5. Ciuman Pertama dan Terakhir

76 46 45
                                    

"Riski bahagiaku tapi, aku gak mau egois dan terus menyakitinya."

#Kania

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


#Kania

Riski memakaikan aku kalung hadiah darinya. Aku sedikit menyungging senyum. Tadinya hari ini cukup melegakan dan sedikit menyenangkan sebelum mataku tertuju pada tiga objek yang sedang tertawa bahagia di sana. Objek yang sangat aku kenali dan gak ingin aku lihat sama sekali tapi mereka muncul bahkan dengan raut seperti itu.

Bapak.

Beliau bersama Kalingga yang sudah beranjak remaja bersama istrinya. Selingkuhan yang membuat ibuku menjadi 'monster' dan bertahun-tahun membuatku menderita. Sudah tujuh tahun semenjak peristiwa itu. Kedua tanganku mengepal di atas paha. Tanpa kusadari Riski sudah selesai memakaikan aku kalung. Namun, pandanganku masih tertuju pada tiga orang di sana. Rasanya sesak sekali. Harusnya aku yang berada di posisi itu tapi, Kalingga merebutnya.

''Kania, sayang, aku harap, kamu akan selalu dilimpahkan kebahagiaan,'' kata Riski sembari menggenggam tanganku. Aku masih gak memperhatikannya.

Ya Tuhan, aku gak sanggup dengan ujian yang Engkau berikan ini. Ini terlalu menyakitkan untukku. Aku gak menyukainya. Kenapa harus hari ini lagi sih?

''Kania, aku mencintaimu.''

Tepat setelah Riski menyatakan itu, Kalingga seperti menoleh ke sini, diikuti bapak dan ibunya. Entah mereka benar  melihatku atau tidak tapi, mereka bertiga berjalan ke arah tempat aku dan Riski duduk. Karena gak mau mereka melihatku aku langsung saja menangkup pipi Riski dan mencium di bibirnya. Sumpah aku gak bermaksud apa-apa. Aku hanya menghindari tatapan mereka. Aku gak mau melihat mereka. Pastinya Riski terkejut. Ya, dia sempat kaget sampai akhirnya terdiam. Cukup lama aku menahannya. Lalu Riski mengambil alih ciuman dariku. Dia meraih tengkukku lalu memperdalam ciumannya. Air mataku tetiba menetes.

''Pak, Ingga mau main di Fun City di sana, boleh ya?'' samar-samar aku mendengar percakapan mereka yang sudah mendekat.

''Boleh, Nak. Apa sih yang gak boleh buat anak bapak.''

Itu kalimat yang selalu bapak ucapkan ke aku ketika aku meminta sesuatu darinya. Bapak selalu memenuhi apa yang aku inginkan tapi, setelah kehadiran anak itu, perhatikan bapak hanya tertuju padanya. Seolah beliau lupa punya seorang putri yang selalu merindukan kasih sayangnya juga.

Karena rasa marah dan sakit yang gak terbendung, aku membalas ciuman Riski. Lalu mengalungkan lenganku di lehernya. Aku sudah gak mempedulikan bapak. Aku gak membutuhkannya lagi. Aku hanya butuh Riski.

''Astaga anak-anak jaman sekarang ya, gak malu ciuman di tempat umum gini. Eh kalian ini!'' Seseorang kemudian menyentak bahuku dan membuat ciuman kami terlepas. Aku langsung memalingkan pandangan ketika tahu itu ibunya Kalingga.

Sial. Padahal aku berusaha menghindarinya. Kenapa mereka gak biarin aja sih. Gak usah sok peduli dengan urusan muda-mudi yang sedang pacaran ini. Nikmati saja waktu mereka, gak usah peduli sama hal sekitar.

Kemana Aku Harus Pulang? ✔️ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang