- Seandra Sanggala -

29 6 2
                                    

Happy Reading!
M📝



Berjalan lemas setelah 8 jam penuh menempuh perjalanan pulang kerumah, demi hanya untuk melihat gundukan tanah yang sudah cantik dihiasi bunga.

Dengan seragam lengkap yang selama ini ia banggakan, pria yang paling ditakuti di camp militernya kini mendapatkan hari terburuknya, hari yang selama ini sangat ia takuti melebihi kematiannya sendiri.

Yaitu, kematian sang istri dan juga calon putra kecil nya yang bahkan belum sempat ia sapa.

Ia menunduk, dengan menggenggam bunga kesukaan bianca yang ia ambil langsung di daerah ia bertugas, bunga segar ya ia biasa bawa ke rumah untuk diberikan kepada istri kesayangan demi mendapatkan sebuah kecupan manis.

Kini menjadi bunga terakhir yang menghiasi tempat tinggal bianca selamanya.

Tangan seorang kapten militer yang bergetar hanya untuk memegang sebuah nisan bertuliskan nama sang kekasih yang ia ikat dalam sebuah janji pernikahan 3 tahun lalu.

"Hey sayang, i'm here. Aku pulang"

Airmatanya tidak bisa ia kendalikan, airmata canna benar-benar mengalir deras. Hanya untuk menyapa sang kekasih yang sudah berbeda alam dengannya, ternyata sesulit itu.

"Maaf ya datangnya telat. Anak buah aku belum bisa dipercaya buat jaga negara ini, lucu ya."

Nafasnya sesak untuk melanjutkan kalimat selanjutnya.

"Aku berhasil jaga negara ini tapi taruhannya malah aku yang kehilangan kamu."

Makam bianca basah, bukan karena hujan atau pun air yang sengaja ditumpahkan.

Melainkan airmata canna yang tak kunjung berhenti dan terus menetes.

"Oh iya, di dalam sini ada adek juga ya? Jagoan ayah udah terbang tinggi padahal belum sempat ayah gapai"

Senyumnya benar-benar lebar sampai lesung pipinya terlihat jelas, ia terus menunduk. Tidak berani menatap foto istri nya di figura makam tersebut.

"Ga berani sendirian diatas sana, makanya ade ajak mama kan? Kenapa ga ajak ayah sekalian nak... Hidup ayah udah gak ada artinya lagi karena kehilangan kali—"

Canna mengusak kasar wajahnya, berulang kali memori bianca yang memintanya segera pulang terputar disana, bianca yang meminta selalu ditemani di minggu-minggu  kelahirannya.

Dan selalu ia jawab "Iya sayang, sabar ya. Aku pulang sebentar lagi"

Selalu begitu, menjadi seorang kapten atau pemimpin di kelompok militer yang punya tugas penting untuk mendidik dan memberi arahan ribuan militer tidak mudah.

Canna kira, mendapat pangkat kapten adalah hal yang tersulit yang ia pernah lakukan.

Dan ternyata, pergi menemui sang istri sekarang adalah hal tersulit yang ada saat ini.

"Sayang maaf, maaf aku selalu bilang sabar. Selalu bilang nanti disaat kamu butuh aku"

Canna menyadari beribu kata sabar yang diucapkan orang-orang hari ini kepadanya tidak akan mengubah apapun, hatinya tetap hancur.

Begitu juga dengan kata sabar yang ia ucapkan pada bianca, tidak akan mengubah rasa rindu yang bianca rasakan.

"Kamu sebangga itu dulu waktu tau aku dapat pangkat ini, kamu sering pakai perlengkapan aku, you always appreciate my achievements"

"Tapi sekarang, aku benci sama diri aku sendiri, benci sama aku yang terobsesi sama kerjaan aku"

Tangannya ia bawa untuk mengambil beberapa tangkai mawar merah yang berada diatas makam bianca.

"Karena ini semua, aku kehilangan kamu sayang, aku kehilangan kamu!!"

Tangannya dengan kuat mengenggam tangkai mawar merah disana, penyesalan menggerogoti pikiran disertai jiwa yang terasa melebur bebas di udara.

Namun sakit di hatinya semakin bertambah.

Canna bangkit dari duduknya melirik sekilas jam tangannya.

Ia berdiri dengan tegak dan membentuk sikap hormat.

"Lapor! Jam 16.05 saya Kapten CANNA SANGGALA memberikan penghormatan terakhir saya kepada BIANCA PUTRA LANGIT  atas semua pengabdiannya menjadi istri yang sempurna selama masa hidupnya! Laporan SELESAI! "

Dengan suara bergetarnya ia masih bisa menyelesaikan laporan terakhirnya untuk sang istri.

Laporan yang biasanya menjadi lelucon kesehariannya dengan bianca kini harus ia sampaikan sendiri, tanpa mendapat penerimaan dari Bianca.

Canna tetap setia berdiri tegak dengan posisi hormat di depan makam istri tercintanya, berharap laporannya diterima agar ia bisa menurunkan tangannya.

Matanya memerah tangis nya sudah tidak bisa ia kendalikan, memberikan penghormatan terakhir kepada bianca adalah momen terakhir untuknya melakukan penghormatan.

Karena dalam lubuk hatinya ia berjanji tidak akan pernah lagi memberikan penghormatan kepada siapapun.

Ia ingin menjadikan penghormatan kepada Bianca hari ini.

Menjadi penghormatan terakhir.



- END -
©M📝

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HORMAT CANNA SANGGALA [CHANBAEK-END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang