Hanya sederet kisah yang telah berlalu namun tak kunjung lekang oleh waktu. Kisah antara aku dengannya yang sempat meneduh sejenak dalam lingkup hatiku.
๑๑๑
Bandung, 11 November 2022
Pagi itu, aku melihatnya. Nampak suram dengan ekspresi khawatir yang menangkup wajahnya. Matanya menatap layar ponsel dengan pandangan bergetar.Ada apa? Ingin ku bertanya, namun satu kata saja terasa kelu untuk terucap. Apakah ada yang terjadi hari ini? Apakah dia menyakiti hatimu? Padahal bagiku, kamu adalah orang paling berharga--asal kamu tau.
Setelah kelas, aku melihatmu ditemani kesendirian. Duduk di lingkupi kesuraman. Bergegas aku pergi menuju vending machine untuk memberikanmu sebuah minuman. Siapa tau akan menghilangkan kekhawatiranmu sejenak.
Berjalan mendekatimu. Degupan jantung ini selalu tak bisa diajak berkompromi ketika permasalahannya itu kamu. Percayalah, minuman yang ku bawa ini penuh dengan perasaanku di dalamnya.
"What's Up, Gya!" Agya menoleh kala aku memanggilnya. Dia tersenyum. Syukurlah dia masih bisa tersenyum. Rasanya aku ikut bahagia karenanya.
"Ey, ada apa?" Tanyanya dengan lengkungan sabit dibibir yang tak kunjung luntur.
"Ini buat kamu. Kelihatannya dari pagi kamu lemes banget. Kurang tidur ya?" Candaku. Padahal jelas aku tau apa yang terjadi padanya. Agya mengambil minuman yang aku berikan padanya.
"Thanks, ya. Kamu emang temen yang baik."
Begitulah peranku. Teman yang baik. Persis seperti apa yang Agya ucapkan.
Perasaan yang tak kunjung padam, padahal dia sudah memiliki tambatan hati yang lain. Memang mengapa? Mencintai tak harus memiliki kan? Aku hanya tersenyum mendengar ucapan Agya. Sayang sekali selepas itu Agya harus pulang.
๑๑๑
Bandung, 14 Februari 2018
Saat itu aku, Agya, dan tiga teman kami lainnya sedang mengobrol di kantin sekolah.Rama, teman kami. Dia orang yang suka sekali bercanda. Pelawaknya geng kami.
Hari itu Rama bilang, "Kalian kayak pacaran aja," saat mendengarnya, Agya terbahak-bahak karena menurutnya kami memang berbanding jauh. Agya yang begini, aku yang begitu. Tak ada kesamaan sedikitpun dan kami juga selalu meributkan hal yang sepele.
Kala Agya terbahak-bahak mendengar perkataan Rama, malam harinya aku terus memikirkan perkataan Rama siang tadi. seluruh wajahku rasanya terbakar rona merah. Aku bahkan sampai melemparkan bantalku ke segala arah. Aku salah tingkah! Hanya karena candaan Rama, aku sampai terjaga sepanjang malam. Memalukan!
๑๑๑
Semenjak hari itu, hari-hariku aku habiskan memikirkanmu dan malam harinya ku sibukkan merindukanmu. Tak pernah terasa bosan sekalipun. Bahkan aku merasa tiap harinya penuh dengan kebahagiaan kala aku memikirkanmu.
Aku baik-baik saja dengan kesendirian. Kesendirian yang nyaman di mana hanya ada aku dan pikiranku yang tertuju padamu.
Selama aku masih bisa melihatmu, meski dari belakang pun, itu sudah lebih dari cukup bagiku.
Teman-temanku bilang, mereka bosan melihatku seperti orang yang tergila-gila pada seseorang. Padahal memang begitu nyatanya. Aku tak mengelak. Aku memang begitu.
Adakah manusia yang lebih manis di dunia ini selain kamu? Aku rasa tidak.
๑๑๑
Bandung, 22 Januari 2023
Malam itu, malam hari ulang tahunku. Aku memakai gaun terindahku dan aku harap kamu terpana melihatnya. Setidaknya aku ingin mendengar sebuah pujian darimu.Malam itu, aku banyak mengundang teman-temanku. Baik dari teman SMA maupun kuliah. Kamu termasuk ke dalamnya. Kamu adalah undanganku yang paling istimewa di antara lainnya.
Sebelum acara, Agya bilang bahwa dia akan memberikanku sebuah kejutan. Aku harap kamu datang membawa kejutan yang menyenangkan.
Setelah menilik kesana-kemari, akhirnya aku menemukanmu. Aduh, kok malah aku yang terpana saat melihatmu memakai pakaian rapi begitu.
Baru saja aku ingin menyapamu, aku tertegun sesaat. "Happy birthday, Sya. Kenalin, ini kekasihku."
Jadi ini kejutannya? Aku turut... senang. Mungkin?
"Selama ini kamu selalu nemenin dan berharap semoga aku punya kekasih yang baik. Yup, harapan kamu terkabul. Terimakasih Sya," aku melihatnya. Melihat perempuan yang telah menjadi tambatan hati dari tambatan hatiku.
Ini pasti bercanda. Bahkan jika aku dibandingkan dengan perempuannya, aku terlihat lusuh. Aku merasa rendah diri. Memang benar. Perempuannya Agya nampak mahal dan mempesona. Aku tersenyum melihatnya.
"Halo, aku Iswara. Agya cerita banyak tentangmu loh," cantik. Hanya itu yang ada dipikiranku.
Baiklah kalau sudah begini jadinya. Tak apa-apa.
"Oh iya? Dia nggak cerita yang aneh-aneh kan?" Aku membalasnya dengan bercanda sembari tersenyum menutupi retakan harapan dalam hati yang kian pecah. Iswara hanya tersenyum mendengar ucapanku.
"Jaga Agya, ya. Jangan sampai dia gamon nggak jelas lagi," ucapku pada Iswara. Iswara tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
Sejak malam itu, aku tak berusaha mendekatimu lagi, Agya. Rasanya usahaku cukup sampai di sini saja. Akan ku ingatkan, bahwa aku masihlah di tempat yang sama. Ku ucap, "Selamat tinggal," pada jalan takdir yang berbeda.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is Enough
Короткий рассказ"Tentang kita yang lalu, yang tanpa kata mengalun indah dalam pikiranku. Wahai dirimu, aku cukupkan sampai pada titik di mana tak ada lagi paragraf baru tentang kisah kita yang bahkan tak pernah menyentuh sebuah prolog. Terima kasih, Agya." -Ratasya...