Ini ide yang buruk pikir Tricia dalam hati.
Benar-benar buruk bagi Tricia yang baru menyadari dimana dirinya berada. Duduk dengan keadaan rapi—oh, sial. Tricia benar-benar merias diri dan memperhatikan pakaiannya sedikit lebih berusaha daripada biasanya untuk hari ini, setelah dia menyetujui hal yang ingin disesalinya sekarang. Bagaimana bisa, Tricia mengiyakan ajakan Jordyn mengenai 'perjodohan' aneh, dengan seseorang, mengikuti alasan bahwa dirinya sudah terlalu lama sendirian?
Hell! Tricia bisa sendirian.
Ya memang sedikit agak sepi, terkadang, tapi bisa-bisanya dia berada di sini sekarang?
Tricia menelan ludahnya, selagi kedua tangan di bawah mejanya terasa basah akan keringat. Samar, Tricia melirik ke Jordyn yang berada di sebelahnya. Jordyn terkadang memukul lengannya pelan, meminta Tricia untuk tidak terlalu nervous dan bersantai sedikit. Sesekali, Jordyn tampak mencoba menghubungi laki-laki yang hendak diperkenalkan padanya.
Lihatlah? Pertemuan pertama saja sudah terlambat.
Bagaimana kedepannya nanti—
Oh?
Seketika itu juga Tricia terdiam, melihat bagaimana Jordyn dengan ponsel menempel di telinganya, mengangkat satu tangannya ke arah pintu masuk. Di mana saat itu juga, bersamaan, seorang pria yang memposisikan tangan dengan ponsel di telinga juga, melihatnya dan segera tersenyum untuk menghampirinya.
Tampak bagaimana Jordyn menyambutnya, berucap sepatah-dua patah kata, sebelum menunjuk ke arah Tricia, yang tersentak tiba-tiba.
Ah, sialan. Bagaimana bisa Tricia mendadak melamun hanya karena melihat pria tampan—
Kacau. Kacau sekali.
Otaknya mendadak melabeli pria yang terlambat itu dengan label tampan, padahal seharusnya Tricia tak boleh demikian.
Semua seperti berjalan lambat ketika pria itu mengembalikan ponsel ke dalam saku jaketnya, pria itu mendekat ke arah Tricia, tersenyum samar dan mengulurkan tangannya, membuat sang perempuan segera membalasnya.
Tingginya tak terlalu jauh... mungkin hanya berbeda tiga... sampai empat senti?
Ada keringat dari balik telinga, mengalir turun sampai lehernya.
Tubuhnya tampak atletis—apa dia senang pergi ke gym sepertiku? Atau mungkin hobi suatu olahraga?
Setelannya... tak benar-benar diperhatikan.
Tricia bermonolog ria di kepalanya, ketika sebuah suara memotong, "Hai, guys. Sorry, kayaknya gue telat banget, ya? Maka, Tricia yang merasa isi kepalanya lebih menguasai dirinya, dari pada pengendalian diri, mengutuk singkat dalam hati.
"Wah ... akhirnya dateng juga lo. Gue kira lo gak bisa dateng karena sibuk 'rapat'," kata Jordyn sembari menekankan kata-kata terakhir yang perempuan itu lontarkan. Cengirannya terulas lebar, menunjukkan bahwa dia sangat akrab dengan pria ini.
"Rapat apaan, deh? Libur gini," balas pria itu, lalu duduk tepat di dekat Tricia—tersisa kursi itu yang kosong—membuat gadis itu berada di tengah-tengah antara dirinya dan Jordyn.
Tawa Jordyn seketika mengudara—tidak begitu keras sebab dia harus menjaga ketenangan di kafe ini. "Kali aja. Kan, agenda lo segunung, tuh."
Selagi Jordyn dan temannya berbincang, Tricia hanya bisa diam, bingung harus menanggapi seperti apa. Selain belum kenal, dia bukan tipe orang yang mudah akrab dengan orang baru, terlebih lawan jenis. Dulu saja, Tricia bisa dekat dengan Jordyn sebab perempuan itu cukup cerewet dan ekstrovert.
![](https://img.wattpad.com/cover/373578333-288-k684123.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
love across the room.
RomanceAfter all this time, maybe love is just right across the room. an alternative universe, by previouscene. written by various writer (commissioned) All Rights Reserved