30. Selesai.

6 1 1
                                    

Sudah Berhenti
By : Dara Asyfa


Di senja yang merona jingga,
Aku duduk termenung,
Menatap langit yang perlahan meredup,
Mencoba melupakanmu, yang tak kunjung terlupakan.

Aroma kopi pahit,
Menyeruak di sela-sela kerinduan,
Seperti secangkir kenangan,
Yang tak henti-hentinya kuminum.

Kau, seperti mentari pagi,
Yang pernah menerangi hidupku,
Namun kini kau terbenam di ufuk barat,
Meninggalkan aku dalam kegelapan.

Ingin kuhapus jejakmu di hati,
Namun kenanganmu terukir terlalu dalam,
Seperti tato yang tak terhapuskan,
Yang terus berbisik di setiap detak jantungku.

Aku mencoba melangkah,
Mencari makna di balik rasa ini,
Mencoba memahami,
Bahwa cinta tak selamanya abadi.

Di tengah lautan kesedihan,
Aku menemukan secercah harapan,
Bahwa aku bisa kuat,
Bahwa aku bisa bangkit dari keterpurukan.

Seperti layang-layang yang putus talinya,
Aku terbang bebas,
Mencari angin baru,
Mencari cinta baru.

Namun, di setiap perjalanan,
Bayangmu selalu menghantuiku,
Seperti hantu yang tak kunjung pergi,
Yang terus meneror jiwaku.

Aku lelah,
Lelah berjuang melawan rasa ini,
Lelah merindukanmu,
Lelah mencintai bayangmu.

Mungkin, aku harus berhenti,
Berhenti mencintai,
Berhenti merindukan,
Berhenti berharap.

Aku harus melepaskanmu,
Membebaskan diri dari belenggu cinta,
Agar aku bisa menemukan kebahagiaan sejati,
Kebahagiaan yang tak terikat oleh rasa sakit.

Di senja yang merona jingga,
Aku berjanji pada diriku sendiri,
Aku akan berhenti mencintaimu,
Aku akan melupakanmu,
Aku akan menemukan kebahagiaan baru.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Puisi Tentang DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang