Seorang pemuda manis tengah termenung didalam bilik kamar nya, ditemani dingin nya angin malam yang masuk dari celah jendela.
Wingga angkasa, atau kerap kali dipanggil wina oleh keluarga dan teman teman nya.
Ia tak henti-henti nya meremat ujung kertas yang kini sudah kusut dan sedikit bernoda karena ulah tangan nya yang tak henti-hentinya mengeluarkan keringat dingin.
Ya, kertas itu adalah kertas yang tadi pagi ia dapatkan dari rumah sakit tempatnya memeriksa kondisi tubuh nya.
karena akhir-akhir ini wina merasa ada yang tidak beres dengan tubuh nya, dimulai dari seringkali ia mendapati hidung nya berdarah atau nyeri pada daerah perut sisi kanan.
Tadi pagi ia memberanikan diri untuk pergi kerumah sakit dan menanyakan kepada dokter ahli, ada apa dengan tubuh nya ini?
Kini ia termenung setelah mendapatkan hasil dari pemeriksaan tersebut, ia mengidap Hepatoceluller carcinoma stadium 1. Dengan kata lain yaitu kanker hati.
Apa yang harus ia katakan kepada keluarganya? Apa harus ia mengatakan bahwa ia sekarang penyakitan dan menyusahkan?
Sudah cukup dia menyusahkan papa dan ke tiga saudara nya. Dia tidak mau lagi menyeret keluarganya kedalam masalah kesehatan nya, cukup ia sendiri yang menyimpan dan merasakan nya.
ketika wina tengah asik dengan aksi merenungi penyakit nya, tiba tiba suara ketukan pintu terdengar. Ah itu pasti salah satu saudara nya, pikir wina.
Wina segera memasukan kertas hasil pemeriksaan itu secara acak kedalam laci yang ada di samping ranjang nya, jangan sampai ada yang tau tentang penyakit ini.
"adek kamu ada di dalam kan?"
ketukan pintu lagi lagi terdengar, namun ini sedikit lebih keras dari ketukan pertama.
"Iya mas, adek ada di dalam" jawab wina dengan sedikit meninggi kan suara nya.
"ayo makan dek, kamu dari sehabis pulang sekolah belum makan apa apa loh" ujar si pengetuk pintu dengan nada lembut bak alunan lagu.
"Iya mas haris ini aku lagi beresin kamar dulu, nanti aku nyusul kebawah"
Ah pengetuk pintu itu mas haris, kakak pertama wina.
sebelum turun kebawah, wina menyempatkan mencuci muka terlebih dahulu menghilangkan jejak-jejak air mata dan mata sembab nya agar tidak ada yang curiga.
Ingat dengan misi wina tadi, tidak ada yang boleh tau tentang penyakit nya!
setelah selesai dengan urusan mencuci muka dan bercermin, wina segera bergegas untuk turun kebawah sebelum pintunya akan di dobrak paksa dan ia akan digendong untuk turun kebawah oleh kakak ke tiga nya. Membayangkan nya saja sudah mengerikan.
saat wina menuruni tangga, ia disambut hangat oleh senyuman pemuda cantik yang sudah siap duduk di atas kursi, ya tidak salah. Pemuda cantik itu adalah kakak pertamanya Sahwa angkasa.
"adek sini duduk di sebelah kakak" ucap sang pemilik wajahh cantik itu.
wina tidak membantah, ia langsung mendudukan dirinya di kursi tepat di sebelah kakak sulung nya.
di sekeliling nya pun sudah lengkap semua anggota keluarga dengan piring yang sudah diisi oleh lauk pauk, ah ternyata semua keluarganya menunggu wina untuk makan bersama.
"adek kok lama banget turun nya sih, tadi hampir aja abang mau gendong kamu buat turun tau". Ucap seorang pemuda jangkung berkulit putih dan memiliki pipi lembut seperti mochi, ia adalah Yudis angkasa. Kakak ke tiga wina.
"Itu juga kenapa hidung nya merah gitu, terus matanya juga sembab?" ujar sang kepala keluarga penasaran, tak lain dan tak bukan adalah Jean angkasa.
"Ih iya adek kenapa? Abis nangisin siapa??" Ucap yudis yang tak kalah penasaran.
"adek punya pacar ya?" Kali ini haris ikut membuka suara.
"Ih apaan sih, adek gak punya pacar tau pa, mas, bang" jawab wina jengah sambil merotasikan kedua bola matanya.
"terus itu kenapa mukanya kayak habis diputusin pacar gitu?" sahwa yang daritadi terdiam pun ikut menimpal.
"Ih kakak jangan ikut ikutan deh, udah makan aja yang bener" ujar wina sedikit kesal karena dituduh yang tidak-tidak.
semua orang yang ada di meja makan itupun terkekeh, senang rasanya menyulut emosi si bungsu.
Si bungsu yang sekarang ini tengah kesal karena kejahilan keluarganya, menyendok makanan dengan agak keras sampai-sampai terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring itu sedikit lebih keras.
"padahal papa gak masalah loh dek kalo kamu punya pacar" ucap sang kepala keluarga.
"nggak nggak, adek masih kecil gaboleh pacar pacaran dulu pa!" sanggah yudis yang sedikit menaikan nada bicara nya.
Wina merengut, kakak wina yang satu ini memang sangat-sangat posesif, bahkan dia harus tau siapa siapa saja teman wina dan setiap ada yang mengantar wina pulang pasti akan terkena introgasi dulu oleh kakak ke-tiga nya itu.
"haha sudah-sudah ayok habiskan dulu makan nya" ujar jean sedikit terkekeh melihat kelakuan anak-anak nya itu.
setelah menyelesaikan agenda makan malam nya, kini keluarga angkasa itu tengah bersantai di atas sofa sambil menonton tv.
"adek beneran gapapa kan? gak ada yang nyakitin adek kan disekolah?" ah rupanya kakak sulung nya ini masih penasaran.
"aku gak apa-apa kakak ih, ini tuh aku habis baca au sedih tau. Au nya tuh sedih banget soalnya si karakter utamanya meninggal gara-gara punya penyakit, makanya aku ikut nangis" jawab wina seadanya.
"ih gak baik tau de bacain cerita cerita sedih terus, ntar kamu nya ikutan sakit" ucap si sulung sambil mengelus rambut halus wina dengan penuh kasih sayang.
"Iya kakak" jawab wina sambil mengangguk kan kepala tanda bahwa ia mengerti.
jadi posisinya sekarang adalah sahwa yang duduk di atas sofa dan wina yang tidur diatas sofa berbantalkan paha sahwa. Sedangkan papa jean, haris dan yudis duduk santai dibawah ber alaskan karpet bulu yang lembut.
begitulah cara keluarga angkasa menghabis kan hari. Dan tentang penyakit itu? Biarlah hanya tuhan, wina dan dokter saja yang tau.
tbc
hallo guysss, maaf kalo cerita nya gak bagus dan tulisan nya ngalor ngidul. It's because ini first time aku buat cerita di wp jadi masih asing huhu
happy reading!!
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGKASA WINGGA || sanwoo
General Fiction"pa, bagimana kalau wina duluan yang bakal nyusul mama ke surga?" Notes!! - little bxb - local name (Cerita ini hanya fiksi belaka dan tidak ada sangkut paut nya dengan kehidupan nyata, so be smart ya guyss)