Bagian 3

35.7K 1.7K 11
                                    

mulmed: Clara

***


"Kau dari mana? Kenapa rapi sekali?" Clara sudah ada di salon saat aku kembali. Rajin sekali dia setiap hari ke salon. Cari target sepertinya. Oops!

"Habis wawancara. Dan... diterima," girangku.

"Serius? Yeah!" Clara ikut girang bersamaku, bahkan memeluk dan mencium pipiku. "Dimana? Dimana? Jadi sekretaris?"

Aku mengangguk. "Hm. Di Aldric Pratama Tbk, jadi sekretaris CEO." Saat teringat kembali raut CEO yang selalu datar itu, ekspresi senangku hilang seketika. "Tapi CEO-nya dingin banget kayak es. Lihat mukanya aja, aku jadi ikut-ikutan beku. Mukanya udah kayak balok aja, datar banget. Nggak ada ekspresi."

"Aldric Pratama?"Clara mematung.

"Hm, kenapa? Apa ada masalah dengan perusahaan itu?"

"Oh, nggak. Sepertinya sering dengar." Ada yang beda dari sahabatku ini. Apa yang dia pikirkan? "Mulai kapan masuk kerja?"

"Besok."

"Hah?" Kedua matanya melotot padaku. "Besok? Kenapa bisa cepat sekali? Apa yang kau lakukan hingga bisa seperti itu? Kau tidak menggodanya kan?"

Eish, bagaimana mungkin aku bisa menggodanya? Sekalipun aku memang ada rasa tertarik sekaligus penasaran dengan sosok datar dan dingin itu, tapi aku tidak serendah itu untuk menggodanya hanya demi diterima bekerja di sana. Lebih baik aku selalu berada di salon ini.

"Kau pikir aku ini apaan?" kesalku.

"Tidak ada yang tau apa yang bisa kau lakukan, Ra. Namanya saja Ratu, jadi apa yang diinginkan pasti akan dituruti."

Aku hanya mencebik mendengar jawaban sahabat ku itu. Namaku memang Ratu, tapi bukan seperti ratu yang di kerajaan yang semua keinginannya akan terpenuhi. Itu hanyalah sebatas nama untukku. Apalah arti sebuah nama, kata orang. Dan memang begitulah adanya untukku. Nama itu hanyalah sebatas panggilan saja untukku.

"Oh ya, bagaimana kalau untuk merayakan ini, kita makan di luar? Aku akan mengajak kak Bryan untuk mentraktir kita."

Nah, bagaimana hubungannya dengan kak Bryan? Aku yang dapat kerja kenapa kak Bryan yang harus mentraktir? Sahabatku ini memang semakin aneh? Tidak mungkin kan ini pengaruh anjing baru? Kalau memang iya, aku akan menuntut pemiliknya itu. Jangan-jangan dia menyebarkan penyakit melalui anjingnya.

"Kenapa kak Bryan?" tanyaku.

"Lalu siapa lagi? Kau punya cowok yang bisa mentraktir kita?" Ia malah balik bertanya padaku.

Cowok dari mana Cla, temanku hanya kau seorang.

"Ayo." Dia menarik tanganku sambil mengucapkan salam untuk tante Salma. Aku bisa melihat kalau tante Salma hanya bisa tersenyum.

***

"Aish, ini orang kemana sih? Lama banget datangnya?" gerutu Clara sambil memperhatikan ponselnya.

"Mungkin dia memang tidak bisa, kenapa memaksanya? Kenapa kita nggak makan berdua saja?" tanyaku.

"Dia sudah mengiyakannya tadi. Mungkin hanya terjebak macet, kita tunggu saja sebentar lagi." Kembali ponsel diletakkannya di meja. Ini sudah hampir satu jam kami menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda kalau pria tampan itu akan muncul.

"Aish!" Clara lagi-lagi berdecak sebal. Kedua kakinya menghentak di bawah meja.

"Lagian udah dibilangin kita makan saja, masih ngotot," ketusku.

Ratu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang