🩶|tiga

4 1 0
                                    

Jam pulang sekolah telah tiba. Kini Ava dan Gitta sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepulang sekolah. Mereka mengikuti ekstrakulikuler paduan suara.

Sebenarnya hanya Ava yang mengikuti ekstrakulikuler ini, karena ia diminta secara khusus oleh pembina ekskul untuk mengiringi paduan suara menggunakan piano.

Alhasil Gitta terpaksa ikut juga karena Ava memaksa.

"Baik kita akan lanjutkan latihan yang kemarin ya, Minggu ini kita akan menyanyikan lagu 'kicir-kicir' yang akan kita bawakan di hari senin'' ucap Bapak Yudha selalu pembina dan pelatih paduan suara.

Ava memainkan pianonya dengan mulus untuk mengiringi lantunan lirik dari paduan suara tersebut, mudah bagi Ava melakukan hal ini. Namun tidak dengan para anggota paduan suara.

Karena kebanyakan anggota paduan suara yang sedang berlatih sore ini merupakan anggota baru, alhasil suara yang di hasilkan sangat amburadul.

"Waduh bagaimana ini, kok fales sih itu, ayo coba ini baris depan dulu di cek suaranya tanpa musik'' gerutu sang pelatih.

"Hei baris bagian belakang!! Tolong jangan gaduh, ayo coba sekali lagi, gantian sekarang baris belakang. Itu siapa mbak mbak kacamata di belakang?! Ayo tolong fokus!" Gerutu sang pelatih lagi dan lagi.

Ava terkikik menyadari bahwa perempuan berkacamata yang di tegur ialah Gitta, sahabatnya.

Bukan karena Gitta enggan berlatih, ia hanya salah fokus dengan pasukan pengibar bendera dibelakangnya yang sedang berlatih.

Lelaki itu, lesung pipi dan keringat di pelipisnya tetap sama seperti pertama kali Gitta melihatnya. Sangat indah hingga Gitta terus membayangkannya seperti orang bodoh.

Ditengah kegaduhan anggota paduan suara, seorang guru perempuan sedang melewati mereka sepertinya beliau berjalan menuju parkiran. Tapi di tengah perjalanannya beliau menyadari bahwa ada Ava disitu, muridnya yang suka sekali bolos pelajarannya.

Guru tersebut bernama Bu Fatimah, beliau langsung saja menghampiri Ava dengan ekspresi menelisik.

"Kamu yang tadi izin ke kamar mandi waktu jam pelajaran saya ya?" Ucap Bu Fatimah.

"Eh hehehe iya Bu, maaf lama tadi saya mules" jawab Ava ngeles, padahal hatinya dag dig dug.

"Apanya yang mules? Kamu dua jam keluar jam pelajaran saya ya! Sampai bel pulang sekolah kamu juga tidak kembali ke kelas!" Ucap Guru tersebut sedikit menekankan kalimatnya.

Untungnya pembina paduan suara sedang sibuk di barisan paduan suaranya. Ava celingukan panik mencari Gitta untuk meminta pertolongan.

"Dari mana kamu tadi?!" Kini Bu Fatimah bertanya dengan nada yang lebih keras.

Ava tidak bisa mengelak menjawab apapun, raut wajahnya terlalu kentara untuk menyembunyikan kebohongannya.

"Eh anu Bu, itu tadi saya nganter temen saya- akh aduh!" Jawaban ngeles Ava terpotong oleh rintihannya karena Bu Fatimah yang menjewer telinganya.

"Kamu ini ya alasan, ngeles terus..'' hardik Bu Fatimah terus menjewer Ava.

Ava panik dan malu sampai ujung matanya menangkap Gitta yang tertawa melihat Ava.

"Gitta!!! Lu juga ya anjir!!" Ava berseru sedikit kencang.

Bu Fatimah spontan mengikuti arah pandangan Ava.

"Ohh kamu juga ya tadi keluar bolos sama Ava.." ucap Bu Fatimah dengan nada menyeret hendak menghampiri Gitta.

Gitta mulai panik, beberapa orang menyadari situasi yang terjadi. Belum sempat pelatih paduan suara yang berada disitu berbicara, Gitta keburu ngacir meninggalkan lapangan dengan jalan cepatnya.

'huhh huhh huhh kabur anjir malu banget' batin Gitta.

Tanpa Gitta tahu, lelaki yang sedari tadi ia perhatikan juga mulai melihatnya. Adam, ia melihat Gitta, begitu menggemaskan Gitta kabur dari kejaran Guru tersebut.

Adam menggelengkan kepalanya, merasa aneh dengan pemikirannya.

Setelah Gitta kabur dengan jarak yang aman, Gitta bertemu dengan koridor yang mengerikan.

Bukan karena horor hantu, tapi karena sekumpulan siswa berandal yang sedang nongkrong dihadapannya. Sepertinya Gitta mengenal salah satu dari mereka.

Brandon, siswa yang tengah dekat dengan sahabatnya akhir akhir ini. Sepertinya mereka cowok cowok populer di sekolah ini.

Gitta ngeri saat akan melewati mereka, batinnya masih maju mundur.

'ah anjirlah udah deh bodoamat' batin Gitta.

Ia berjalan cepat melewati mereka dengan menunduk, tapi cat calling tidak bisa dihindari.

'Bajingannn...' Batin Gitta

Saking terburu burunya, setelah melewati mereka, Gitta tidak sengaja tersandung ujung sepatu yang ia kenakan. Ia terhuyung kedepan.

Krekks

Memang Gitta tidak terjatuh, namun suara rok bagian sampingnya robek terselangkut paku yang ada di dinding koridor.

Sangat sial bagi Gitta, ia malu bertubi- tubi. Gitta segera menetapkan tubuhnya dan berjalan semakin cepat tanpa menoleh kebelakang. Ia memasuki kelasnya yang kebetulan dekat dengan jangkauannya.

'sialll cokk, malu banget asuuu' batin Gitta menggerutu.

"Aduh anjingg, ternyata sempak gue sampe keliatan, bangsatttt asu asuuu" Gitta terus saja mengumpat.

Sembari terus misuh-misuh, Gitta mencari cadangan celana olahraga yang ada di dalam loker di kelasnya.

Tanpa Gitta tahu, seorang lelaki juga memperhatikannya ketika ia terjatuh tadi. Lelaki itu bukan Adam, tapi lelaki itu tanpa sadar mulai tertarik dengan Gitta.

'lucu banget njir nih cewe kocak, sempaknya pink, duh pengen liat' batin cowok tersebut.

"Goblok Wil, lu liatin apaan!" Seru Brandon kepada Willy yang ada di sampingnya.

.
.
.

Bersambung...

Bad LiarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang