yang jadi ayahnya, gimana?" Tanya Vino yang memulai aksinya.
Vani tentu saja langsung mengiyakan ucapan sang kakak membuat vino tersenyum miring.
"Panggil kakak papa ya, kan ceritanya Vani istrinya kak Vino, nanti kakak manggil Vani mama" ujar Vino.
"Okey kak Vino! Eh, maksudnya papa!" Ucap Vani dengan polosnya.
"Nanti kakak pura-pura baru pulang kerja, Vani sambut kakak ya!" Ujar Vino, Aya menganggukkan kepalanya semangat, Vino beranjak keluar kamar, berpura-pura mengetuk pintu.
"Mama, papa pulang!" Ujar Vino dari balik pintu, Vani segera beranjak membukakan pintu untuk menyambut suami pura-puranya.
"Papa udah pulang? Masuk pah!" Ujar Vani yang mencium tangan Vino, karna dia sering melihat orang tuanya melakukan hal itu.
Vino menunduk dan mencium pipi Vani sambil berujar "Papa kangen sama mama, udah lama gak pulang, pengen di sayang sama mama" ucapnya dengan manja.
Vani tersenyum polos "disayang gimana pah?" Tanyanya.
Vino menuntun tangan Vani untuk masuk kedalam kamar, tak lupa menutup pintu rapat-rapat dan menguncinya, untuk jaga-jaga.
Vino duduk berselonjor di atas kasur, kakinya di buka lebar kemudian melirik Vani yang masih berdiri.
"Sini mah, papa ajari gimana caranya disayang" ujar Vino meminta Vani untuk duduk di depannya, Vani menurut, duduk diantara kaki kakaknya yang terbuka lebar, tak sengaja bokongnya menyenggol milik Vino dari balik boxernya.
"Eeerrrggg" erang Vino pelan, baru disenggol saja sudah enak.
"Sekarang papa mau sayangin mama dulu ya" ujar Vino, remaja itu memeluk tubuh adiknya dengan erat, kepalanya tenggelam di leher Vani yang terekspos.
"Iiihhh kak Vino geliii" ucap Vani saat merasakan mulut kakaknya mencium lehernya.
Vino terkekeh rendah "mama wangi banget sih, bikin papa pengen makan mama aja" ujar Vino lirih.
"Makan? Masa mama dimakan sih pah?" Tanya Vani polos.
"Bisa dong, itu salah satu cara papa sayangin mama" ujar Vino.