Aku tidak mengerti sudah menghabiskan berapa lembar kertas untuk mendeskripsikan sosok dia. Iya dia, seorang lelaki dengan perawatan tinggi tubuh tegap dengan wajahnya yang cukup menawan. Namanya Mahes, Mahesa Andika Bagaskara. Kebanyakan orang memanggilnya Hesa tapi aku lebih menyukai dia dengan panggilan Mahes.
Mahes, emm aku selalu tersenyum jika membicarakannya. Dia memiliki sifat yang sangat unik. Lucu kadang juga menyebalkan tapi juga akan terlihat menyeramkan jika dia sedang marah. Dia selalu punya cara tersendiri untuk membuat ku bahagia. Hal kecil saja bisa sangat membuatku menjadi gadis paling beruntung sedunia karena bisa mengenalnya.
Aku bersahabat baik dengannya sejak kecil, rumah kita juga hanya tersela dengan pohon mangga milik ayahnya. Awalnya semua baik-baik saja kita bersahabat baik tapi semua kata baik-baik saja itu hilang ketika kita mulai menginjak bangku SMA.
"Bugg"
suara buku yang di tutup dengan sangat kasar buku bersampul biru muda dengan gambar angsa itu mungkin sudah menjadi saksi kisah perjalan sorang gadis yang kini duduk dengan sorot mata kesedihan. Matanya menerawang jauh ke atas langit lewat jendela kamarnya yang terbuka lebar, hari ini cuacanya terang tapi langit tampak sepi tanpa bintang,mungkin hanya ada beberapa dan itu berjauhan. Setelah puas menghitung bintang gadis itu menatap satu sinar yang cukup terang, itu sinar bulan. Bulan yang nampak sendiri dan kesepian tidak ada bintang-bintang disisinya. Benar-benar sendiri..
"Kita sama, aku juga sendiri tanpa bintang ku" gumam gadis itu tapi kemudian ia menggeleng. "ngga!, ternyata kita ngga sama. mungkin hanya sama untuk hari ini tidak dengan besok. " mungkin kamu besok tidak akan kesepian, tapi aku selalu kesepian "
.........
MAHESA ANDIKA BAGASKARA
______________________________________________masi amatir, semoga suka.
maaf kalau ada banyak kesalahan