"Karna sudah menyembuh kan ku saat itu."
Setelah kalimat itu terucap dari bibir Yeonjun, Soobin terdiam dengan otak yang berusaha memutar kembali kejadian masa lalu.
Tiba-tiba, ingatan itu menghantamnya dengan kekuatan yang tak terduga. Matanya melebar, dan ia merasakan jantungnya berdegup lebih kencang.
Ia bisa merasakan angin dingin sore itu, dengan wajah laki-laki yang ia temukan dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Hari dimana ia membantu anak laki-laki itu, hari dimana Soobin menjadi uring-uringan karna tak dapat menemukannya lagi.
Soobin menatap Yeonjun dengan cemas, seperti tatapan hari dimana mereka pertama kali memandang satu sama lain.
"Yeonjun," panggil Soobin dengan suara yang nyaris berbisik dan sedikit gemetar.
Yeonjun mengerti betapa besar kekhawatiran dan keraguan yang Soobin rasa kan saat ini. Tetapi semua ini tidak menjadi masalah bagi nya, karna ia yakin Soobin menginginkannya.
"Terimakasih Soobin, berkat hari itu, aku tersadar masih banyak hal-hal yang belum aku miliki," Ungkap Yeonjun dengan senyum kecil yang terpatri di wajahnya.
Ingatannya melayang kembali ke hari yang kelam itu, hari dimana Yeonjun berusaha melarikan diri dari kejaran anak buah ayahnya.
Ia dihajar karna melarikan diri dari rumah mewah milik sang ayah, lebih tepatnya neraka dunia.
Di sanalah Yeonjun dituntut menjadi seperti sang ayah, sejak kecil ia diajarkan hal-hal berbau uang dengan cara yang keji dan tercela.
Setiap langkahnya diawasi dengan ketat, dan kesalahan sekecil apa pun dihukum dengan keras.
Ayahnya, seorang pengusaha sukses sekaligus bagian dari organisasi gelap, percaya bahwa dunia ini adalah tempat yang keras dan hanya yang terkuat yang bisa bertahan.
Yeonjun tumbuh dengan kebencian yang semakin dalam terhadap cara-cara ayahnya, namun ia tidak memiliki pilihan selain mematuhinya. Setiap hari ia dipaksa untuk mempelajari taktik-taktik manipulasi, penipuan, dan eksploitasi.
Meskipun begitu, di dalam hatinya, Yeonjun menyimpan harapan untuk bisa mengubah jalan hidupnya. Ia bermimpi untuk menjalani kehidupan yang berbeda, jauh dari bayang-bayang kelam ayahnya.
Namun semua tak semudah yang Yeonjun harapkan, pada akhirnya Yeonjun tak berbeda jauh dengan sang ayah, hidup dengan cara yang kotor.
Setidaknya ada satu hal yang bisa Yeonjun syukuri saat ini, sang ayah telah mati di tangannya.
.
.
.
Dentingan peralatan makan memecah keheningan ruang makan apartemen milik Yeonjun.
Setiap suara kecil dari sentuhan garpu dan pisau di atas piring putih terkesan tenang di antara mereka.
Dengan senyumnya yang hangat, Yeonjun menatap Soobin di seberang meja.
Dentingan lembut saat ia mengambil potongan daging dengan garpu, mengisyarat kan kebersamaan yang hangat.
"Selamat makan Soobin," ucap Yeonjun dari sebrang sana.
Soobin tersenyum simpul dan menciptakan dentingan serupa saat ia menata sayuran di atas piringnya.
Kini mereka duduk berhadapan, menikmati hidangan yang Yeonjun pesan beberapa waktu lalu.
Setelah Soobin mengingat semuanya, ia tak banyak bereaksi dan memilih untuk menyimpan kembali kenangan itu dalam pikiran nya.
Jika diingat-ingat, wajah Yeonjun saat itu memang tak berbeda jauh dengan yang sekarang, semakin tampan.
Hanya terlihat perbedaan pada rahang yang semakin tajam dan tubuh yang menjulang tinggi, oh jangan lupakan postur tubuh yang besar dan berisi.
Soobin belum membuka mulutnya untuk berbicara sejak mereka duduk di meja makan. Yeonjun pun pada akhirnya memilih diam menikmati pemandangan didepannya.
Sebaliknya, Soobin tak menyangka laki-laki tampan yang di obatinya tumbuh menjadi seorang pembunuh berantai.
Mengapa Tuhan tak mendengar doanya saat itu?
Keduanya hanya menatap satu sama lain dengan pandangan yang sulit diartikan.
Tetapi yang pasti tersirat rasa senang dari dalam diri keduanya, Yeonjun senang karna Soobin telah mengingat kembali kenangan yang terkubur beberapa tahun lalu.
Sedangkan Soobin, entahlah ia belum memastikan perasaan senang ini karena apa. Walaupun ia tau itu karna Yeonjun.
.
.
.
Setelah makan malam yang penuh dengan ketenangan dan keheningan selesai, Soobin berdiri dan mulai membereskan meja.
Ia dengan cekatan mengumpulkan peralatan makan yang telah mereka gunakan dan membawanya ke wastafel.
Suara air mengalir dan dentingan piring menciptakan ritme yang menenangkan, menandakan Soobin tengah membersihkan peralatan makan itu.
Sementara Soobin sibuk dengan pekerjaannya, Yeonjun berdiri di belakang nya, memperhatikan dengan penuh perhatian.
Tanpa sepatah kata, ia berjalan mendekat dan memeluk Soobin dari belakang dengan kedua tangannya.
Soobin terkejut ketika mendapatkan pelukan mendadak dari laki-laki di belakangnya.
Tubuhnya membeku sejenak, tangan yang memegang spons piring terasa kaku, namun saat ia menyadari bahwa pelukan itu hangat dan lembut, ia berusaha biasa saja.
"Cintai aku Soobin, aku akan memperlakukanmu dengan baik," lirih Yeonjun dengan kepala yang ia tumpukan pada bahu Soobin.
Suara lembut Yeonjun melingkupi Soobin seperti selimut hangat, membuat hatinya bergetar.
Soobin menggenggam spons di tangannya dengan lebih erat, tetapi rasa bingung,takut dan sedikit rasa senang bercampur aduk dalam pikirannya.
"Soobin," Yeonjun melanjutkan, mengangkat kepalanya sedikit untuk menatap wajah Soobin yang memandang kosong kedepan.
"Aku tidak bisa menjanjikan segalanya akan sempurna, tapi aku janji akan selalu ada untukmu."
VOTE DAN KOMENNNNN
Ga ada yg sempurna di dunia ini guys, Soobin yang notabenenya anak baik bisa berubah suka sama kriminal😀
Tapi disini Soobin belum ada rasa sayang atau cinta ke Yeonjun, sedangkan Yeonjun udah numbuhin itu jauh sebelum pertemuan mereka.
Siap siap flasback lagi readers
KAMU SEDANG MEMBACA
VIP : YEONBIN
Mystery / ThrillerTerjebak pada orang yang salah berkali kali adalah hidup Soobin, tapi bagaimana jika orang yang salah bagi Soobin ternyata membawa kebahagian tersendiri untuknya? Jika pembunuh bayaran seperti Yeonjun dapat memenangkan hatinya, lantas untuk apa menc...