•
•
•"wes kok tumben baru dateng?" lelaki jangkung, dengan jaket kulit hitam dan celana jeans itu tampak baru saja memasuki area warkop dengan santainya.
"biasa lan, ngapel tuan putri" sekumpulan pemuda disana tampak kompak tertawa, yang hanya dibalas dengan senyuman tipis oleh sang empu.
"tuan putri apa tuan putri nih"
"hais, kalo gak dikasih kepastian mah mana paten,"
tawa segerombolan pemuda itu kembali menggema, yang diejek kini malah asyik memakan tempe goreng yang masih panas sehabis digoreng itu dengan santai. ia tidak mengelak, memang benar adanya. begitulah kenyataannya selama kurang lebih 7 tahun.
"kemarin kalea habis nangis, lu apain lagi yo?" kini semua atensi terfokus kepada seseorang yang tengah asyik menikmati tempe gorengnya disana.
"gue recokin pas lagi baca buku diperpus," pemuda itu tampak santai, masih terus mengunyah tempe gorengnya.
"nih yo, gue nih dari dulu penasaran deh, lo nih sebenernya suka ga sih sama kalea? kenapa malah lo jailin mulu ga lo seriusin?"
"beuh! kelass!" sorakan heboh kini terdengar sedikit memekakkan telinga mereka, heboh, sangat heboh.
"ada, alesannya"
"ya apa yo?"
"ada"
"yeu! si bodoh"
deo hanya terkekeh pelan disana, lalu kembali melanjutkan acara makan tempenya disana.
"yo, denger denger nih ya..." setelah kalimat pembukaan acara ghibah tersebut, kini semua mata tertuju kearah si pembicara, rangga.
"katanya bagas IPA 1 lagi ndeketin kalea, nah ada lagi nih rumor, kalau kalea-nya juga nge-crush in si bagas bagas ini"
semuanya tampak menyerjit,"bagas IPA 1 tu ketos nya garuda bangsa? yang kalau ngomong baku banget itu?" semuanya tampak saling adu pandang satu sama lain.
"culun gasi?" semuanya terdiam, masa kalea yang bar bar seperti itu, bisa bisanya menyukai seorang bagas yang notabenya penyuka buku, dan anak para guru banget.
"siapa bilang culun?" semua mata kompak menoleh kearah Dirga disana.
"dia ini tipe tipe nya bang hildan, yang kalau ngomong baku tapi nusuk, dan auranya kalau dia ngomong itu beda," Dirga, adalah salah satu anggota OSIS di SMA garuda bangsa, ia tau persis bagaimana kepribadian bagas.
Bagas itu tegas, ngmongnya pake bahasa baku saya-kamu, tapi memang aura bicaranya sangat berbeda, Bagas itu irit bicara, berbeda 100% dengan deo yang pembuat onar dan banyak bicara serta berkepribadian social butterfly.
"karena dia pake kacamata aja jadi kayak keliatan culun, kalau udah ngomong beuh, damage nyaa"
"biarin aja" entahlah, memang deo yang kelewat santai atau bagaimana, tapi lihatlah! dia kini malah berganti menikmati sepotong tahu panas disana sambil menuangkan sambel diatasnya.
^^^^^^
suara tiuh itu tercipta, kala suara nyaring bel tanda istirahat tiba berbunyi. kelas yang tadinya sepi tak ada suara apapun kini mendadak ramai gemeruduk orang-orang. semuanya tersenyum, menyambut istirahat dengan suka cita.
gadis itu, senyuman tak pernah tercipta di wajahnya sejak pagi, ia mengantuk serta merasakan pening di kepalanya sejak pagi menjelang. salahnya memang, yang malam malam tadi begadang menyelesaikan satu lukisan filosofi klasik yang sangat indah dikamarnya.
ia melipat tangan, menelungkupkan kepalanya pada lipatan tangan, mulai memejam matanya, menikmati sepoi kipas yang menerjang rambutnya dengan nyaman. sendiri, semua orang beranjak kearah kantin untuk mengisi perut supaya tidak lapar, ini malah sebaliknya.
seorang wanita rambut pendek memasuki kelas, tanpa aba aba langsung mendudukkan diri disamping gadis itu.
"baksonya habis, le" ucapnya kala berhasil duduk di samping gadis itu. kalea yang sedang menelungkupkan kepalanya dilipatan tangannya mendongak, menatap kiran yang telah kembali dari kantin, Kalea mengangguk lemah, lalu kembali menelungkupkan kepalanya dilipatan tangan.
"lo begadang lagi ya?" tanya kiran pada kalea, yang hanya dibalas anggukan samar olehnya.
kiran menggeleng-gelengkan kepalanya, temannya ini terbiasa begadang hanya untuk mencari referensi ide melukisnya, tak jarang juga ia belajar untuk menuntaskan materi yang ia lewatkan saat absen dari kelas.
kalea, dia ini sangat produktif tapi masuk ke kategori over produktif sebenarnya, sangat berlebihan dalam segala hal. benar, nilainya bagus, tapi ia akan langsung drop setelahnya karena kelelahan.
"tidur deh, le. gue nitip roti sama nando tadi, kalau dia udah dateng gue bangunin" kalea tak bergeming, masih setia dengan posisinya, nampaknya ia sudah tertidur.
kiran yang awalnya akan bermain dengan ponsel miliknya seketika membulatkan matanya, kala melihat Daksa seorang laki laki yang sangat ia kenali masuk kedalam kelasnya.
kiran menegakkan tubuhnya, sambil terus menatap tubuh pemuda itu.
"buat kalea, jangan bilang dari gue!"
kiran hanya mengangguk, sambil menatap 2 buah roti dan sekotak susu yang tadi lelaki itu, deo berikan.deo berbalik, tanpa sepatah kata apapun lagi ia beranjak keluar dari kelas kalea dan meninggalkan kiran yang mematung. sepersekian detik kemudian ia tersadar,
"dia nih sebenarnya suka gak si sama temen gue? dia tu care tapi Carenya sembunyi-sembunyi, kalau kalea nya bangun aja langsung jadi kayak musuh bebuyutan" kiran bergumam sendiri, sambil menatap 2 roti dan sekotak susu dari deo untuk kalea tadi.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
PAINTER OF MY LIFE
Teen Fictioninstagram @nakieshwrite tiktok @nakieshwoo (remahan chat bisa dilihat di sini) Kalea dan Deo tidak pernah bisa akur selama 7 tahun pertemanan mereka, Deo yang suka usil seakan menjadi suatu hal yang paling kalea benci sekaligus ia sangat sukai dari...