4. Perang Dingin Rumah Tangga

647 102 69
                                    

Pagi hari yang dingin, Hanna bangun dengan perasaan kosong di sampingnya. Hyunwoo belum pulang semalaman, dan ini bukan kali pertama. Suara jam dinding yang berdetak monoton mengiringi langkah kakinya menuju dapur. Hanna merasakan dinginnya lantai di bawah kakinya, seakan mencerminkan kekosongan yang ia rasakan di dalam hatinya. Ia menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri, sambil memikirkan langkah selanjutnya.

Di tengah keheningan, suara pintu apartemen terbuka. Hyunwoo masuk dengan ekspresi dingin, tanpa menatap Hanna. Ia langsung menuju kamar mandi tanpa sepatah kata pun. Hanna hanya bisa menghela napas panjang, menyadari bahwa pernikahan ini semakin jauh dari kata bahagia.

Saat makan malam, Hyunwoo duduk di meja dengan tatapan kosong. Hanna mencoba memulai pembicaraan.

"Hyunwoo, bisakah kita bicara? Aku merasa kita semakin jauh."

Hyunwoo tanpa menatap Hanna, "Apa yang mau dibicarakan? Semua sudah jelas, bukan?"

"Tidak, Hyunwoo. Tidak ada yang jelas bagiku. Aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara kita."

Hyunwoo menghela napas, "Aku lelah, Hanna. Tidak bisakah kita beristirahat sejenak dari semua ini?"

"Kau lelah? Terus, apa kabar aku? Kau mengabaikan aku. Dingin padaku. Aku ini istrimu, Hyunwoo! Istrimu! Kau tau arti pernikahan tidak, sih?" Hanna menatap Hyunwoo dengan mata berkaca-kaca. Ia tahu bahwa ini bukan lagi tentang kelelahan fisik, tapi tentang hubungan yang semakin retak.

"Aku tidak bisa bicara denganmu seperti ini." pungkas Hyunwoo sebelum pergi meninggalkan meja makan begitu saja. Meninggalkan makanan yang akan dingin sebentar lagi.

Hanna menatapnya nanar, "Mau kemana kau?"

"Cari angin!" jawab Hyunwoo asal, sebelum kemudian menutup pintu utama. Meninggalkan nyeri yang menggerogoti luka yang bahkan belum mengering di hatinya.

Keesokan harinya, Hanna memutuskan untuk mengunjungi sahabat lamanya, Hyerim. Mereka bertemu di sebuah kafe kecil di pusat kota.

"Hanna, kau terlihat sangat lelah. Ada apa?"

Hanna menahan air mata, "Aku tidak tahu harus bagaimana lagi, Hyerim. Hyunwoo semakin menjauh, dan aku merasa terperangkap."

Hyerim menggenggam tangan Hanna, memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan. Mereka berbicara panjang lebar, dan Hyerim menyarankan Hanna untuk mempertimbangkan kembali kebahagiaannya sendiri.

Hyerim, yang telah menjadi sahabatnya sejak kuliah, selalu ada untuknya di saat-saat sulit. Melihat Hanna yang sekarang, Hyerim merasakan nostalgia masa-masa bahagia mereka dulu

"Kalau dalam pernikahan itu kau hanya mendapatkan duka, terus untuk apa, Hanna? Kalian tidak ingat janji pernikahan kalian? Apakah itu hanya angin lalu?"

Hanna mengusap wajahnya dengan tisu, "Aku lelah tiga bulan sudah seperti ini. Kalau dia tidak mencintaiku tidak apa-apa, setidaknya, aku memahami karena kami dijodohkan. Akan tetapi, bahkan menghormati aku sebagai istrinya juga tidak."

Hyerim menatapnya tak tega, "Hanna, aku ragu untuk mengatakan ini, tapi... kalau pernikahan ini hanyalah jalan untuk menyakitimu. Maka, bercerailah. Kenapa kau harus mempertahankan hubungan yang hanya menyakiti dirimu?"

Hanna mengangguk, "Aku akan membicarakannya pada Hyunwoo kalau sempat."

Hyerim setuju, "Iya. Bicarakan padanya, jangan ragu untuk mencari bantuan, oke?"

"Terima kasih banyak, Hyerim."

Pada malamnya, saat Hyunwoo sedang mandi, teleponnya berbunyi. Hanna, yang sudah merasa curiga sejak lama, memutuskan untuk memeriksa pesan yang masuk. Ia menemukan pesan dari Seojin yang sangat intim, mengungkapkan bahwa mereka baru saja bertemu.

✅Bomb Of Time | Kim soohyun Kim jiwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang