Chapter 1

9 2 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen biar Naa lebih semangat terima thank you

"Apakah kamu percaya mimpi itu selalu indah? Bangunlah dan tatap kenyataan lebih menyakitkan daripada mimpi di antara awan."


Cahaya surya begitu menyengat wajah polos yang tengah tertidur lelap di ranjang sempit itu. Bulu matanya terlihat semakin lentik tatkala kelopak mata itu menakup. Beberapa helai rambut menutupi cahaya surya mengenai sebagian bawahnya. Tangannya meraih jam di nakas yang entah sudah berapa lama berdering hendak membangunkannya. Ia mengusap matanya dan berusaha bangun dengan menghalangi sinar itu dari matanya. Tangannya beralih pada rambutnya yang panjang sepinggang, ia mengikatnya agar terlihat rapi.

Dia Farras Ghava Cadraksa, cowok tinggi bongsor dengan wajah awet mudah meski kini umurnya akan menginjak kepala 3. Rutinitas paginya ia jalani, mulai dari membersihkan kamar berukuran sepetak dan membasuh wajahnya di kamar mandi serta ocehan dari ibunya setiap pagi menyambut hari-harinya.

"Aksa, mana uang gajimu bulan ini?" suara itu begitu melengking ditelinga Aksa yang baru keluar kamar hendak mengais rezeki.

Seperti biasa, Aksa hanya memberi beberapa lembar merah itu pada wanita yang sudah melahirkan dan membesarkannya dengan luka tanpa berbicara sepatah kata pun. Ia tidak peduli jika ia juga membutuhkan uang untuk kendaraan. Biarlah motornya jalan tanpa energi.

"Huh, uang segini mana cukup?! Ibu masih punya tagihan kredit kulkas sama sepeda yang kamu pakai. Belum lagi biaya sekolah adik kamu."

Bukannya rasa terima kasih namun hal semacam itu yang Aksa dengarkan setiap saat di rumah. Tak heran jika Aksa akan sering tidur diluar atau tidak pulang ke rumah. Mau bagaimana lagi, Aksa adalah tulang punggung keluarga. Ayahnya meninggal saat ia lulus SMA. Hal itu yang membuat Aksa memilih untuk bekerja daripada kuliah. Lagi pula ia juga harus membiayai sekolah adiknya yang tahun depan akan masuk SMP.

Aksa berlalu keluar dan menyalakan kendaraannya. Tanpa memperdulikan setiap perkataan ibunya yang menusuk hati. Setiap kali ibunya berteriak seperti saat ini, ia akan mengingat almarhum ayahnya yang bersemayam di samping Tuhan. Bukannya mengenang tapi penyesalan mengapa ayahnya tidak mengajaknya bertemu Tuhan juga. Setidaknya sakit itu akan sementara.

Tidak memakan banyak waktu untuk sampai di tempat kerja Aksa. Dan jangan terlalu berekpetasi tinggi, karena lulusan SMA seperti Aksa hanya akan menjadi pekerja serabutan di negeri +62. Aksa bekerja di kantor bank sebagai cleaning service. Ia harus datang sebelum jam kerja namun hari ini ia sedikit terlambat karena kemarin ia lembur menunggu petugas bank untuk memberinya kunci pintu yang dititipkan satpam.

Setelah di rumah, Aksa juga menjadi bulan-bulanan di tempat kerja karena terlambat. Peringatan pertama ini akan menjadi pembelajaran untuk Aksa atau tempatnya akan digeser oleh orang lain. Setelahnya Aksa bergegas membersihkan kantor bagian dalam dan depan teras. Meski sedikit mengganggu ia akan mencoba untuk melakukan sebaik mungkin agar ia tidak dipecat lagi.

Aksa duduk di depan ruang cleaning service setelah membersihkan semua bagian miliknya. Ia menghembuskan napas lega setelah setengah jam ia membersihkan akhirnya selesai. Belum lama Aksa beristirahat, tiba-tiba salah seorang pekerja kantor bank itu memanggilnya.

"Aksa, maaf buatkan saya kopi tanpa gula ya." ucap wanita yang selama ini membantunya bertahan di posisinya. Siapa lagi jika bukan Nadia Zairah, ia kepala pengelolah sekaligus orang yang memberi peringatan kepada Aksa.

"Baik Bu, segera saya buatkan." jawab Aksa sembari mengembalikan alat kebersihan ke dalam ruangan 1x1 meter itu.

Aksa segera bergegas ke kantin kantor membuatkan kopi untuk Nadia. Saat tangannya sibuk meracik kopi, tiba-tiba telinganya mendengar sesuatu yang membuatnya mengerutkan dahi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INFINITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang