Sekarang, jika ada yang mengatakan jika Sephia adalah seorang pemalu maka tentu tidak ada yang percaya, bagai omong kosong yang tidak berbobot. Melihat berapa aktifnya Sephia saat ini, tidak takut untuk memulai pembicaraan, tidak takut untuk berinteraksi pada siapapun yang ditemuinya.
Namun siapa yang menyangka, sosok itu ternyata menyimpan luka yang tak kunjung sembuh dibalik tawanya.
.
.Kedua netra itu mengerjap perlahan, dahinya mengerut sebab bising dengan suara alarm dari gawai pintar miliknya. Sephia mengusap wajahnya setelah berhasil mematikan suara bising itu dengan usaha yang cukup besar sebab ia masih dilanda kantuk yang luar biasa. Jam menunjukkan pukul 05:30.
Seperti biasa, Sephia tidak bisa tertidur nyenyak. Isi kepalanya sangat bising juga matanya yang enggan untuk membawanya pergi ke alam mimpi. Entah sejak kapan Sephia menderita insomnia, ia sendiri pun tidak tau menahu, dan tidak terlalu peduli.
Sephia mendudukkan dirinya di pinggir kasur dengan warna campuran hitam dan putih itu, mengangkat kedua tangan dan meregangkan tubuhnya yang terasa pegal. Ia harus mandi secepatnya sebab busnya akan datang setengah jam lagi dari sekarang.
Setelah mandi dan memakai seragam dengan lengkap cowok alpha itu menuruni tangga, menghampiri sang kakak yang menyajikan sarapan di meja makan.
"Sini, kakak masakin udang kesukaan kamu." suara lembut terdengar, cewek itu ikut mendudukkan diri di depan Sephia yang memandang masakannya dengan binar. Sephia langsung mengambil lauk ke dalam piring yang sudah berisi nasi.
Keduanya makan dengan tenang tanpa adanya percakapan. Suara nyaring sendok besi yang bertabrakan dengan piring kaca memenuhi ruang makan terdengar begitu jelas saking sepinya rumah ini.
Beberapa menit berlalu sesi sarapan selesai, Sephia langsung membereskan piringnya dan mencuci piring tersebut di wastafel. Ini sudah menjadi kebiasaannya, mencuci piring bekas sendiri setelah selesai makan. Awalnya ia juga ingin mencuci piring milik kakaknya namun Ran menolak.
"Kak, kakak ngga apa-apa kan? Kemarin malem kak Ran minum banyak banget. Kakak ngga maksain diri buat masak, kan? Aku bisa belajar masak sendiri kok kak." celetuknya, ia meletakkan piring yang sudah selesai ia keringkan di rak kemudian duduk kembali di depan sang kakak.
Ran mengukir senyum, dalam lubuk hati yang paling dalam ia merasa beruntung mempunyai Sephia. "Kakak ngga apa-apa, Se. Agak pusing aja dikit tapi gak maksain diri kok. Gak usah belajar masak, kakak masih ada."
"Tapi kan kak Ran juga kuliah, apa gak sibuk kalo mau masakin aku tiap hari?" Sephia tatap perempuan di hadapannya. Tatapan lembut dan senyum tulus tak pernah luput dari wajah cantik itu kala bersamanya.
"Nggak lah, cuma masak kok. Kelas pagi kakak aja paling cepet jam delapan, masih sempet masakin kamu. Lagian kalo kakak lagi gak bisa masak, kan ada gofood, Se. Pokoknya kamu jangan coba-coba masak, nanti dapur gosong lagi!"
Sephia tertawa hambar, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Pernah sekali ia mencoba untuk membuatkan bubur saat Ran sedang sakit, namun berakhir gagal total.
Ran hanya dibuat geleng-geleng kepala. "Udah sana, bus kamu udah mau dateng bentar lagi."
"Iya kak. Ngerepotin banget naik bus segala."
"Ya salah kamu ngapain balapan mulu, disita kan?Sabar, seminggu lagi, hahaha!"
Sephia menghela napas kasar mendengar tawa Ran yang seakan mengejeknya.
"Ayah gitu banget, ngelawan dikit properti langsung disita, nyebelin."
"Lah kamu mah mending, kemarin kakak gak sengaja ngebentak dikit diusir noh dari rumah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Belongs To Me (re upload)
FanfictionEnigma itu begitu langka, bahkan dianggap mitos semata. Sephia, alpha yang sudah muak dengan hidupnya menemukan mate nya yang ternyata adalah si mitos, Enigma. Berhubungan dengan Enigma, apakah hidupnya akan seribu kali lipat lebih baik atau malah A...